EPISODE 2

229 74 71
                                    

Malam ini Alvanza kedatangan tamu tak diundang. Siapa lagi kalau bukan anggota Alveroz. Kelakuan teman-temannya membuat ia menggeleng-gelengkan kepala. Ada yang duduk santai diatas sofa, ada yang ribut main game, ada yang rebutan makan, dan ada juga yang lagi sibuk streaming, memang teman tidak ada akhlak. Mungkin inilah definisi dari kata "anggap saja rumah sendiri."

"Kalian ngapain kesini?"

"Gabut" Leon menjawab singkat dan kembali fokus pada gamenya.

"Numpang WiFi," ujar Kevin. tanpa menoleh ke tuan rumah. Ia masih sibuk memainkan game yang ia mainkan bersama Leon. memang sahabatnya yang satu itu tidak tahu malu.

"Numpang makan," itu trio A. Arya, Arlando, dan Arjuna. Ketiga anak Adam itu sibuk rebutan cake yang di siap kan oleh Delisa--mama Alvanza. Mereka bertiga memang kompak kalau urusan makanan. Pokoknya makanan is number one.

"Numpang streaming." Valin fokus pada tayangan Oppa-oppa korea di YouTube. Alvanza memaklumi. Karena gadis itu bisa seperti orang yang tidak makan selama berhari-hari kalau tidak melihat Oppa-oppa kesayangannya. Lesu, loyo, lemah, lunglai pokoknya.

"Kangen sama pangeran berkuda putih dari kayangannya Insess Letta." Alvanza mengulas senyum manisnya mendengar sang sahabat. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa, menjadikan paha Aletta sebagai bantalan. Aletta yang peka, segera mengelus-elus rambut hitam lebat milik cowok itu. Mata Alvanza terpejam. Menikmati setiap sentuhan lembut yang diberikan Aletta di kepalanya.

"Lo sahabat yang paling ngertiin gue, Al."

Aletta tersenyum kecut. Bibirnya mengerucut tanpa ia sadari. "Apa bisa, status sahabat di hubungan kita di ganti, Za?" batin Aletta. Ia tidak punya keberanian untuk mengatakan secara langsung.

"Giliran sama emak setan aja baik lo, Za."

"Mending lo diem deh, Arya. Sebelum gue suruh Chucky sama Annabelle gentayangin lo." Gadis pecinta boneka setan itu menatap Arya tajam. Lebih tajam dari komenan netizen. Ponsel yang ia genggam melayang sehingga mengenai bibir Arya.

"Pangeran selalu di salahkan." Arya meringis mengusap bibirnya yang jontor.

"Pangeran kodok. Bwahaha!!"

Arya melempar Arjuna dengan kulit kacang yang sudah ia kunyah.

"Jorok banget lo, anjing."

Bugh

"Sakit anjir!!"

"Gue paling benci orang yang ngomong kasar."

Arjuna mengusap pantat nya yang menjadi korban tendangan Alvanza. Ia menunduk, tidak berani menatap Alvanza. "Maaf, Za."

"Jangan di ulangi."

Arjuna mengangguk. Tidak berani membantah sang ketua.

"Kenzo mana?"

" Gak tau, deh. Palingan belajar, tu anak." Alvanza mengangguk pelan mengiyakan ujaran Aletta. Sahabatnya yang satu itu memang tidak bisa jauh dari buku.

"Yang cewek pulang!"

Aletta dan Valin yang merupakan perempuan di antara ke sembilan remaja di sana menoleh ke asal suara. Menatap Aska- wakil ketua Alveroz itu bingung. Kedua gadis itu tidak tahu salahnya di mana. Tidak ada angin dan tidak ada hujan kenapa Aska tiba-tiba mengusirnya.

"Jam berapa sekarang?"

Valin melihat jam di ponselnya. Ia mengerti dengan maksud Aska sekarang. "Baru jam sembilan elah, Ka. Bentar lagi kita pulang kok."

"Tau tuh, lagian rumah gue juga di samping rumah ini," ujar Aletta malas.

"Ayo, By. Kita pulang. Gak baik keluyuran malem-malem," celetuk Kevin. Cowok itu telah menyelesaikan game nya beberapa menit yang lalu. Dan menarik lembut tangan Valin keluar. "Gue cabut, Za." Kalau Kevin sudah turun tangan, Valin hanya bisa pasrah.

ALVANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang