EPISODE 20

88 29 139
                                    


Happy Reading pren

Jangan lupa klik bintangnya dan komen yaa

•••

"Mau kemana lo?"

Langkah Aletta ingin keluar dari kelas terpaksa terhenti. Karena sang ketua kelas menarik kerah bajunya dari belakang. Cowok itu menariknya persis seperti seekor kucing membawa anaknya. Dan memaksanya duduk kembali di bangku.

"Gue mau ke toilet, Than."

Nathan Chandrakumara- si ketua kelas 11 IPA 4. Nathan menatap cewek langganan BK SMA Garuda itu penuh selidik. "Gue udah paham banget watak lo, Let. Udah dua tahun kita sekelas."

"Gue udah kebelet, Than. Please, izinin gue keluar bentar," ujar Aletta memelas. Berharap sang ketua kelas segera luluh.

"Sebentar maksud lo itu sampai pulang sekolah, kan?" sinis Nathan sembari menyentil kening cewek itu hingga si empu memekik kesakitan. "Please, Let. Kali ini bantu gue... Gue udah capek di marahin Bu Widia mulu karena lo bolos di tiap pelajaran. Apalagi bentar lagi kita mau ujian. Gue tau lo baik, Let. Jadi bantu gue, ya."

Bibirnya Aletta melengkung kebawah. Rencananya untuk bolos gagal total ulah ketua kelas biadabnya ini. Ia menatap Nathan di hadapannya yang memelas. Satu anggukan terpaksa dari Aletta mampu menarik sudut bibir cowok itu ke atas. Senyuman itu bertahan sampai ia kembali ke bangkunya setelah mengucapkan terimakasih.

Selang beberapa menit derap langkah sepatu mendekat ke arah kelas. Membuat Aletta menghela napas lelah. Pelajaran belum di mulai tapi ia sudah sebosan ini, apalagi sudah dimulai. Menatap sekelilingnya, tidak ada Arya dan Arjuna di bangkunya. Mungkin kedua cowok lawak di kelasnya itu bolos. Sedangkan Valin menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan. Mungkin sahabatnya itu tertidur. Dira hanya melamun, entah apa yang di pikirkan cewek itu.

Lagi-lagi helaan napas panjang terdengar di mulutnya. Seiring dengan datangnya Bu Widia yang membawa tumpukan buku tulis. Tugas Minggu lalu. Untung saja Alvanza mengerjakan tugas itu untuknya. Jadi ia tidak perlu menjalankan hukuman.

"Pagi anak-anak."

"Pagi Bu!" Serempak para murid.

"Malam Bu."

Bu Widia menggelengkan kepala mendengar jawaban Aletta. Menjadi wali di kelas ini sangat membutuhkan kesabaran ekstra. Guru muda itu kembali membagikan buku tugas muridnya.

"Aletta, kamu dapat seratus lagi. Apa Alvanza lagi yang mengerjakan tugas kamu?"

"Lima ribu persen buat Ibu," balas Aletta menampilkan cengiran khas nya.

Lagi-lagi guru muda itu menggelengkan kepala. "Aletta... Ibu tau kamu pintar. Hanya saja kamu tidak mau belajar. Bagaimana kalau kamu juga belajar bersama Alvanza? Agar nilai-nilai yang kamu dapatkan murni dari hasil kerja keras kamu... Ibu jamin, kamu pasti senang dengan pencapaian kamu sendiri."

Bu Widia menatap Aletta lembut. Menurutnya, menghadapi murid keras kepala seperti Aletta tidak bisa memakai kekerasan. Tidak boleh terlihat seperti memaksa. Karena ia tahu betul. Muridnya yang satu itu sangat tidak suka di tuntut.

"Nanti, Bu. Kalau Letta udah tobat."

Kegagalan yang ke sekian kalinya yang Bu Widia rasakan ketika menasehati Aletta.

ALVANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang