EPISODE 5

194 74 188
                                    

Jangan lupa klik bintangnya ya manteman

Happy reading

•••

Pagi-pagi Aletta sudah grasak-grusuk mencari ponselnya. Mulai dari bawah meja, kolong tempat tidur, ruang tamu, dapur, bahkan ke dalam kloset pun tak absen ia periksa. Ia berjalan lunglai keluar dari kamar mandi menuju lemari kaca tempat koleksi boneka Chucky dan Annabelle miliknya.

"Anak-anak Bunda tersayang. Kalian lihat benda persegi empat yang namanya handphone gak? Bunda udah capek nyarinya tapi gak ketemu." Aletta bertanya dengan bibir mengerucut. Seolah-olah ketiga puluh boneka setan itu bisa menjawab pertanyaannya.

"Gak lihat ya? Ya udah deh, kalo gitu Bunda pergi sekolah dulu ya anak-anak ku tersayang." Setelah berpamitan dengan anak-anaknya Aletta melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Dengan pelan ia menuruni tangga menuju dapur, melihat-lihat apakah ada orang di rumahnya atau tidak. Ternyata hanya ada bi Ani di dapur yang sedang menyiapkan sarapan.

"Pagi, Bu." Dengan riang Aletta menyapa wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangganya itu seraya duduk di kursi meja makan.

"Pagi juga, Letta," balas bi Ani dengan senyum yang merekah. Sebenarnya tidak enak memanggil Aletta tanpa embel-embel 'non'. Namun, sang anak majikannya itu memaksa dengan ancaman akan berguling dari lantai atas sampai bawah, yang mana itu akan mencelakakan dirinya sendiri. Jadi, bi Ani hanya bisa menurut. Sebab, ia tahu kalau Aletta tidak akan main-main dengan ancamannya. "Letta sarapan, ya. Bibi udah bikin rebus ikan kesukaan Letta."

Aletta menatap rebus ikan di depannya dengan berbinar. Sungguh aneh sekali gadis ini. Mungkin anak seumurannya akan menyukai makanan seperti nasi goreng, ayam goreng, atau lainnya yang menggugah selera, tetapi Aletta lebih menyukai rebus ikan. Katanya "rebus ikan itu bikinnya gak ribet. Tinggal masukin air ke panci, masukin bawang merah, bawang putih, garem, micin, tunggu sampai mendidih, baru masukin ikannya. Tunggu sampai matang terus makan deh. Kan gampang, Bu Ani juga gak kerepotan bikinnya." 

"Duduk, Bu. Kita sarapan bareng."

"Tap-"

"Kalo Ibu nolak, Letta lompat dari balkon kamar nih."

Bi Ani pasrah. Dari pada anak majikannya melakukan hal-hal yang di luar nalar, lebih baik ia menurutinya. Ia duduk di depan Aletta, dan mengisi piring gadis itu dengan nasi juga rebus ikan yang ia buat tadi. "Letta makan yang banyak biar semangat ke sekolahnya," ujar bi Ani. Dengan senang hati Aletta menerimanya. Ni Ani tersenyum melihat gadis itu makan dengan lahap.

"Makan Bu. Jangan lihatin Letta aja. Gak bakalan kenyang."

Ni Ani mengangguk dan memakan makanannya dalam diam.

•••

Aletta berjalan santai menyusuri trotoar. Sesekali ia melompati daun kering yang terjatuh dan bersenandung kecil. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang menunjukkan angka delapan lewat tiga puluh. Berarti sudah dua jam ia berjalan menuju sekolahnya. Cukup melelahkan, coba saja Cantika- motor sport kesayangannya tidak di sita oleh sang papa. Pasti sekarang ia sudah duduk manis di kantin di temani dua mangkuk bakso dan dua gelas es teh.

Ingin naik kendaraan umum. Namun, sang papa juga tidak memberikannya uang saku. Sedangkan uang yang di berikan oleh Adhitama- ayah dari Aska bulan lalu sudah habis karena ia masukkan separuh ke tabungannya.

(Sedikit info, Adhitama itu ayah Aska yang merupakan adik kandung dari Adrian ayahnya Aletta)

Aletta mengeluarkan sebotol air yang ia bawa dari rumah, dan meneguknya hingga sisa setengah. Kakinya sudah pegal sekali, seperti enggan untuk bergerak. Ia mengipas wajahnya yang di penuhi keringat dengan buku tulis.

ALVANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang