Happy Reading
•••
Satu Minggu berlalu, selama itu Aletta tak pernah menemui Alvanza, pun dengan merecoki ketuanya tersebut. Jujur, Aletta masih teramat kesal dengan cowok itu lantaran kejadian di kantin Minggu lalu. Cowok itu bahkan tidak menjelaskan apapun kepadanya, membuat Aletta kesal bukan main. Apalagi mendengar bisikan siswi di SMA Garuda bahwa Alvanza resmi menjalin hubungan dengan Alika Maheswari- murid kelas 10 MIPA 1 yang menjadi objek pertengkaran mereka tempo lalu.
Jika biasanya Aletta selalu mengikuti Alvanza kemanapun cowok itu pergi, kini yang Aletta lakukan setiap harinya hanya memperhatikan Alvanza dari jauh. Seperti saat ini, ia hanya menatap lurus ke arah kamar Alvanza yang gelap, mungkin cowok itu telah masuk ke alam mimpi. Saat ini Aletta tidak tahu, apa Alvanza yang menjauhinya atau ia yang menjauh. Bingung, ia bingung dengan dirinya sendiri.
"Gue gak sepenting itu buat tau tentang lo ya, Za?" Aletta bergumam menatap sendu kamar tetangganya itu. Ah, ia sangat merindukan perhatian pangerannya.
Aletta mengeratkan jaket yang membalut tubuhnya lantaran dingin semakin menerpa. Benda pipih ditangannya menyala, menampilkan angka 02:20 ternyata sudah empat jam ia berdiam diri di balkon kamarnya.
Menghela napas pelan, Aletta mulai beranjak dari tempatnya berdiri, menuju ranjang. Beruntung ia hanya sendiri dirumah membuatnya leluasa melakukan apapun tanpa dihantui rasa takut terhadap sang papa. Papanya? Pria itu telah pindah ke rumah yang baru ia beli bersama keluarga barunya, itu pun Aletta tahu dari Adhitama. Aletta tersenyum miris mengingatnya. "Bahkan sekarang bukan papa doang yang lupa sama gue. Tapi lo juga, Za."
•••
"Mau kemana lo?" Kevin menarik kerah seragam siswi yang telat dari belakang, membawanya ke tengah lapangan. Sedangkan si pelaku hanya mendengus pasrah.
"Tau gini gue gak usah sekolah aja sekalian."
"Lama-lama gue gergaji juga mulut lo, Let. Lagian bangun pagi apa susahnya, sih."
Aletta memutar bola matanya malas mendengar ceramah dari Kevin si ketua Osis. Namun, tak lama setelahnya ia tersenyum penuh kemenangan. "Dira, Valin, kalian telat juga ya?!!"
Lantas ia tersenyum geli melihat wajah masam kedua sahabatnya di depan sana. Kedua cewek itu tengah berjalan mengendap-endap agar tak ketahuan. Namun Aletta menggagalkan kerja keras mereka. Tawa Aletta mengudara saat Kevin datang menghampiri kedua sahabatnya dengan tatapan ingin menguliti, apalagi saat ketua Osis itu menjewer telinga kedua sahabatnya sembari menarik menuju lapangan.
"Anjir, Aletta bener-bener kaya monyet," maki Dira pelan, sedangkan Valin mengangguk mengiyakan.
"Kalian kenapa?" tanya Aletta. Wajahnya yang polos, ralat, sok polos, seperti tak membuat kesalahan apa-apa mampu menyulut emosi Valin yang berdiri di sampingnya. Hingga pukulan ia dapatkan dari kedua sisi kanan dan kiri. Bukannya mengaduh sakit, Aletta malah dibuat semakin tertawa keras. "Persahabatan itu harus adil kawan. Susah senang harus bersama," ujarnya di sela tawa.
"Heran gue sama kalian. Gak kapok apa, masuk ruang BK mulu? Mau gak naik kelas?"
"Gak naik, ya dinaikin aja."
Kevin menatap sang kekasih tajam, lantas menyentil kening Valin, hingga si empu memekik kesal. "Jawab aja terus!" kesal Kevin. " Kalian bertiga, hormat tiang bendera sampai jam istirahat bunyi. Kalo kalian kabur gue laporin ke kepala sekolah."
tak ada yang bisa ketiga cewek itu lakukan selain menuruti titah si ketua Osis, meskipun dengan berbagai makian yang mereka lontarkan saat cowok itu beranjak pergi. Namun, mereka juga sedikit senang karena tak harus repot-repot mengikuti pelajaran matematika pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVANTA
Novela JuvenilJatuh cinta dengan sahabat sendiri itu tidak enak, ya? Tapi mau bagaimana lagi. Ia tidak bisa menyangkal ketika rasa itu tumbuh secara perlahan. Aletta Regina Agustin namanya. gadis yang mencintai sahabatnya sendiri. Akankah cintanya terbalas? Atau...