8. Caught

6.3K 1K 207
                                    


21.00

Kurva sanzu melengkung, tersenyum manis saat mengamati presensi ayu sang dara pada rekaman cctv yang tengah berjalan saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kurva sanzu melengkung, tersenyum manis saat mengamati presensi ayu sang dara pada rekaman cctv yang tengah berjalan saat ini. Gadis itu tengah melamun, terduduk di sofa kediaman seraya mengaduk minuman.

Sanzu sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. Membawa sang gadis ke dalam dekapan, mengirim afeksi, lalu menghancurkan hingga titik terdalam. Sanzu ingin memberi [name] peringatan agar gadis itu paham akan konsekuensi jika melarikan diri darinya.

Ia kini hanya perlu menunggu waktu.

"Kapan kau memulai aksimu sanzu?" Rindou menyeruak di samping sanzu, ikut menonton. Sebuah kaleng alkohol ia berikan kepadanya.

Sanzu menjilat bibir bawah, "Setelah ini."

"Souda! Aku juga tidak sabar untuk bertemu dengan [name]," Ran berseru girang, ia menepuk bahu sanzu ringan, "Aku ingin melihat lebih dekat gadis yang pernah menendang selangkangan sanzu haha!"

"Ck, berisik ran."

Setelahnya diam. Mereka lebih tertarik untuk menyimak pergerakan [name] di pantauan cctv. Pada rekaman itu terpantau jika si gadis fujihara tengah berbincang serius dengan teman dekatnya.

Sanzu berdecak sebal, karena presensi yuzuha sangat menganggu baginya. Sejak ia masih berstatus kekasih [name], gadis itu tak luput untuk merecoki hubungan mereka. Entah itu membatasi [name] atau memonopoli si gadis.

Sanzu jadi ingin melenyapkan yuzuha.

"Eh [name] coba lihat, Bukankah ini spy cam? Kau menaruh benda ini di rumah? Untuk apa coba?"

Layar gawai sanzu dihiasi oleh raut bingung yuzuha. Diikuti oleh [name] yang kini bergantian menatap yuzuha dan spy cam di tangan. Ah, mereka sudah menemukan salah satu kameranya.

"Hah? Aku bahkan tidak memiliki spy cam satupun. Orang tuaku juga tidak mungkin melakukan hal itu yuzu."

"Sialan! berarti saat ini kau tengah diintai seseorang [name]!"

"Eh..? HAH? yang benar saja! Lagipula untuk apa mengintaiku astaga!"

Mereka saling berpandangan sejenak. Lantas jemari [name] merebut spy cam dari yuzuha, kemudian menginjak benda tersebut hingga hancur lebur.

Tak ayal, suasana panik tengah mengudara di kediaman fujihara.

Sanzu tersenyum miring, "Yah, sudah ketahuan..."


 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

"[Name] cepat hubungi orang tuamu sekarang!" Yuzuha berucap panik seraya melirik sekitaran. Ia menyalakan handphone.

"Aku yakin masih ada spy cam di sekitar sini. Bajingan itu tidak mungkin hanya memasang 1."

[Name] mengangguk cepat. Sementara si fujihara menelpon orang tuanya yang masih dinas di luar kota, Yuzuha ancap berkeliling ruang tamu. Ia mematikan lampu guna mempermudah pencarian. Tak lupa ia juga menghubungi mitsuya untuk datang kemari.

10 menit mencari, Yuzuha menyerah. Ia kembali menyalakan lampu dan menghampiri [name] yang masih duduk di sofa seraya memasang raut cemas.

"Bagaimana? Ada balasan?"

[Name] menggeleng, "Tidak menjawab. Huh, pasti sedang berkencan," Walau begitu ia tetap mengutak-atik gadget berharap orang tuanya menjawab panggilan.

Sembari menunggu si fujihara berkutat dengan gadget, yuzuha begitu penasaran siapa bajingan yang memasang spy cam di rumah [name].

Kalau dipikir kembali, [name] tidak pernah memiliki masalah dengan orang lain. Juga orang tua [name] tidak termasuk strict parent, malahan mereka membebaskan gadis itu asal masih dalam batas wajar.

"omong-omong, kau tidak mencurigai siapa tersangkanya?" Tanya yuzuha begitu penasaran, ia menangkup dagu.

[name] menoleh, ia mengusap kedua lengan karena hawa yang tercipta begitu dingin. Sejak tadi ia terus memikirkan siapa dalang dibalik ini. Begitu, hingga ada 1 hal tengah mengganggu pikirannya saat ini.

Ia mengetuk pelan meja kecil, "sebenarnya ada yuzu.. Aku--"




Cklek. Kriet

Suara engsel pintu yang terbuka menyita pendengaran mereka berdua. Apalagi terdengar derap langkah kaki yang membuat [name] memasang ancang-ancang siaga. Kini gadis itu sudah berdiri, membawa senjata berupa sapu ijuk seraya menunggu kedatangan tamu tak diundang.

"Tenang saja [name], itu pasti Takashi. Aku tadi sudah mengabarinya untuk dat─eh?"

Kalimat yuzuha terhenti saat mendapati sosok tegap yang keluar dari sisi tembok dan berdiri radius beberapa meter dari mereka.

Sial, ini tidak terduga. Mereka beringsut mundur 2 langkah ketika menatap si pria.


"Konbanwa~" Sapa Sanzu riang, ia menyeringai lebar, "Hisashiburi [name]-chan. Aku datang kemari untuk menjemputmu loh~"

Manik [name] memicing tajam, ia menggertakkan gigi marah, "Apa? Menjemputku? Cih, Berhenti bertingkah seolah kita masih berhubungan sialan! Kau kira aku sudi menerima ajakanmu?"

"Dan juga jangan seenaknya masuk ke rumah orang begitu saja! Kau tidak mengenal tata krama ya!?"

Mendengar jawaban kasar [name], tak ayal raut wajah sanzu berubah menjadi datar dan dingin. Ia berdecih, memutar pistol miliknya di jemari layaknya mainan, "Kasarnya. padahal aku berkata baik-baik loh."

"Lagipula aku tidak perlu persetujuanmu, sweetie. Karena aku akan membawamu secara paksa."

"Sialan! Kau pikir kau siapa hah!?" Geram yuzuha. Ia terprovokasi dengan ucapan ngawur dari sanzu.

Tanpa berpikir panjang ia melangkah maju, ingin memukul si mantan kekasih [name]. Otaknya sanzu itu memang sudah terlampau rusak. Namun baru saja berjalan 1 langkah, [name] sudah merentangkan tangan kirinya, menghalangi niat yuzuha untuk menyerang sanzu.

[Name] melirik, "Kau tidak lihat dia membawa pistol? Jangan gegabah, yang dia incar itu diriku."

Ia menarik tangan yuzuha untuk mundur beberapa langkah.

"Kau bisa terbunuh yuzu. Sebaiknya kita lari lewat pintu belakang." Bisik [name] pelan.

Sanzu tertawa keras hingga suaranya menggema di penjuru ruang tamu. ia menciptakan atmosfer mengerikan yang membuat 2 gadis itu bergidik ngeri. Maniknya menyalang, menatap remeh mereka berdua. Ia lantas mengintruksikan sebuah gestur tangan pertanda perintah.

Dan sebelum 2 gadis itu bergerak mundur, sebuah tongkat besi sudah melayang, menghantam keras tengkuk mereka dari belakang hingga terjatuh tidak sadarkan diri.

Yuzuha dan [name] ambruk begitu saja.

"Gotcha! Nice jumpshot," Sanzu bersiul pelan, ia melangkah ke arah [name] yang tergeletak dan membopong tubuh ringan si gadis ke bahunya.

"Finally, i got you babe."

Rindou, sang pelaku pemukulan memutar bola mata jengah. ia menunjuk sanzu dengan tongkat besi seraya menyenderkan bahu di tembok.

"Oi sanzu, kau harus memberiku lebih banyak kokain dan vodka setelah ini."

Sanzu memberi tanda ok, "Haha! Baiklah~"

Sebelum melangkah pergi, Rindou menatap datar yuzuha yang tergeletak dengan genangan darah, "Kita apakan gadis satu ini?"

"Hm? Biarkan saja. Nanti juga mati sendiri."


 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

To be continue


Aku tebak pak satpamnya pasti lagi mojok sambil ngopi.

𝐑𝐞𝐬𝐭𝐫𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ─Sanzu Haruchiyo √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang