4. Toxic

7.2K 1.2K 450
                                    

Warn: physical abuse


19.20

Tidak pernah terlintas sedikit pun di benak sanzu pasal kejadian mengejutkan di hubungannya saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak pernah terlintas sedikit pun di benak sanzu pasal kejadian mengejutkan di hubungannya saat ini. Karena Sanzu selalu berpikir bahwa [name] sangat mencintainya. Kendati ia merasa begitu sebelum kalimat sakral yang sanzu amat benci terucap lewat birai [name].

Pikirannya teramat kosong, getaran sakit menjalar pada ulu hati sanzu saat suara dingin milik si gadis begitu ancap menginvasi rungu.

"Kenapa..." Sanzu mengepal erat, tidak terima atas perlakuan [name] barusan, "Kenapa kamu memutuskanku [name]? Apa salahku!?"

Sanzu berdiri tegak, "Cepat katakan!"

[Name] berjalan mundur 2 langkah ketika atmosfir yang diberikan sanzu agak mengerikan. Gadis bermarga fujihara itu menggigit pipi bagian dalam, mencoba menenangkan diri.

Ia menatap lurus, "Maaf sanzu, aku sudah tidak bisa mengimbangimu lagi. Kamu tahu kan? Sifat kita berbanding terbalik. Kamu dengan dunia malam dan teman wanitamu, sedangkan aku hanya bertitik pada belajar."

"Kamu juga selalu mengutamakan mereka daripada aku sanzu. Kamu selalu mengabaikan aku, kemudian berlagak seolah-olah tidak memiliki kesalahan. Hingga aku kembali berpikir, sebenarnya peranku itu apa sih?"

Kalimat panjang milik [name] menjadi senjata atas pertanyaan sanzu yang terlontar. Tak ayal, sanzu terdiam kaku di tempat karena mendengar uneg-uneg yang baru saja tersampaikan.

Meski begitu, Sanzu tidak bisa menerima alasan gadis itu, "Kenapa kamu baru mengatakan hal itu sekarang [name]? Dan lagipula mereka hanya temanku"

Hanya teman ya? Haha, teman apa kalau sampai saling mencium pipi mesra? Masih ingat di memori [name] kala itu. Ia mencoba bicara kepada sanzu agar sedikit menjaga jarak dengan teman wanitanya. Namun sanzu menghiraukan pendapat [name].

"Sanzu kamu bahkan tidak pernah mendengarkan pendapatku... sedikitpun." Ungkap [name] begitu lelah. "Lalu untuk apa aku angkat suara? Kalau hanya mendapat raut sinis dari wajahmu."

"Dan juga, tidak ada teman beda jenis saling duduk berpangkuan sanzu." seloroh [name] mempertegas.

Sekiranya sudah selesai, [Name] ancap untuk berbalik arah menuju ke dalam rumah karena tidak ingin terlalu lama berdebat dengan sanzu.

Kendati begitu sebelum pergelangan tangannya dicekal erat oleh sanzu. "Tidak tidak. Mau kemana kamu? Kita belum selesai."

Obsidian sanzu menajam, "Ini pasti karena kamu menyukai Inui kan?! Makanya kamu memutuskanku. Inui membayarmu berapa hah!?" Tuduh sanzu.

[Name] memasang raut tidak percaya. Apa ini? Rasa-rasanya sanzu membuang kesalahannya dan melontarkan itu semua pada [name], seakan-akan sanzu adalah korban.

Juga kalimat yang sanzu ucapkan bertubi-tubi tak urung membuat hati [name] berkedut pelan. Ia merasa sesak, kenapa sanzu menuduh yang tidak-tidak?

"Sanzu, kamu bahkan melihat dengan jelas kalau aku menolak inui-san." [Name] begitu sabar menjelaskan, "lagipula inui-san sudah memiliki kekasih."

"Dan aku juga tidak bisa berpaling begitu saja sanzu, meskipun hubungan kita sudah selesai. Jadi tolong jangan berkata sembarangan." Jelas [name] dengan suara sedikit bergetar kentara menahan tangis.

Sanzu mendecih, "Alasan! Kamu sangat egois [name]! Mengakhiri hubungan ini sepihak!"

"Kenapa [name]!? Aku kurang apa padamu? padahal kita bisa membicarakan ini baik-baik!"

[name] hanya terdiam saat sanzu membentaknya, sehingga rasa bersalah mulai menjalar menghampirinya. Apa benar ini semua salah [name]? Apa benar ia egois?

Sesaat ia berpikir begitu sebelum ia tersadar akan perilaku dan ucapan yang terlontar dari mulut sanzu.

Sanzu itu manipulatif. Dan kini ia mencoba untuk melakukan gaslighting padanya. Yuzuha pun berujar begitu saat meneleponnya tadi.


'Aku khawatir kalau sanzu melakukan hal buruk padamu'

'Dia itu manipulatif'

'Segera lari dan kunci rumah saat sanzu berubah menjadi kasar'



[Name] menggigit bibir bawah. Langkahnya berjalan mundur secara perlahan, agar sanzu tidak menyadarinya. Namun itu hanya angan belaka karena sanzu terlampau peka, dan ia berjalan cepat ke arah [name] yang akan berlari menuju rumah.

Sanzu mencengkram tangan [name] erat, hingga membuat [name] menggelinjang rusuh. Gadis itu mencoba menarik tangannya sekuat tenaga, namun sanzu masih ngotot mencekalnya.


"Lepas!" Teriak [name].

"Tidak. Urusan kita belum selesai"

Pikirannya tidak terkontrol lagi, sanzu begitu kalut. Hingga jarinya mengarah pada leher [name].


Sanzu mencekiknya.

Kasar. Sanzu berubah menjadi kasar. [Name] mencoba melepas jari sanzu yang tengah mencekik lehernya. Dengan keterbatasan tenaga, ia menendang selangkangan sanzu keras hingga membuat sanzu bertekuk lutut.

"Argh! Sialan!" Teriak Sanzu.

Tidak berhenti disitu, [name] kembali menendang rahang sanzu sampai pria itu terlempar ke samping dan meringis kesakitan.

Tidak ingin berlama-lama, ia langsung berlari masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu utama. Nafasnya menjadi tidak beraturan akibat cekikan dari sanzu.

Pun saat ini gedoran keras pada pintu rumah yang diperbuat sanzu membuat gadis itu menggigit jari cemas. Rumah sedang sepi penghuni, karena orang tua [name] tengah dinas di luar kota.

"Kamu tidak bisa lari dariku [name]! kamu itu hanya milikku!" Teriak sanzu dari luar.

"Lihat saja [name]! kamu akan tahu akibatnya!"

Begitu nada ancaman dari sanzu. Lantas suaranya hilang ditelan angin, pertanda bahwa pria itu baru saja meninggalkan kediamannya.

Punggung [name] merosot, tubuhnya bergetar pelan, lehernya masih nyeri akibat ulah sanzu. Ia menenggelamkan diri pada lutut, menangis pelan.

"Yuzuha.. Aku takut.."

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

↪To be continue↩

Gaslighting: Bentuk manipulasi ini dilakukan oleh seseorang untuk terlihat berkuasa dan bisa mengontrol orang lain. Korban gaslighting akan merasa ragu dan tidak yakin dengan dirinya sendiri.

𝐑𝐞𝐬𝐭𝐫𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ─Sanzu Haruchiyo √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang