EPISODE 24

56 12 122
                                    

"Lo kemana aja dari kemaren, Nying? Gue telpon gak di angkat, gue chat gak dibales. Emang kelakuan lo itu minta di katain, ya!"

Aletta memandang sahabatnya malas, lebih memilih berjalan mendahului Valin menuju kelasnya. Kupingnya terasa panas mendengar suara cempreng itu di pagi buta seperti ini. "Tumben lo pagi-pagi udah nangkring di sekolah. Biasanya boro-boro dateng, bangun aja enggak."

"Ngaca! Gak punya? Nih, gue kasih," ujar Valin kesal sembari memberi sebuah kaca yang ia ambil dari dalam tas-nya.

"Gue udah cantik, jadi gak perlu kaca."

"Terlalu percaya diri itu gak baik, Let."

Kedua cewek yang menyandang status siswi nakal di SMA Garuda itu berjalan beriringan. Kemana lagi yang akan mereka tuju kalau bukan ke kantin. Tak ada yang berbicara, hanya Valin yang menyenandungkan lagu K-Pop kesukaannya, Tampaknya mood cewek itu sedang baik hari ini.

"Let, Let, Let!" Aletta berdecak pelan karenanya, buru-buru Valin menunjuk arah parkiran agar si empu tak segera marah. " Itu, Aska, kan? Gue gak salah lihat? Mata gue gak minus kan?" Pertanyaan bertubi-tubi terlontar entah kepada siapa dari mulut Valin. "Anjir! Aska senyum ke Dira!!"

Valin mengeluarkan handphone, membuka aplikasi kamera untuk mengabadikan apa yang ia lihat. Matanya menyipit, bibirnya tersungging, merasa puas dengan gambar hasil jepretannya.

Aletta hanya diam tak tertarik, meskipun banyak pertanyaan di benaknya mengenai sang sepupu. Ia menoleh ke samping, menatap Valin yang saat ini tengah tersenyum tak jelas menatap layar handphone nya. " Foto itu mau lo apain?"

"Jadiin bahan gibah, lah, di grup. Jarang-jarang gue nistain Aska."

•••

"Gue udah nyampe ke kelas, Lo boleh pergi kok."

"ngusir?"

"Engga, Aska. Buat apa lo nangkring di sini kayak Kuntilanak beranak, mending Lo masuk ke kelas lo sendiri, duduk manis, baca buku, atau ngapain kek. Daripada disini." Dira menampilkan senyumnya, agar si lawan bicara tak salah paham. Namun, Aska tahu senyuman itu hanya dipaksakan. Garis bawahi dipaksakan.

"Males."

Satu kata mampu membuat emosi Dira meledak-ledak. Susah payah ia bicara panjang lebar, tetapi hanya dibalas dengan singkat. Rasanya ingin sekali Dira mengacak-acak wajah datar yang sialnya tampan itu. Namun urung, ia masih sayang nyawa. Emosinya hanya ia simpan di hati dan benaknya. " Terserah lo, gue laper."

Aska mengekori Dira yang berjalan mendahuluinya tanpa mengatakan apapun. Tangannya terselip di saku celana abu-abu, tas yang tersandang di bahu kiri, dagunya sedikit terangkat. Membuat kesan angkuh dalam dirinya terpandang jelas. Namun seperti itulah seorang Aska Devlon Adhitama.

Aska menyamakan langkahnya dengan Dira, tangan kekar itu bergerak untuk merangkul pinggang cewek yang lebih pendek darinya. Hal itu membuat Dira terperanjat. Tatapannya menghunus tajam pada cowok bermuka datar itu.

"Mau makan apa?"

Dira dibuat terheran-heran dengan tingkah aneh wakil ketuanya itu. Apa tadi? Aska menawarnya ingin makan apa? ini tidak seperti biasanya. Hal itu membuat Dira memandang cowok itu dengan tatapan menyelidik. Sepertinya ada yang tidak beres.

"Lo kesambet Wewe gombel, ya?" bisiknya hati-hati, takut nyawanya melayang kalau salah bicara. Namun yang ia dapatkan hanyalah senyuman cowok itu. Sudut bibirnya yang terangkat ke atas serta mata yang menyipit bagaikan bulan sabit, hal yang sangat langka. Membuat jantung Dira berpacu lebih cepat dari biasanya. Ia memalingkan pandangan melihat apa saja asal bukan pada cowok di sampingnya. Meski risih dengan pinggangnya yang setia cowok itu rangkul.

ALVANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang