"Aduh ini gimana, ransel gue nggak bisa ditutup!" baru juga turun dari mobil, Brian memulai kembali keluhannya tentang ranselnya yang nggak bisa ditutup.
"Salah sendiri anjir, orang mah bawa satu koper doang, lo bawa barang-barang satu kamar!" bales Zio, sambil berusaha merapikan rambutnya yang sebenarnya udah rapi itu.
"Idih, lo pasti bakal pinjem kan nanti."
"Iya dong, teman harus dimanfaatkan sebaik-baiknya." Zio mengangkat alisnya bergantian kiri dan kanan.
"Berisik kalian! lagian lo tau barang lo banyak, nekat ya pake tas ransel kecil begitu." Yoan langsung merebut tas Brian dan dengan cara ajaran ibunya, tas Brian itu berhasil ditutup.
"Sisa barangnya ada di koper sih."
"Jauh-jauh lo dari gue!"
Baru juga selesai masalah satu, bau-baunya dateng lagi nih masalah lain.
"Lo kenapa?" tanya Dastan ke Hoshi yang kelihatan sinis banget dengan mata yang sembab.
"Tck." balas Hoshi kemudian berlalu.
Mereka hanya menghela napas kemudian mengikuti Hoshi yang berjalan ke area tunggu keberangkatan.
"Kenapa dia?" tanya Brian ke Rey yang mereka lihat tadi dateng bareng Hoshi.
"Tumben, baru pertama gue liat Hoshi nangis." ucap Yoan berbisik.
"Yo, bro!" kedatangan Daffin, Arga dan Dino berhasil mendapatkan atensi mereka.
"Loh, Hoshi kenapa nangis?" tanya Daffin.
"Rey, kenapa?" tanya Yoan lagi, ingat pertanyaannya belum dibalas.
"Itu bang, Hoshi bilang dia ngga pernah bisa nangis, terus gue kasih irisan bawang merah ke deket matanya, dan ... dia nangis."
Mereka langsung menghela napas sabar, sedangkan Hoshi kembali menatap Rey dengan tatapan nyalang.
"Gue kira Hoshi kena kalajengking lagi." respon Daffin.
Mereka langsung menatap Daffin dengan kaget.
"Hah?" tanya Dastan tak paham.
"Iya, terakhir liat Hoshi nangis tuh karena kalajengking, bengkak tangannya." balas Daffin.
"Dia apain tuh kalajengking?" tanya Arga.
"Mau di buang, malah di pegang ekornya." jelas Daffin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Pinter banget Hoshi." ucap Yoan lelah.
"Loh Din? Katanya pake tas Frozen?" Woozi tiba-tiba muncul dan menunjuk tas ransel Dino.
"Yakali! Bang yang bener aja!" ucapnya protes.
"Dih, lo yang ngomong kemarin." balas Woozi.
"Ya kan cuma bercanda." balas Dino cemberut.
"Din, udah tua nggak cocok imut imut gitu." ucap Dastan.
"Bang Arga, tuh dikatain bang Dastan!" ucap Dino kencang.
Arga cuma melirik Dastan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tas yang mau dibawa ke kabin, hati-hati jangan sampe hilang atau ketinggalan." ucap Arga mengingatkan.
"Siap!"
×××
Mereka telah berada di dalam pesawat dengan posisi duduk berdekatan.
"Masih perih Hosh? Mau gue kasih cabe nggak?" tanya Rey.
Hoshi yang duduk di sebelahnya mendelik. "Mending lo kasih gue duit."
"Idih, gue aja nyarinya susah."
Yoan sama Dino tukeran tempat duduk karena Dino duduk tepat di samping pintu emergency. Dia takut tiba-tiba Dino penasaran dan pintu itu dia buka.
"Eh bentar! Ini kita kurang satu orang loh!" ucap Brian histeris.
Arga langsung berdiri dan menghitung jumlah mereka. Untunglah penumpang pesawat saat itu tidak dalam kondisi penuh, sedikit mengurangi bebannya dalam menghitung teman-temannya.
"Yang ilang siapa emang?!" tanya Arga, dalam hitungannya sudah benar kok.
"Ya mana gue tau, bang! Yang ilang juga nggak bisa jawab karena ilang." bales Brian.
Yoan turut berdiri. "Masa harus kita absen? Kaya bawa anak TK." ucapnya pelan kepada Arga yang berdiri di kursi depan.
"Oh! Bang Joshua!" ucap Dino.
Otomatis Arga dan Yoan menepuk jidat mereka dan kembali duduk seolah tak terjadi apa-apa.
"Bang! Gimana sih! Kok ngga dicari?" tanya Dino.
"Waktu di bandara juga gue nggak liat loh." balas Verrel.
"Udah, mending kalian pada doa dulu. Kalo Joshua yang nggak ada di kursi penumpang, nggak usah dipikirin." ucap Yoan yang bikin sebagian dari mereka kebingungan. Tapi tetep baca doa, meski doa mau makan, sebelum diingetin sama temen sebelahnya kalo doa-nya kurang tepat.
"Loh kok gitu?" tanya Deka.
"Karena—" ucapan Arga terputus. Terdengar suara sebelum suara itu samar karena terdapat sedikit kejanggalan teknis.
"Ssrrk ... selamat pagi Bapak dan Ibu yang terhormat disini pimpinan penerbangan anda Captain Joshua Alden Hong bersama Co-Pilot ..."
"Joshua ada di kursi pilot." lanjut Arga.
Mereka larut dalam rasa terkejutnya masing-masing. Hingga kembali terdengar sebuah announcement.
"Flight attendant take off position."
×××
Di depan sana, pramugari sedang memperlihatkan cara menggunakan peralatan keamanan jika terjadi sesuatu.
"Serius amat bang Dek, bukannya udah tau ya? Hayo liatin apa." ucap Dino pada Deka.
"Ya sekarang gue penumpang, mau menghayati peran. Lagian demonstrasinya seru nih." bales Deka. Lumayan dia jadi belajar, siapa tau bisa jadi referensi buat kerjaan dia nanti.
"Astaga! Gue lupa!" ucap Arga tiba-tiba. Dia langsung menepuk kaki Yoan panik.
"Kenapa sih Ga? Jangan bilang lo lupa matiin kompor?!"
Arga menggeleng yang membuat Yoan merasa lega. "Terus apa dong?" tanyanya.
"Si Kumbang! Gue lupa bilang ke Pak RT, gue cuma nyimpen di sebelah kandang burungnya Woozi." ucap Arga.
"Ya terus kenapa?" tanya Yoan.
"Ck! Gimana kalo Pak RT ngira itu makanan burungnya Woozi."
Seketika Yoan turut melebarkan matanya.
"Bang Arga! Kumbang Gue!" Hoshi ngambek.
"Udah hosh tenang, nanti kalo si kumbang beneran dijadiin pakan burung, lo cari lagi aja di rumahnya Zio, rumah dia kan sarang kecoa." balas Dastan.
"Heh! Mana ada!"
×××
Hi!
Long time no see~Aku ngga sadar ini sudah jadi draft dari November 2023:)
Sadar pas balik kesini, karena kangen, wkwk
Semoga kalian semua sehat selalu
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIATEEN [SVT]
HumorCerita tentang persahabatan tiga belas pemuda yang menggeluti dunia aviasi. Tentang jiwa muda mereka dan pemikiran dewasanya. "Dulu gue takut ketinggian. Tapi, setelah ketemu kalian, bahkan langit sudah gue anggap sebagai rumah kedua." Ft Seventeen...