2. Yoan

386 73 3
                                    

"Jo, lo liat Arga kan tadi?" ucap Yoan yang tiba-tiba membuka pembicaraan tiga menit setelah Arga pergi.

"Ya liat lah, orang tadi kita ngobrol sama dia, lo kira dia ghaib apa gimana?" balas Joshua.

"Bukan itu, maksud gue lo liat kan gimana muka capeknya dia? Sebenernya Deka cerita ke gue, dua hari lalu dia tuh ketemu Arga dan cowok itu bener-bener receh, hal kecil yang bahkan menurut Deka yang humornya udah ada di inti bumi itu nggak lucu Arga ketawain, makannya Deka usul liburan. Kayanya Arga emang lagi stress sama kerjaan dan butuh refreshing."

"Anjir dikira stress." Joshua tertawa. Jangan lupa, kalo cowok yang luarnya kalem ini juga masih bagian dari Boker.

Yoan menginjak kaki sahabatnya itu sampe Joshua meringis. Stress yang Yoan maksud kan stress ringan, tapi dari cara Joshua ketawa kayaknya dia nangkep maksudnya stress berat yang harus ditangani langsung oleh dokter.

"Hmm, iya sih, mau ditutupin gimana pun, kita ini punya penglihatan istimewa. Kayanya dia emang lagi capek, kerjaan Arga tuh emang bikin stress." jawab cowok kelahiran Amerika itu setelah berhenti tertawa.

Yoan mengangguk, Joshua juga. Joshua menatap Yoan sejenak sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia tiba-tiba inget orang tuanya dan Arga salah satu orang yang selama ini bikin dia nyaman tinggal di sini meski jauh dari mereka. Rasanya ada suatu hal yang harus dia lakuin buat balas kebaikan cowok itu.

Yoan menepuk bahu Joshua, "Lo kenapa bengong mulu sih? Ini udah larut malem, kalo lo kerasukan gue tinggalin loh." katanya.

"Bukan bengong, gue lagi mikir, soal Arga. Kaya apa ya ... kita tuh belum kasih dia apa-apa padahal jasa dia tuh banyak banget buat kita. Waktu ulang tahunnya pun bukannya ngasih hadiah, kita malah ngasih beban kan, kita jailin dia."

"Lo pulang duluan waktu itu. Kita kasih hadiah kok, inget kan sebelumnya kita udah patungan?" balas Yoan. Dalam hati dia lanjutin omongannya,"Meski 60% dari uang lo."

"Oh iya iya."

"By the way, lo abis darimana tadi?" tanya Yoan mengalihkan topik.

"Dari toilet."

"Please lah tiap denger orang nyebut atau bahas soal toilet gue jadi inget kejadian memalukan mulu."

Joshua mengeryit heran. "Apa emang?"

"Waktu itu gue kepeleset pas keluar dari toilet, mana banyak yang ngantri lagi, termasuk Arga yang ngantri paling depan,  karena dia ketawa sendirian, mana kenceng lagi, jadi gue malunya nggak sendiri."

"Hahaha, bisa-bisanya. Emang sih kejadian memalukan itu paling susah dilupain, andaikan gue juga ada di sana."

"Kalo lo ada di sana, nanti jadi paduan suara ketawanya, dan gue yakin gue bakal kena bully." balas Yoan.

"Lagian ya Han, rasanya first meet kita itu memalukan semua. Kita bersebelas aja bisa deket karena kejadian lo sama Arga yang kepeleset barengan itu, kan?"

Joshua menyelesaikan sisa-sisa tawanya, kemudian berucap, "Gue mau pulang sekarang, mau bareng nggak lo?"

Yoan kelihatan berpikir. Lama, sampe Joshua berdiri pun dia belum jawab.

"Hadeh, tinggal jawab iya atau nggak aja susah banget kaya pake rumus phytagoras, lama amat." protes Joshua yang mulai pegel.

"Gak deh, lo duluan." jawab Yoan pada akhirnya.

"Lo tuh, suka banget diem di bandara! Curiga gue lo lagi naksir orang."

"Lah, apa hubungannya?"

AVIATEEN [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang