EPISODE 16

84 34 123
                                    

Happy Reading gaiseu🥰🥰

•••

"Ngapain, lo kesini?" Pertanyaan bernada tajam nan menusuk itu menggantung di udara. Sang tersangka hanya terkekeh jenaka. Seakan-akan tak peduli dengan luka sobek yang ia dapatkan di bibirnya. Perih? Tentu saja iya. Namun, ia sendiri menikmati rasa itu. Apa lagi melihat raut kemarahan terlihat jelas di wajah datar orang di hadapannya.

Bugh

Satu bogeman kembali Aska layangkan pada rahang Gino. Musuhnya itu hanya menyeringai. Itu membuat emosi Aska kembali tersulut. Entah kenapa setiap melihat wajah musuhnya itu, emosinya akan naik ke ubun-ubun. Ia mengangkat kepalan tangannya untuk kembali memberikan pukulan. Namun, dengan cepat Alvanza menahannya.

"Udah, lah, Ka. Lagian cuma kaca doang yang pecah. Nanti bisa di ganti," ujar Alvanza. Ia menatap Aletta, mengisyaratkan agar cewek itu membawa Aska pergi dari sana. Semakin lama Aska di sini semakin banyak pula pukulan yang akan Gino dapatkan. Anggukan mantap sebagai jawaban dari Aletta.

Cewek itu menari tangan Aska kuat. Meskipun cowok triplek itu tak beranjak sedikitpun. Helaan napas pelan terdengar keluar dari mulutnya. "Ekhem. Anak bunda yang ganteng, kita pergi dari sini, ya. Gak baik loh, berantem sama anak tetangga. Nanti muka ganteng kamu bonyok. Terus gak ganteng lagi gimana? Ayok tayang nya, Bunda. Kita pergi ya. Utututu jangan marah lagi. Nanti bunda beliin boneka Chucky, deh. Uluh-uluh tayangnya Bunda." Aletta tertawa puas ketika Aska pergi begitu saja. Idenya begitu luar biasa. Ia jadi tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga. Dira yang merupakan anggota baru disana, menatap tak percaya dengan aksi Aletta. Segitu mudahnya Aletta membujuk cowok triplek itu? Menakjubkan.

"Aska, kalau emosi itu, keras kepala banget. Siapapun yang ngehalangin dia bakalan kena pukul. Makanya tadi gak ada yang berani ngelerai dia. Tapi engga dengan Aletta," bisik Valin pelan di telinga Dira. Ia tahu sahabatnya itu sedikit bingung. Dira mengangguk pelan. Pantas saja sebelum mereka datang ke ruang tengah basecamp tidak ada yang berani melerai pertengkaran kedua cowok yang bermusuhan itu.

"Tapi, Aletta bisa. Kenapa?" Dira ikut berbisik.

"Aletta adik kesayangannya."

Dira membulatkan mulutnya. "Kok, gak Aksa yang jadi adik kesayangannya? Aksa, kan, adik kandungnya." Lagi-lagi Dira bertanya. Ia begitu penasaran saat ini. Satu kata yang mendeskripsikan Aska di kepalanya sekarang. Aneh.

"Gak ada alasan khusus, sih," balas Valin. Jawabannya itu membuat Dira menatapnya datar. Rasa penasarannya tak terjawab dengan sempurna.

"Kalian pergi, sana!"

Valin menatap Kevin yang baru berbicara. Lalu menengok kanan kiri dan menunjukkan dirinya sendiri." Gue?"

"Iya, kalian berdua."

"Kok, cuma kita berdua, Aletta enggak, gitu?!"

Kevin memijat pelipisnya pelan. Pusing menghadapi kelakuan pacarnya. Kenapa bisa ia jatuh cinta dengan cewek modelan Valin. Apa benar ia di pelet? Ia kembali menggelengkan kepalan, mengusir pikiran-pikiran tak masuk akal yang singgah di benaknya. " Aletta udah dari tadi pergi sama Aska. Makanya, kalo ngerumpi itu jangan lupa suasana. Pergi, sana!"

Rahang Valin mengeras, tanda ia tak terima dengan ucapan sang kekasih. Andai saja membunuh orang tidak dosa, maka Kevin akan segera tinggal nama. Namun, ia masih sangat sayang dengan cowok itu. Ia bukannya marah. Hanya saja, sedikit kesal. "Dasar Kevin jelek!!" teriaknya. Setelah itu ia menarik tangan Dira dan benar-benar pergi dari sana dengan menghentak-hentakkan kaki layaknya anak kecil yang marah pada orang tuanya karena tidak dibelikan mainan.

ALVANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang