18. Hope

6K 993 438
                                    


21.00


"Jika memang akhir bahagia itu ada, apakah aku bisa mendapatkannya?"

"Jika memang akhir bahagia itu ada, apakah aku bisa mendapatkannya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Di setiap sudut pandang jelas memiliki jalan cerita berbeda. Baik atau buruknya, tetaplah menjadi bagiannya. Dalam pandangan sanzu, ia merasa bahwasannya tindakan yang dilakukan terlampau benar─dengan membiarkan sang pujaan bergumul bersama luka-luka, tidak tergelitik untuk mengambil kotak medis guna mengobatinya.

Berujar pasal kalimat penuh cela yang keluar dari celah bibir sanzu, itu--hanyalah sebuah gertakan semata. Lupakan. Sebab, tak ada terbesit niat tuk lakukan perzinahan selepas ia tanamkan timah kecil di lingkar paha si wanita.

Hukuman darinya berupa─biarkan dia kesakitan, kalau perlu sampai fajar berada di ufuk timur.

Kendati hanya mendapat balasan berupa hamparan raut kosong. Tidak ada deru tangisan seperti yang ia jumpai sekon tadi. Membuat garis di dahinya berkerut, ketika tidak mendapati raut ketakutan yang sering ia nikmati.







"Kapan kau berhenti menyakitiku, sanzu?" Bisikan tanpa nada hembuskan aksara, dibantu angin tuk lewati celah rungu si pemuda. "Aku.. lelah."

Alis sanzu sedikit menukik. Mendapat pertanyaan secara tiba-tiba, agak membuatnya terheran. Namun ia masih uraikan pandangan rendah sebagai peringatan, "Sampai kau benar-benar menurut dan patuh dengan perintahku, [name]."

"Souka.."

Kilas balik dari rangkaian peristiwa mengerikan ini bermula dari sebuah akhir hubungan sepihak. Hingga merangsek berujung fatal. Pada mulanya ia selalu berpikir bahwa setiap insan pasti memiliki sisi baik.

Sampai dimana takdir mempertemukannya dengan sosok sanzu haruchiyo. Filosofi tentang lelaki manis berbudi luhur tidak ia temukan pada jati diri sanzu. Ada namun sekejap, saat baru memutuskan tuk memulai sebuah hubungan. Setelahnya hanya rasa pahit yang ia rasakan. Alur yang dijalani pun cukup monoton, tidak ada asmaraloka seperti halnya pasangan lain.








Maka, sudah ia putuskan untuk angkat suara, "Sanzu, sejak awal kau hanya penasaran denganku, bukan? Kau tidak pernah tulus mencintaiku selama kita masih berhubungan."

"Kau hanya menganggapku mainan seperti wanita di luar sana. Kau berlaku baik karena aku selalu menurut, tidak pernah menuntut apapun. Hanya saja, kebetulan aku mulai berontak dan membuatmu tidak terima, karena hubungan ini aku akhiri begitu saja."

"Pada akhirnya kau hanya terobsesi denganku, sanzu. Kau tidak benar-benar mencintaiku." Pungkasnya.

Sanzu jelas terkejut--sangat. Kedua iris sayunya membulat penuh lebih dari biasanya. Secercah gemetar ia tanamkan pada kedua jemari seraya menggelengkan kuat kepalanya. Untuk pertama kalinya, [name] menjumpai sanzu begitu ketakutan selepas ditampar kenyataan. 

𝐑𝐞𝐬𝐭𝐫𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ─Sanzu Haruchiyo √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang