7

219 19 4
                                    

Adelia baru saja selesai mandi saat Harry tiba-tiba masuk ke dalam kamar.pria itu hanya menatap sekilas keponakannya.

"Om tunggu dimeja makan."Adel hanya mengangguk.gadis itu tidak risih sama sekali hanya menggunakan kimono didepan Harry toh om nya itu sudah melihat seluruh tubuhnya.

Adel juga tidak menyesal memberikan tubuhnya karena Adel tau meski dia akhirnya bisa menjadi kekasih Revan tapi tanpa cinta maka Adel sangat paham jika hubungan mereka tidak akan pernah bisa berlanjut ketahap yang serius.

Menggapai hati Revan adalah hal tersulit yang pernah Adel alami.mencintai tanpa dicintai , berjuang tanpa dihargai Adel sangat tau rasanya.impiannya yang ingin menjadi seorang ibu diusia muda dan menikah dengan pria yang dicintainya sepertinya tidak akan terwujud.

Adel ingin seperti sepupunya Adara yang bisa menikah diusia yang terbilang muda dan memiliki suami yang dicintai dan mencintai nya.

Adel duduk di kursi sambil menatap wajah Harry yang terlihat kusut.

"Ada yang menggangu pikiran,om."

"Om akan menikah bulan depan."

"Kenapa tiba-tiba?"

"Om menghamili Sintia dan om baru tau beberapa menit lalu kalo Sintia dirawat dirumah sakit akibat berusaha menyakiti dirinya.Awalnya om tidak percaya jika itu anak om tapi tindakan Sintia yang memilih diam dan tidak meminta pertanggungjawaban membuat om yakin.sintia pernah mengatakan kalo dia mencintai om tanpa meminta balasan."

"Berapa usia kandungan Tante Sintia?"

"4 bulan.terakhir om bersama Sintia 3 bulan yang lalu itu artinya Sintia sudah hamil saat om pergi ke Bali."om dan keponakan yang sangat manis bukan.

"Makan dulu setelah itu baru Adel temani om kerumah sakit bertemu dengan Tante Sintia."

Harry mengangguk kemudian keduanya makan dalam diam.

*****

Adel dan Harry kini tiba dirumah sakit.mereka berdua berjalan kearah ruangan dimana Wanita bernama Sintia dirawat.

Ceklek....

"Sin"

"Keluar!!"seorang wanita dengan air mata dipipinya itu berteriak menyuruh Agar Harry dan Adel keluar.wanita itu terlihat menyedihkan dengan perutnya yang sudah lumayan buncit.

"Sintia,"Harry mendekat tak peduli pada Sintia yang terus menerus menyuruhnya pergi.

"Aku akan bertanggung jawab,"Sintia menghapus air matanya dan menggeleng.

"Aku yang salah jadi tidak perlu bertanggung jawab.kebahagiaan kamu jauh lebih berharga."Cinta Sintia terlalu besar untuk Harry.bagi Sintia melihat Harry bahagia itu juga akan membuatnya bahagia.Sintia kenal Harry bukan setahun dua tahun.Sintia tau bagaimana Harry dimasalalu yang hidup dengan kekangan orang tuanya dan sampai diusir dari rumah karena dianggap sebagai penyebab kematian kakak tertuanya hingga Harry berteman dengan Alkohol dan rasa sakit.Pergaulan yang salah membuat Harry bertahan hidup dengan uang hasil balapan liar  dan pernah menjadi pecandu.Sintia tidak ingin menjadi orang yang menjadi alasan Harry tidak bahagia.Bagi Sintia tidak masalah jika harus mati asalkan Harry bahagia dan tidak terbebani dengan kehamilannya.

Adel merasa jika dia egois ,gadis itu baru melihat seorang wanita yang memilih mati daripada membebani seorang pria yang dicintainya.

Kalimat-kalimat Revan dan penolakan cowok itu kini seperti kaset rusak yang berputar-putar di kepala Adelia.

"Arghhh!!"teriakan Adel yang tiba-tiba membuat perdebatan Harry dan Sintia terhenti.Adel kemudian menitihkan air matanya.

"Jangan mendekat om.Adel baik-baik saja."Adel tersenyum sebelum mengusap air matanya.

"Adel mau Tante dan om menikah secepatnya."

Setelah mengatakan itu Adel menutup pintu dan berlari menuju taman rumah sakit.

Harry membiarkan saja,pria itu kemudian menatap lekat-lekat wajah wanita yang mengaku mencintainya.

"Aku membutuhkan pewaris."

Jangan lupa vote dan komen yah):

HARA [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang