Allen Argasya.
Itu nama yang tertulis di tanda pengenal Arga. Jangan tanya kenapa panggilannya bukan nama depannya, apalagi tanya arti nama lengkapnya itu. Karena 'Namanya ganteng dan keren, sama kaya orangnya'. Cuma itu yang bisa dia jawab setiap ada yang nanya soal nama, itupun copy paste dari jawaban ibunya.
Cowok yang dianggap sesepuh di antara sahabatnya itu berjalan mendekati satu cermin besar di dalam kamarnya supaya bisa melihat seluruh tubuhnya terutama buat mengecek kerapihan seragam dan rambutnya.
"Tinggal pake sepatu," gumamnya, sebelum menoleh ke arah jam dinding yang baru menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit, "Tumben banget gue rajin." gumamnya lagi sambil berjalan keluar kamar untuk memakai sepatu sebelum akhirnya berangkat ke bandara.
Bukan untuk naik pesawat, melainkan mandu pesawat. Air traffic controller namanya, atau disingkat jadi ATC. Gampangnya, layanan pengaturan lalu lintas udara untuk pesawat terbang. Mungkin agak asing, mengingat kerjanya itu dibalik layar. Tapi, itulah pekerjaan yang sedang digeluti Arga.
Hari ini Arga kebagian shift malem yang rasanya agak beda dari biasanya. Gak ada yang aneh sih sama shift-nya, yang aneh itu orangnya. Tumben-tumbenan jam sepuluh cowok itu udah sampe di bandara, padahal biasanya dia baru nyampe jam sepuluh lewat empat puluh lima menit, tepatnya lima belas menit sebelum jam kerjanya mulai.
Karena hari ini dia datang lebih awal, akhirnya dia milih mampir ke food market yang ada di terminal 3. Niatnya sih dia mau beli kopi di sana.
Satu tahun kerja di sana, Arga cukup hafal letak-letak bangunan beserta kegunaannya. Terutama food market langganan tempat dia makan bareng sahabatnya. Tempat itu juga merupakan saksi bisu pertemuan tiga belas orang itu.
Arga yang mau cari tempat duduk saat itu, nggak sengaja liat Yoan, lantas dia mendekati dan menyapa orang itu tanpa ragu.
"Han? Kok lo masih di sini?" tanya Arga yang ditujukan buat Yoandra, salah satu sahabatnya yang pertama kali dia temui beberapa tahun lalu karena kejadian kocak nan memalukan ketika lagi ngantri di toilet.
Yoan yang lagi duduk itu mendongak, menatap Arga datar dengan mata capeknya yang lebih mirip mata panda.
"Suka-suka gue dong, mau gue di mars juga nggak ada masalah sama lo.""Idih sewot." balas Arga sambil mendudukkan diri di kursi tepat di samping Yoan. Beruntung banget dia ketemu Yoan, kebetulan ada yang mau dia omongin ke cowok itu.
Yoan mengangkat bahu, memperhatikan Arga yang baru saja duduk, sebelum ia balik bertanya, "Lo juga kok udah dateng aja?"
"Suka-suka gue dong, mau gue dateng jam enam sore juga nggak ada masalah sama lo."
"Eh! Bales kata-kata gue ya lo?!"
Arga tertawa mendengar balasan Yoan yang nada tingginya hampir mirip ibunya itu.
"Hehe, gak tau Han, gue juga heran, biasanya gue dateng pas banget ganti shift, iye gak?"
Yoan mengangguk setelah minum sedikit kopinya. "Aneh lo, kerasukan maung kali."
Mendengar Yoan menyebut harimau dalam bahasa Sunda itu Arga seketika inget salah satu sahabat mereka. "Gue tiba-tiba kepikiran Hoshi jadinya. Perasaan kerja dia tuh yang paling nyantai, tapi jarang banget sekedar nongol di grup." ucapnya. Satu detik kemudian satu pukulan mendarat di bahunya diiringi kalimat panjang Yoan yang diucapkan pake tenaga.
"Lo kira nyantainya itu gimana? kaya di pantai?! Dia tuh harus selalu siap siaga, standar waktu respon timnya di bandara itu cuma tiga menit dari crash Bell. Dulu pas diadain simulasi penanggulangan keadaan darurat gue ikut sekali naik kendaraan PKP-PK, gila woy dia ngebutnya gak main-main sampe jantungan dah gue, kapok beneran!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIATEEN [SVT]
HumorCerita tentang persahabatan tiga belas pemuda yang menggeluti dunia aviasi. Tentang jiwa muda mereka dan pemikiran dewasanya. "Dulu gue takut ketinggian. Tapi, setelah ketemu kalian, bahkan langit sudah gue anggap sebagai rumah kedua." Ft Seventeen...