9. Zio

240 54 1
                                    

"Fin, udahan senyum-senyumnya." ucap Dastan yang kebetulan lewat di depan Zio. Emang Dastan doang yang manggil dia pake nama belakangnya dan nggak jarang bikin salah paham yang akhirnya bikin Zio adu mulut sama Daffin. Definisi pemancing keributan nih.

Zio nggak bales, cowok itu melirik Dastan sekejap masih sambil senyum.

Dastan menampilkan raut wajah geli, dalam hatinya dia berdoa semoga Zio masih sehat walafiat. Ya gimana ya, Zio senyum-senyum mulu dari tadi, padahal semua penumpang udah turun dan yang tersisa di kabin itu cuma pramugara dan AME yang gendernya cowok semua.

Kalau ada cewek sih wajar, mungkin dia mau tebar pesona atau dia yang terpesona. Lah ini?

"Lo nggak tau ya, Tan? Tadi dia abis di gombalin, ya, kan, Zio?" ucap Deka yang baru datang dan menduduki salah satu kursi.

"Diem lo." bales Zio. Dia agak malu sih inget gombalan itu, tapi ada senengnya juga.

Padahal selama lebih dari dua puluh  tahun hidupnya, mungkin udah lebih dari lima puluh kali dia gombalin cewek, tapi dia nggak pernah nyangka efeknya segede ini. Sekalinya di gombalin dia nggak bisa berhenti senyum, padahal dia nggak kenal siapa cewek yang gombalin dia tadi.

"Gini loh, eh-eh kamu tau ngga kenapa angka tujuh itu lebih berharga dari pada angka dua?" ucap Deka sambil sesekali melirik ke arah Zio, berniat menggoda cowok itu.

"Nggak tau, kenapa tuh?" bales Dastan jahil.

"Karena tujuanku membahagiakanmu bukan menduakan kamu." jawab Deka, beberapa detik kemudian suara tawa kedua cowok itu pecah dan memenuhi kabin.

Bisa dipastikan kalo Zio ngambek, cowok itu langsung mendelik dan membuang muka.

"Eh, bercanda doang, jangan ngambek dong." ucap Deka.

"Lo juga Dek, baru aja dimaafin tadi siang, udah bikin ulah lagi." tambah Dastan.

"Ya kan bercanda, lo juga ikut ketawa barusan!"

"Iri aja anda, gak pernah di gombalin ya." bales Zio.

Deka menggelengkan kepalanya, "Kata siapa? Pernah kok." jawabnya.

"Lah kapan?"

Deka keliatan mikir, dia juga lupa kapan tepatnya, tapi dia nggak bohong kok.

"Waktu itu Fin, di deket perempatan deket apartment-nya Vernon, kita mau main ke sana waktu itu." jawab Dastan.

Zio seketika nahan ketawa, "Oh iya, yang sama waria itu kan ya."

Dastan menganggukkan kepalanya sambil menjentikkan jarinya. Deka pun turut menganggukkan kepalanya ketika dia inget, "Nah itu." jawabnya.

"Udah, sekarang ayo turun, gue pengen cepet pulang." ucap Dastan sambil narik kopernya diikuti dua temennya di
belakang.

×××

"Zio, lo udah sampe, kan?"

"Udah bang."

"Oleh-oleh buat gue mana?"

"Ada, sini bang, ke rumah aja."

"Wah, apaan tuh, tumben biasanya jawabannya kagak ada."

"Sini makannya, ada satu tas penuh malah."

"Asik, gue otw deh."

Hening beberapa saat, Zio mengerutkan keningnya. Jangan-jangan Arga beneran on the way, bisa gawat dia.

AVIATEEN [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang