"KOK JADI 5?!" Arga yang baru balik dari dapur itu kaget melihat ada lima orang di ruang tamu rumahnya.
"Karena kalo satu itu jomblo alias Arga." ucap Joshua, padahal dia juga sama.
"Gue yang panggil, kenapa?" ucap Yoan songong.
Arga yang membawa nampan berisi empat gelas air putih itu menunjuk Joshua dengan dagunya. "Nggak sadar diri ya lo?" kemudian meletakkan nampan tadi di atas meja dan ikut duduk di kursi.
"Bang kok cuma 4?" tanya Brian.
"Lah tadinya cuma bertiga kok, itu satunya punya gue. Kalian ambil sendiri gih di dapur." ucapnya.
Dino yang merasa akan jadi sasaran buat ngambilin air langsung bersandar ke sandaran kursi. "Gue belum haus." ucapnya kemudian memberikan senyuman manis.
"Tinggal tujuh orang lagi nih." ucap Yoan.
"Lah? Semua dipanggil?" tanya Arga yang dibalas anggukkan oleh Yoan.
"Loh, bang Zio, bang Woozi sama bang Dastan kan kerja?" ucap Dino.
"Iyap, yang bisa aja Din, lagian kita santai-santai doang sih." balas Joshua.
"17 Agustus tahun 45! Itulah hari kemerdekaan kita!" Suara Hoshi yang khas itu memasuki indera pendengaran mereka. Bisa ditebak kalo Hoshi lagi jalan masuk dari suaranya yang terdengar makin keras.
Arga langsung memperingati ketiga orang yang baru masuk itu supaya berhenti nyanyi.
Hoshi, Rey, Verrel dan Deka berdiri di pintu kemudian mengucap salam. "Assalamualaikum."
Satu detik kemudian mereka langsung melanjutkan nyanyinya bahkan sebelum yang lain menjawab. "Hari merdeka Nusa dan bangsa hari lahirnya Ibunya Deka!"
"Merdeka!" Hoshi dan Rey teriak, tapi Deka langsung panik.
"Ibu gue nggak lahir tahun 45 anjir!" ucapnya.
"Oh iya, sorry-sorry." ucap Hoshi.
"Berisik kalian, buruan duduk." ucap Arga.
"17 Agustus udah lewat kali." balas Brian.
"Gue kangen suasananya, makannya nyanyi." jawab Hoshi.
"Oh lo kangen waktu lo nyungsep pas lagi balap karung?" tanya Yoan. Yang lain sontak tertawa mengingat kejadian sekitar dua bulan lalu itu.
Jadi, ketika bulan Agustus kemarin, pihak bandara mengadakan lomba, yah meski nggak semua ikutan karena masih ada yang harus bertugas, tapi tiga belas orang ini lagi hoki dan hari itu semua bisa ikutan, meski dua hari setelahnya, Joshua, Daffin, dan Verrel harus berangkat terbang kembali selama beberapa bulan.
"Gue lebih kangen liat Rey lomba makan kelereng." ucap Hoshi. Lagi-lagi yang lain ketawa, ya gimana nggak ketawa, isi memorinya hampir aib semua.
"Balap kelereng kali! Gila aja makan kelereng." Brian mengoreksi.
"Ngakak anjir, masa dia persiapan bawa macam-macam sendok." ucap Arga.
"Dari mulai sendok teh, sendok makan, bahkan sendok sayur sama centong nasi." tambah Dino, hampir aja Dino ikutan ngambil piring waktu itu karena dikira Rey lagi nyiapin sendok buat prasmanan.
"Ujung-ujungnya yang dibolehin ya cuma sendok makan." lanjut Deka.
"Mana kalah, lagi. Baru tiga langkah udah jatoh." ucap Brian yang sukses bikin yang lain kembali tertawa.
"Halah, kalian baru liat 2% dari 100% dari persenjataan gue." ucap Rey membela diri. Memang dia nih tingkat percaya dirinya udah ngga bisa dihitung lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIATEEN [SVT]
HumorCerita tentang persahabatan tiga belas pemuda yang menggeluti dunia aviasi. Tentang jiwa muda mereka dan pemikiran dewasanya. "Dulu gue takut ketinggian. Tapi, setelah ketemu kalian, bahkan langit sudah gue anggap sebagai rumah kedua." Ft Seventeen...