Malu sangat malu rasanya aku ingin menenggelamkan diriku. Lihatlah dia malah tertawa apa kau ingin aku mencolok matamu itu.
"Apa kau senang mengerjai orang lain?"
"Tidak, tapi mungkin itu akan menjadi kebiasaan baru ku"
"Dasar menyebalkan"
"Iya hanya padamu aku seperti ini"
Kami telah tiba di istana. Disana ada tangan kanan raja telah menyambut kami dan menuntun kami ke ruang makan.
"Semoga kesejahteraan selalu menyertai Raja Mezran"
Ucapku dan Naresh bersamaan.Raja mengangguk
"Kemarilah duduk dan nikmati hidangannya."Kami makan dengan tenang mengikuti tata krama. Setelah semua selesai raja langsung menyuruh pelayan membereskan piring kami.
"Nona Minerva anda pasti sudah diberitahu soal pernikahanmu dengan Grand Duke Liberon. Jadi, bagaimana keputusan mu? Buatlah keputusan mu. Saya akan sangat berterimakasih jika kau bersedia menerima pernikahan ini."
Tuh kan raja tidak meminta ku untuk mengambil keputusanku sendiri. Dia seakan-akan menodongku untuk menerima pernikahan ini.
"Saya menerimanya yang mulia. Kupikir hanya ini yang bisa kulakukan untuk kerajaan."
"Tidak nona Erva kau sungguh sangat membantu kerajaan. Bahkan hadiah pernikahan ku tidak akan cukup untuk membalas kebaikanmu."
"Yang mulia sangat berlebihan. Ini merupakan suatu kehormatan bagi saya."
"Kau sangat beruntung Duke Liberon calon istrimu ini sangat murah hati"
"Tentu yang mulia aku memang tidak salah memilih calon istri"
"Lalu bagaimana denganmu Arnold, apakah kau setuju dengan pernikahan ini?"
"Jika putriku menerimanya, aku hanya bisa mendukung keputusan nya itu"
Dan pembicaraan tentang rencana pernikahan pun berlanjut. Aku yang sedari tadi menyimak merasa sangat jengkel dengan sikap Aresh. Dia menatapku terus entah pikiran mesum apa yang Aresh pikirkan. Jika aku tidak berada disini mungkin sudah ku colok matanya itu. Dan hal lain yang mengganggu pikiran ku yakni keberadaan putra mahkota, kulihat dari awal pertemuan dia tidak ada.
"Maaf atas keterlambatan saya yang mulia"
Disana berdiri pria seumuran Aresh, jika dilihat dari penampilannya seperti nya dia anggota kerajaan. Tunggu apa dia putra mahkota.
"Kau sudah datang Atreo. Duduklah"
Aku terkejut. Jadi, dia adalah Atreo Zaim Mezran. Male lead dalam cerita ini. Pantas saja Erva asli menyukainya dari segi wajah dia sangat tampan.
"Maafkan keterlambatan saya tuan Duke, ada sedikit masalah yang harus saya selesaikan terlebih dahulu"
Lihatlah dia sangat berjiwa nasionalis. Apa jika aku menolak pernikahan ini dia akan membunuhku karena merugikan negara. Ciih dasar pria gila. Mata kami bersitatap, aku hanya menatapnya acuh hidangan penutup jauh lebih enak dipandang dari pada pria egois sepertimu.
Pembicaraan terus berlanjut disini hanya aku yang tidak tahu apa yang sedang keempat pria ini bicarakan. Rasanya seperti kau dalam satu kelompok pecinta Kpop sedangkan dirimu pecinta novel. Rasanya seperti itu, menyebalkan dan bingung harus merespon apa. Dari strategi perang, ekonomi, serta pembahasan pekerjaan. Aku seperti sedang mendengarkan bahasa opet di kartun Upin Ipin.
"Sepertinya putriku sudah lelah, izinkan kami undur diri yang mulia. Semoga kesejahteraan menyertai yang mulia raja dan putra mahkota"
Oh ayah aku padamu. Kau memang yang terbaik. Bagaimana kau tau aku ingin pergi dari tempat ini.
Kami meninggalkan ketiga pria disana, sepertinya Aresh masih ingin membahas sesuatu dengan raja. Sudahlah abaikan pria mesum itu. Jika dipikir-pikir kedua tokoh pria ini sungguh menyebalkan, bagaimana bisa pria egois serta pria mesum seperti mereka mendapatkan wajah tampan rupawan.
____________________°
Atreo POV
Aku sedang menuju ruang makan, kudengar Duke Liberon membuat relasi dengan Duke Aleister dengan menikahi Erva gadis kecil yang dulu selalu mengekoriku saat bermain.
Aku sedikit lega karena kerajaan terbantu tapi ada alasan apa Duke Liberon mempersunting Erva. Aku hanya merasa aneh saja. Kupikir Duke Liberon sangat menyukai dunia militer. Jika ingin menambah pasukan dia bisa membuat relasi dengan Grand Duke Jerome dari kerajaanku bukan malah Duke Aleister. Jika bukan karena militer apa dia ada rencana lain.
Aku sedikit curiga padanya. Apakah aku harus menyelidiki nya atau langsung kutanyakan saja langsung padanya.Aku sudah sampai. Kedatanganku terlambat karena harus menyelesaikan masalah di daerah barat.
"Maaf atas keterlambatan saya yang mulia"
Disana kulihat sudah ada Naresh, Duke Aleister dan gadis itu sepertinya Erva. Sudah lama aku tak bertemu dengannya terakhir kali saat umurku berusia 7 tahun."Kau sudah datang Atreo. Duduklah"
"Maafkan keterlambatan saya tuan Duke, ada sedikit masalah yang harus saya selesaikan terlebih dahulu"
Aku menatap Erva. Gaun yang ia kenakan sangat cocok dan terlihat sangat cantik. Dia terlihat berbeda saat masih kecil, terlihat lebih dewasa. Mata kami bersitatap, aku tidak tau ternyata dia memiliki mata coklat yang indah. Kemudian bibirnya itu sangat tebal matanya sangat tegas. Tak lama dia mengalihkan pandangannya seperti tidak tertarik. Lebih tertarik dengan hidangan penutup di hadapannya.
Apa kau bercanda aku ini pangeran mahkota sungguh tidak sopan. Apakah hidangan penutup lebih menarik dari pada diriku ini. Padahal dia dulu terus menempel padaku.
Aku mengalihkan pandangan ku ke arah Naresh. Dia sedang menatap ku seperti tatapan peringatan. Apa yang salah dengannya.
Atreo POV end
Aresh sadar akan tatapan memuja Atreo. Rasanya dia ingin mengambil mata yang berani-beraninya menatap miliknya itu. Aresh melirik Erva sepertinya gadisnya itu lebih tertarik hidangan penutup itu. Jujur dia marah karena perhatian gadisnya hanya pada makanan. Tapi dia sedikit berterimakasih karena membuat Erva tidak melirik pria lain.
Setelah Erva dan ayahnya pergi raja juga mengundurkan diri. Tersisa Naresh dan Atreo.
"Apa kau sungguh ingin menikahi Erva"
Jujur saja Aresh tidak suka nama gadisnya disebut oleh pria lain. Ia dari tadi sibuk menahan diri agar tidak segera menebas Atreo.
"Kenapa kau ingin tau putra mahkota. Apakah perlu dijelaskan alasan seseorang menikah"
"Ah tentu saja sangat aneh bukan. Kau yang gila perang tiba-tiba menjadi orang yang merelakan kekuatan demi sebuah pernikahan. Apakah kau telah berubah hanya karena kebutuhan gairah mu"
"Hhhhhh kau sungguh tak tau diri putra mahkota. Bukannya bersyukur aku telah membantu kerajaanmu malah aku kau curigai. Kau curiga padaku atau kau tak terima dengan siapa gadis yang akan ku nikahi"
"Itu tidak ada hubungannya"
"Oh benarkah. Lalu tatapan apa yang kau berikan pada calon istriku tadi"
"Haha apa kau tak suka jika aku melihat teman masa kecilku. Bahkan dulu dia selalu menempel padaku"
Aresh mengeraskan rahangnya. Rasanya ia ingin memotong lidah sialan itu.
"Ah jika kau teman masa kecilnya. Apa kau tau Erva telah kehilangan ingatan nya. Kemungkinan terbesar dia juga sudah melupakan mu pangeran. Jadi, demi kesehatan calon istriku jangan terlalu memaksa Erva untuk mengingat anda"
"Erva hilang ingatan?"
"Ah sayang sekali padahal anda teman masa kecilnya tidak diberitahu mengenai percobaan pembunuhan pada Erva. Tapi tenang saja pangeran, aku sudah menolong nya dan sudah mengawalnya selama ini"
Jujur Atreo merasa sangat bersalah pada Erva. Apalagi Aresh lah yang menolong Erva. Itu semakin membuatnya jengkel. Dan apa benar Erva melupakan nya.
"Kenapa kau diam pangeran. Apa yang kukatakan benar adanya aku sedang menyelidiki pembunuh itu. Ternyata pembunuh itu juga mengincar Erva. Dan saat kejadian itu terjadi aku menyelamatkan nya"
Jangan lupa vote dan komen ya😉
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE NOT ME
FantastikGiselle awalnya hanya ingin berlibur ke rumah pamannya namun sesuatu terjadi padanya saat akan meraih novel yang menarik perhatiannya itu. Bingung, Sedih, Marah, bahkan hampir gila ternyata ia menjadi anak seorang Duke dalam novel yang pernah ia bac...