Happy reading pren
•••
"Aletta!!"
Langkah Aletta yang tengah berjalan santai menuju kantin dengan Valin terhenti ulah teriakan seseorang di belakangnya. Kedua cewek itu menoleh ke asal suara. Terlihat seorang cewek yang baru-baru ini mereka kenal tengah berlari semakin mendekat. Cewek itu berhenti di depan keduanya. Badannya membungkuk serta tangan yang bertumpu pada lutut. Napasnya ngos-ngosan karena berlari.
"Dira, Lo sekolah di sini?"
Cewek yang di sapa Dira itu mengangguk, lalu menyodorkan sebuah kunci motor ke arah Aletta. "Sorry, gue baru bisa balikin sekarang. Thanks. berkat lo, motor gue balik dengan selamat," ujarnya terengah-engah.
Aletta mengangguk paham. Sehari yang lalu ia sempat memberikan kunci motor milik Dira ke Arlando, sebab hanya cowok itulah yang dekat dengan Dira. Untung saja Arlando bersedia menjadi babu Aletta untuk mengantar kunci motor itu ke rumah Dira yang notabene sepupunya itu. "Motor gue gak ada lecet sedikitpun, kan?" selidik Aletta.
"Aman kalo sama gue." Dira menepuk dadanya bangga. Tanpa rasa canggung ia merangkul kedua cewek yang berada di sisi kiri dan kanannya itu. "Eh, iya. Kalian mau kemana?"
"Yeuu, main rangkul aja lo. Kirain tau kita mau kemana," kesal Valin. Namun, ia tidak berniat melepaskan diri dari rangkulan teman barunya itu. Malahan mereka melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
"Gue belum ada temen, nyet. Makanya gue ikut kalian aja. Lagian ini hari pertama gue masuk sekolah.... Bentar, bentar. Kalian mau kemana emangnya? Ini bukan jalan ke kelas, kan?" bisik Dira.
"Yang bilang kita mau ke kelas siapa?" tanya Aletta, di balas gelengan oleh si empu. Jujur saja, dirinya tidak tahu akan di bawa pergi kemana oleh Aletta dan juga Valin. Namun, ia tidak boleh berburuk sangka kepada teman barunya.
"Lo masuk kelas mana, Dir?"
Dira beralih menatap Valin di samping kirinya. " Sebelas MIPA 4."
"Woaaa, daebak!! Kita bertiga sekelas!!" Aletta bertepuk tangan heboh. Mengundang tatapan datar dari Valin karena tingkahnya itu.
"Katanya gak suka Korea, tapi malah pake bahasa Korea. Bukan maeen."
"Gue lagi belajar jadi kepoper, Lin."
Sebuah toyoran Aletta dapatkan di dahinya, itu dari Valin. Sungguh, Valin gemas bukan main dengan sahabatnya ini. Gemas ingin mencekik lalu mencincangnya dan memberikan daging Aletta kepada monyet- singa Arlando. "Kpopers, Aletta. Bukan kepoper."
"Bodo, ah. Gue gak tau." Aletta menarik tangan kedua temannya itu menuju gudang belakang sekolah yang mereka jadikan markas. Hari ini ada pelajaran matematika, dan ia tidak ingin otaknya overdosis. Jadi, cabut adalah jalan satu-satunya yang ia pilih. Semoga saja tidak ketahuan oleh Alvanza. Ya, semoga saja.
"Kalian mau kemana, sih?"
"Bolos, Dira. Mending lo diem, deh. Ntar kita ketahuan." Valin membuka pintu gudang itu dengan kunci yang tadi sempat ia ambil dari tas Kevin. Beruntung, hari ini Kevin ada rapat OSIS, jadi ia tidak perlu repot-repot untuk mengambil kunci itu. "Yuk masuk."
"Gue baru masuk sekolah hari ini, woy! Jangan ajak gue buat bolos!"
Kedua cewek nakal itu menatap Dira tajam, sehingga bulu kuduk cewek itu meremang. Demi Arlando berubah jadi gembel, kedua teman barunya ini lebih seram dari psikopat. Ia menelan ludahnya kasar. "Yuk, bolos," ujarnya tersenyum paksa. Ia tidak pernah menduga di hari pertama masuk di sekolah barunya akan berakhir dengan membolos seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVANTA
Teen FictionJatuh cinta dengan sahabat sendiri itu tidak enak, ya? Tapi mau bagaimana lagi. Ia tidak bisa menyangkal ketika rasa itu tumbuh secara perlahan. Aletta Regina Agustin namanya. gadis yang mencintai sahabatnya sendiri. Akankah cintanya terbalas? Atau...