"Bang Fin, abis ini beli apa lagi ya?" tanya Verrel sambil mendorong trolley belanjaan yang baru terisi dua barang itu.
Daffin yang ada di sampingnya menghela napas dengan kesal.
"Lo tuh salah besar ngajak gue buat belanja, gue mana tau."
"Aduh, mana gue tadi nggak bikin list lagi. Lagian yang lain rumahnya jauh bang, kasian, lo sama bang Dastan yang paling deket." tambah Verrel cemas. Kalau gini Daffin ngerti, Dastan mana mau diajak belanja, tapi kalo beres-beres bisa banget diandelin.
Daffin membuka hoodie yang awalnya menutupi kepalanya itu kemudian menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Gini deh, coba pikirin kira-kira apa aja yang lo butuhin."
"Apa ya? Ya persediaan gitu deh bang, orang tua gue mau ke sini, yang pasti bakal masak, sama apa ya? mungkin keperluan lain biar rumah gue keliatan hidup."
"Oke, jangan marah-marah ya kalo salah." Daffin mulai menelusuri rak-rak yang mereka lewati sambil mencoba mengira-ngira apa saja yang harus dibeli sampai trolley itu terisi setengah oleh barang-barang pilihannya.
"Bang, cari yang diskon, hehe." ucap Verrel ketika mereka mulai memasuki daerah bahan-bahan masakan.
"Kaya ibu-ibu aja lo carinya diskonan."
"Nggak ada yang bilang ya bang kalo cowok nggak boleh ngehemat." balas Verrel yang bikin Daffin bungkam karena ucapan yang diucapin dalam satu tarikan napas itu memang bener.
"Biasanya kalian masak apa?" tanya Daffin kembali ke tujuan mereka.
"Apa aja sih, gue mah gampang soal makan."
"Ya udah beli mie instan aja, atau kayu sama batu." Katanya Verrel nggak masalah kan, makan apa aja?
Tapi bukannya berterima kasih, cowok bule itu malah mukul punggungnya.
"Bang, kalo gue sih gapapa ini kan bakal ada ortu gue juga, masa di kasih mie instan tiap hari! Terus apa tadi? Kayu sama batu? Dikira kambing apa?!" ucap Verrel kesal. Dia masih masih mau namanya tertulis di kartu keluarga.
Tapi, meskipun ngeselin, Daffin udah banyak bantu sejauh ini, sebagai ucapan terima kasih, nanti Verrel traktir permen loli deh satu.
"Hehe, ya gue bingung Ver ... lo harusnya ajak Zio, kalo mau mabar baru ajak gue."
Verrel memilih tak menanggapi dan langsung mengambil beberapa sayuran yang menurutnya bisa dia masak dan dorong-dorong Daffin untuk segera pindah ke bagian lain setelah dia menyadari perdebatannya dengan Daffin mendatangkan atensi beberapa ibu-ibu yang juga sedang memilih di sana.
"Udah deh, tinggal beli bumbu-bumbunya." Verrel sedikit memberantakkan barang yang sudah Daffin susun rapih di trolley. Aneh memang, saking rapihnya ini orang barang di trolley aja di susun kaya gedung-gedung yang akhirnya rubuh juga kena serangan tangan Verrel.
"Nah itu, lo tau emang?"
"Nggak, gue aja masih nggak bisa bedain jahe sama lengkuas."
"Gampang kok bedainnya, jahe itu yang warnanya coklat agak merah atau agak kuning, kalo lengkuas kuning agak oren."
"Itu kunyit anjir!"
Mendengar ucapan Verrel, Daffin mendadak diam, dia tiba-tiba inget minuman yang dia buat tadi malam. Niatnya bikin wedang Jahe, tapi pas jadi rasanya aneh, pantes aja ternyata dia pake kunyit.
"Beli telur dulu deh." mereka kemudian berjalan ke area telur dan membeli beberapa kotak.
"Eh gue jadi inget, gue pengen bikin sesuatu gara-gara liat acara masak kemarin, tapi lupa nggak gue simpen resepnya." ucap Verrel di sela-sela kegiatannya menyusun kotak telur si trolley.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIATEEN [SVT]
ComédieCerita tentang persahabatan tiga belas pemuda yang menggeluti dunia aviasi. Tentang jiwa muda mereka dan pemikiran dewasanya. "Dulu gue takut ketinggian. Tapi, setelah ketemu kalian, bahkan langit sudah gue anggap sebagai rumah kedua." Ft Seventeen...