Happy Reading
•••
Dengan kecepatan di atas rata-rata, kuda besi itu melaju di jalanan yang sepi, membelah gelapnya malam. Angin malam berhembus membelai kulit. Yang mana hal itu akan membuat sebagian orang akan merasa kedinginan. Namun tidak dengan cewek yang saat ini memacu kendaraan beroda dua itu. Ia menyukai sensasi dingin seperti ini. Saat ini tubuhnya hanya di baluti kaos berlengan pendek serta celana jeans berwarna hitam. Terpaan angin yang dingin itu tidak ia hiraukan. Sesekali ia menoleh ke belakang, memastikan orang di belakang sana tidak dapat mengejarnya.
Senyum miring itu terukir di wajah cantiknya, ketika akan mencapai tujuan. Kecepatan motornya bertambah saat garis finish terlihat di depan sana. Hanya dalam waktu beberapa detik ia berhasil mencapai kemenangannya. Sorakan terdengar memekakkan telinga saat ia membuka helm full face nya. Tak berselang lama, motor sang lawan berhenti tepat di samping motornya berada.
Ia menatap cowok di sampingnya sembari tersenyum remeh. "Udah gue bilang, kan. Lo gak bakalan menang ngelawan gue," ujarnya. Lalu mengadahkan tangannya di depan cowok itu. "Mana uang sepuluh juta punya gue?"
Tatapan sinis cowok itu layangkan pada cewek yang tengah tersenyum di sampingnya. Dan itu sangat menyebalkan. Ia merogoh kantong jaketnya, mengambil amplop berwarna coklat yang berisikan uang, dan melemparkannya pada Aletta- sang lawan. Aletta membuka amplop itu, menghitungnya sebentar. Lalu mengangguk pelan. Ia tersenyum puas melihatnya.
"Ternyata cuma segini, ya, kemampuan ketua dari geng Tiger. Lemah."
Tangan cowok itu terkepal, hingga urat-uratnya terlihat, pun dengan rahangnya yang ikut mengeras. Cewek itu sungguh memancing emosinya.
"Udah lah, Gin. Cewek gila kayak dia gak usah di ladenin," ujar Geri, salah satu anggota geng Tiger. Ia terlihat duduk santai di atas motornya, dengan jari yang mengapit sebatang rokok.
Aletta yang mendengar kata gila yang keluar dari mulut Geri sontak tersulut emosi. Moodnya yang hari ini memang tidak bagus membuatnya mudah terpancing. Ia turun dari motornya, mendekat ke arah Gino yang menatapnya dengan senyum yang menurut Aletta meremehkannya. Satu tendangan kuat ia layangkan pada badan motor tempat Gino duduk. Hal itu membuat cowok itu kehilangan keseimbangan sehingga ia terjatuh ke bawah, dengan motor yang menimpanya.
"Cewek gila ini, bisa bikin lo sekarat, asal lo tau," ujarnya Aletta pelan. Namun menusuk. Sisi gelap mengambil alih akal sehatnya. Saat ini tidak ada Aletta yang bertingkah kekanak-kanakan. Aura gelap seolah-olah menyelimuti tubuhnya, membuat orang-orang yang berada disana merinding.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Aletta menaiki motornya. Motor itu melesat, meninggalkan orang-orang yang masih belum beranjak dari tempat balapan liar itu.
•••
Jam tepat di angka dua belas. Aletta memarkirkan motornya di garasi rumah. Rumahnya gelap dan sunyi. Sepertinya sang papa masih belum pulang. Atau lebih tepatnya memilih tidak pulang ke rumah. Helaan napas pelan terdengar sebelum kakinya melangkah masuk ke dalam. Tangannya meraba-raba dinding untuk mencari stopkontak.
Ia melangkah menuju lantai atas, dan memasuki kamarnya. Aletta merebahkan tubuhnya di ranjang. Hari ini sungguh melelahkan. Bukan, bukan fisiknya yang lelah tapi hati dan pikirannya. Cukup lama ia melamun hingga akhirnya ia memilih untuk mandi. Walaupun ini sudah tengah malam, tetapi ia tidak akan bisa tidur dengan keadaan tubuhnya yang lengket oleh keringat seperti ini. Persetan dengan kesehatannya. Toh, dia sehat atau sakit pun tidak akan ada yang peduli.
Selama lima belas menit Aletta berada di dalam kamar mandi. Ia keluar dengan keadaan yang lebih segar, lengkap dengan piyama bergambar boneka Chucky yang melekat di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVANTA
Teen FictionJatuh cinta dengan sahabat sendiri itu tidak enak, ya? Tapi mau bagaimana lagi. Ia tidak bisa menyangkal ketika rasa itu tumbuh secara perlahan. Aletta Regina Agustin namanya. gadis yang mencintai sahabatnya sendiri. Akankah cintanya terbalas? Atau...