Happy reading manteman
•••
"Pagi, kak Vanza."
Alvanza menoleh sembari tersenyum membalas sapaan adik kelasnya barusan. "Pagi."
Plak
Sebuah pukulan Alvanza terima dari orang yang berada di sampingnya. Cowok itu menoleh kepada sang pelaku dengan penuh tanda tanya, sembari mengelus kepala belakangnya yang sakit. Ayolah, kenapa ia harus menerima pukulan, sedangkan ia tidak melakukan kesalahan apapun.
"Gak usah tebar pesona."
Alvanza menganga. Tebar pesona? Kapan ia melakukannya? Gadis di sampingnya ini benar-benar gila bin sinting.
"Aneh lo, Al. Tebar pesona dari mana coba?"
"Barusan lo senyum sama tu setan."
"Dia manusia bukan setan."
Aletta menatap cowok di sampingnya tajam. Mood- nya yang tadi cerah seketika berubah mendengar penuturan Alvanza. "Lo bela dia?!"
"Gue gak bela siapa pun," balas Alvanza mempercepat langkahnya tanpa menghiraukan Aletta yang menatapnya dengan tangan terkepal kuat. Rahangnya pun mengeras menahan emosi yang memberontak ingin dikeluarkan.
"Dasar cewek ganjen. Dia gak lihat apa, ada gue segede gaban di sini. Malah yang di sapa Vanza doang. Ketahuan banget caper- nya."
•••
"Alara Dwi Puspita"
"Hadir, buk."
"Aletta Regina Agustin."
"Hadir, buk."
Bu Ana yang fokus dengan absennya menoleh ke asal suara. Jujur saja, itu bukan seperti suara siswi nakal langganan BK SMA Garuda. "Mana Aletta?"
Valin membeku. Tak berselang lama, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia benar-benar tidak mengira kalau bu Ana akan memastikan Aletta benar-benar hadir atau tidak. Ya, barusan ia yang menjawab hadir, karena ia tidak tahu Aletta berada di mana sekarang. Sejak tadi pagi, ia tidak melihat batang hidung sahabat seperjuangannya itu. Valin menggerutu pelan memikirkan sahabatnya itu. "Awas lo, Let. Ketemu gue geplak pala lo sampe copot."
"Ibu gak lihat?"
Guru wanita yang berumur sekitar dua puluh lima tahun itu menatap bangku Aletta yang kosong, lalu menggeleng pelan. Kenapa muridnya itu mengatakan seolah-olah Aletta berada di sana. Guru itu menggeleng kepala pelan, helaan napas pun terdengar dari mulutnya. Muridnya yang satu ini sungguh aneh.
"Dia lagi duduk tau, Buk. Masa ibu gak lihat."
"Valin, jangan bercanda! Dimana Aletta?! Kamu pasti tahu, kan?!"
Valin mengerucutkan bibirnya kesal. "Iya, ya. Saya baru inget. Aletta, kan, emak setan. Makanya Ibu gak lihat. Padahal dia lagi duduk anteng di bangkunya."
Guru wanita itu memijat pelipisnya pelan mendengar penjelasan tak masuk akal dari muridnya itu. Entah kenapa setiap kali masuk ke kelas ini selalu membuatnya frustasi dengan tingkah laku siswa dan siswinya yang aneh bin ajaib bin gila. Sangat di butuhkan stok kesabaran segunung untuk menghadapinya. Daripada pusing menanggapi Valin, Bu Ana memilih untuk lanjut mengabsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVANTA
Teen FictionJatuh cinta dengan sahabat sendiri itu tidak enak, ya? Tapi mau bagaimana lagi. Ia tidak bisa menyangkal ketika rasa itu tumbuh secara perlahan. Aletta Regina Agustin namanya. gadis yang mencintai sahabatnya sendiri. Akankah cintanya terbalas? Atau...