3. Talk

6.6K 1.1K 107
                                    

19.00

Inginnya untuk mampir ke apartemen sirna sudah, gadis itu pun memutuskan untuk pulang ke rumah utama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inginnya untuk mampir ke apartemen sirna sudah, gadis itu pun memutuskan untuk pulang ke rumah utama. Mengenai apartemen, entah kerasukan setan apa tiba-tiba pak fujihara selaku ayah [name] menempatkan anak gadis satu-satunya disana.

Belajar mandiri coba, begitu sih tanggapan beliau.

Enaknya lagi, apartemen yang ia tinggali hanya berjarak 2 lantai dengan yuzuha--Maka [name] begitu aktif mampir ke apartemen gadis shiba secara cuma-cuma, itupun menumpang makan dan tidur.

Rempong, begitu nasibnya jika mereka berdua bertemu. Apalagi saat ini mereka tengah melakukan sesi curhat via telepon.

"Aku sudah berpikir matang yuzu." Jarinya mengetuk kursi kayu, "aku akan mengakhiri hubunganku dengan haruchi."

"Serius?" Suara di seberang terlihat tidak percaya, namun tersirat nada senang, "Akhirnya kamu sadar juga [name]. Aku kira kamu bakal jadi bucin tolol selamanya."

"─Huh, 1 tahun bersama sanzu itu sangat sia-sia tahu. Ya meskipun kamu masuk kategori pacar terlamanya sih."

Yuzuha kembali melontarkan kalimat penuh roasting pada kekasih--calon mantan [name]

[Name] tertawa keras hingga sudut matanya hampir mengeluarkan air mata, "Maaf-maaf. Sepertinya aku kena pelet haru sampai-sampai cosplay jadi gadis dungu."

"Tapi kenapa tiba-tiba?" Yuzuha kembali melakukan wawancara, masih belum puas akan jawaban dari [name].

Jeda sejenak. Gadis bermarga fujihara itu kembali menyeruput teh hangat, birainya akan berucap namun terhenti ketika deru mesin mobil memasuki rungu. Ia yang asyik bersantai di halaman rumah tak urung untuk menengok.

"Yuzu sebentar, haruchiyo datang kemari. Aku tutup dulu ya." Jari [name] menekan tombol merah seiring dengan langkah sanzu yang bergerak menuju presensinya.

Seulas senyum membingkai pada kurva sanzu. Berbalut setelan kemeja hitam juga membawa sekantung--makanan, sanzu menghampiri [name]. Tidak lupa mengusap lembut surai si gadis.

"Aku tebak kamu pasti lapar kan? Ini taiyaki kesukaanmu." Sanzu mendudukkan diri di samping [name], jarinya membuka bungkus taiyaki agar si gadis mudah untuk menggapainya.

"Woah enak. Terima kasih haru." Binar mata [name] nampak jelas, sampai ia menyipitkan mata membentuk bulan sabit.

Sanzu tentu saja merona, merasa gugup atas afeksi yang diberikan si kekasih. Ia menopang dagu guna menatap figur samping [name]. Pipi merah yang beranjak penuh akibat makanan, membuat Sanzu ingin menggigitnya gemas.

Namun ada hal janggal merasuki sanzu. Biasanya [name] akan berceloteh apapun kepadanya, mengingat wanita itu begitu cerewet. Kendati ia merasa begitu sebelum hawa sunyi yang diciptakan [name] membuat dirinya tak nyaman.

"Haru aku ingin membicarakan sesuatu."

"Ada apa [name]? Tidak biasanya kamu meminta izin terlebih dahulu." Tanggap Sanzu terlihat bingung.

Kring!

Handphone Sanzu berbunyi, menghentikan [name] yang akan bersuara. Lantas Sanzu segera mengangkatnya. Yang [name] dengar dari suara seberang, Sanzu akan mendatangi pesta dengan teman dekatnya serta para kakak tingkat perempuan di PUB malam.

Dan ya, keputusan [name] tidak salah.

"[Name], aku─"

"Iya sana pergi." Potong [name]. Ia beranjak dari duduk seraya membereskan makanan dan minuman di atas meja. Membiarkan sanzu terus menatapi gerak-geriknya. "Tapi sebelum kamu pergi, aku ingin mengatakan sesuatu padamu sanzu."

Obsidian [name] menatap datar sanzu, hingga membuat sanzu bergerak tak nyaman di kursi.  Pria itu begitu gelisah karena [name] mulai memanggil nama marganya.

Ini aneh. Tidak biasanya [name] menatapnya seperti itu. Sesalah apapun sanzu, [name] akan menatapnya hangat selayaknya mentari.

[Name] menghembuskan napas perlahan, mencoba menguatkan diri. Setelahnya, ia menatap lurus pria bersurai merah muda itu.

"Sanzu, aku pikir hubungan kita sudah cukup sampai disini saja."

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

↪To be continue↩

Kandas oi kandasss

𝐑𝐞𝐬𝐭𝐫𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ─Sanzu Haruchiyo √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang