EPILOGUE: After

6.9K 989 373
                                    

『 The truth untold 』━━━━┅━━━┅━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


The truth untold 』━━━━┅━━━┅━━━


Memasuki penghujung tahun. Yang mana artinya udara dingin hasil dari rintikan salju akan turun menyambangi negara. Sebelumnya, desember tidak pernah sekacau ini. Tidak pula turut menyedihkan. Umumnya desember adalah bulan penuh suka cita bagi mereka bertiga.

Sampai pada suatu titik dimana semesta mendadak mengambil alih, merusak segalanya hingga tak menyisa.



"Ayo pulang."

Vokal baritone khas seorang pemuda memecah lamunan yuzuha. Telapak lebar menyinggung pelan ujung kepala si gadis shiba, mengingatkan tuk segera mendirikan raga setelah bermenit-menit duduk bersimpuh. Kendati nama diucap beberapa kali, si empu masih saja bergeming, enggan tuk meninggalkan tempatnya berpijak.



"Tunggu sebentar lagi, takashi." Ujarnya pelan.

Gadis dengan surai coklat sepanjang punggung itu masih setia mengatupkan kedua telapak tangan secara khusyuk. Kedua kelopaknya turut terpejam sembari lantunkan doa-doa teruntuk mereka yang sudah tiada.

Rutinitasnya di penghujung minggu, yaitu mengunjungi rumah duka penyimpanan abu keluarga fujihara.

Garis kelopaknya perlahan terbuka, iris redup yuzuha menatap lurus ketiga foto berbeda usia yang membentang di hadapan. Raut sendu senantiasa tersemat begitu beralih menilik foto wanita seumurannya tengah tersenyum ceria.

Menundukkan kepala, Ia kembali menangkup kedua jemari di area dada. Lubuk hati senantiasa berdoa perihal permohonan. 6 bulan sudah berlalu, namun yuzuha tetap menyangkal. Bersikeras bahwa [name] masihlah ada. Walau mitsuya berbusa-busa mengatakan tuk mengikhlaskan, yuzuha tidak pernah mendengar.

Kepolisian setempat sudah menghentikan pencarian selepas menemukan remukan mobil kedinasan yang dikendarai orang tua [name]. Pula menyatakan bahwa putri satu-satunya di keluarga fujihara itu menghilang tanpa jejak.

Dengan tegas kepolisian lepas tangan, sebab kasusnya tidak terpecahkan. Terlebih lagi, mereka berdua diminta polisi tuk berhenti mencari sebab nihil adanya petunjuk.


Yuzuha tidak menyalahkan siapapun, terlebih lagi mitsuya. Tidak sama sekali. Pemuda itu bahkan rela menjadi garda terdepan guna melindunginya.

Karena keputusan yang ia ambil memang murni dari pemikirannya. Keputusan yang ia ambil murni tergerak dari lubuk hatinya. Dan hasil dari keputusan yang diambil pun sukses menghantarkan sesal teramat dalam bagi yuzuha.


Hubungan timbal balik semestinya ada. Sebab, saat ia sudah memutuskan untuk menyelamatkan mitsuya, ia pun harus siap kehilangan [name] saat itu juga.

Sekarang ini, janji hanya sekadar janji. Buaian itu hanyalah omong kosong tidak berisi. Sudah berapa kali yuzuha mengingkari? Nampaknya bisa terhitung beberapa kali.

Janji yuzuha untuk mengungkapkan semua perasaan cinta yang sekian lama terpendam pun musnah. Asa sudah gugur, luluh lantah ditelan hamparan realita menyakitkan.

Sang mentari penyelamat hidupnya telah pergi. Kini, yuzuha sepenuhnya kehilangan seseorang yang teramat ia cintai.


━━━━┅━━━┅━━━『 Never ending



Derap langkah cepat mengetuk ubin sekitar hunian kala sepasang tungkai memasuki sebuah ruangan. Sebab ada satu hal yang mustahil tuk dilewatkan selepas melaksanakan misi semalaman.

Cuaca hari ini begitu dingin. Ditambah lagi ia berada di ruangan bertemperatur 10°, bertambahlah rasa dingin yang menyergap diri. Walaupun tengah mengenakan busana berlipat ganda, rasa sejuknya masih saja menusuk kulit.

Tapi tidak apa, bagi sanzu ini bukan masalah besar. Sebab, sudah terbayarkan dengan rasa senang kala menatap lamat figur sang jelita. Membuat garis bibirnya sigap merekah, suratkan sebuah antusiasme berlebih saat menatap raut ayu wanitanya.

Di hadapan sang pemuda, berdirilah sebuah tabung besar yang berisikan seorang mayat wanita, dengan balutan kimono mewah serta polesan make up tipis.

Dan mayat wanita yang tengah diawetkan itu adalah──Fujihara [name]


"Cantiknya." Gumam sanzu memuja.

Seulas senyum teduh sanzu sematkan. Jemarinya bergerak, melekat di kaca pembatas yang memisahkan keduanya. Figur lembut dari sang wanita mampu menghantarkan atmosfer hangat pada relung sukmanya. Kulit pucat pualam menambah kesan indah teruntuk sang juwita.

Menurut pandangan sanzu, jikalau hanya menyimpan [name] dalam kilas memori itu tidaklah cukup. Ia tidak puas sama sekali. Mengenang melalui foto bukanlah tipe dari seorang sanzu.

Maka, sanzu merangkai ruang khusus sebagai tempat peristirahatan untuk sang puan. Biarkan dirinya bebas wara-wiri tuk menyalurkan kerinduan.

"Kau tahu? di luar dingin sekali." Ujarnya lembut.

"Aku ingin memelukmu saat ini juga."

Kendati lawan bicaranya hanya diam membisu, sanzu senantiasa setia mengajaknya berkomunikasi. Tidak, sanzu tidaklah gila tatkala mengajak mayat berbicara. Dia hanya terlampau gembira, karena si wanita fujihara itu mutlak menjadi propertinya.

Ekspresi penuh suka cita melingkari iras paripurna sanzu. Sebab, kini tidak ada lagi aksi melarikan diri. Tidak ada pula yang mengacaukan kesenangannya lagi. Hari ini, besok dan untuk selamanya, ia bebas memiliki [name] seutuhnya.

Pada akhirnya, obsesi sanzu tidak akan penah berakhir begitu saja.

━━━━┅━━━┅━━━━

Selesai

━━━━┅━━━┅━━━━










Restriction, officially end. Huh, Akhirnya cerita jahannam ini selesai juga :'D

Terima kasih teruntuk para pembaca yang senantiasa menunggu, dan mendukung jalannya cerita ini dengan menyempatkan vote dan komen. Mood sekali miskah ketika baca komenan kalian tuh. Sangat menghibur >_<

Baiklah, kalau begitu saya pamit undur diri. Kita bertemu lagi di lain waktu dengan book baru!

See u, love.

━━━━━━━━━━━━━━ Ann, Fairypast ━






🎉 Kamu telah selesai membaca 𝐑𝐞𝐬𝐭𝐫𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ─Sanzu Haruchiyo √ 🎉
𝐑𝐞𝐬𝐭𝐫𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ─Sanzu Haruchiyo √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang