CHAPTER 9 [Salah paham]

2.3K 295 4
                                    

Pertemuan berakhir, Aresh undur diri. Sedangkan Atreo tetap mematung ditempat. Memikirkan perkataan Aresh.

_______________⁰

Aresh POV

"Amon keluarlah"

Kabut hitam muncul dengan kemunculan Amon.

"Ada apa tuan"

"Aku ingin kau mengawasi Atreo untukku, laporkan pada ku apa saja yang dia lakukan dan siapa yang ia temui"

"Baik Tuan"

"Pergilah"

Sambil meminum teh ia menatap lukisan Erva. Pikirannya kembali saat di perjamuan, gadisnya sangat cantik mengenakan gaun yang sederhana itu. Tapi ia kembali teringat tatapan memuja milik Atreo.

"Atreo aku tau arti tatapan mu pada milikku saat diperjamuan. Jika kau bukan putra mahkota dari Mezran sudah ku habisi kau saat itu juga. Kita lihat sejauh apa kau akan bertindak. Aku tak sabar mencongkel mata kurang ajarmu itu."

Aku sungguh marah. Emosi ku sudah tak terkendali gelas yang ku genggam pecah seketika. Erva harus segera ku klaim. Apa aku harus menandaimu. Ahh tidak Erva akan membenciku. Aku harus menyusun rencana agar Erva tidak bisa lari dariku selamanya. Dirinya sudah gila pada Erva.

Tok tok

"Masuklah"

"Tuan ada laporan, pembunuh yang menyerang nona Erva sudah ditangkap oleh kesatria dari duke Aleister."

"Siapa nama kesatria itu?"

"Gion Ragren tuan, dia anak angkat dari Duke Aleister."

"Kalau begitu siapkan kuda. Aku akan menuju kediaman calon istriku."

"Siap tuan"

Aresh POV End

________________________⁰

Setibanya Aresh di kediaman Erva dia meminta kepada duke Arnold untuk menyerahkan pembunuh itu untuk diselidiki. Tangannya ingin sekali memotong tangan bajingan yang sudah melukai gadisnya.

"Aku menemukan dia di salah satu markas organisasi pemberontak kerajaan mu tuan Naresh. Dan aku menemukan lambang petinggi kerajaan Derwain. Aku rasa kau harus menyelidiki masalah ini. Jika kau membutuhkan bantuan silahkan tanyakan padaku. Dan tolong lindungi adikku, sepertinya Erva mengetahui sesuatu. Aku sempat mengintrogasinya, pembunuh itu menemui seseorang dan tak sengaja Erva menguping."

"Apa Erva masih tidak ingat yang mereka bicarakan?"

"Dia tidak mengingatnya hal yang ia ingat hanya dirimu yang menolongnya dari dasar air. Aku berterimakasih jika kau tak disana mungkin adikku dalam bahaya."

"Tidak masalah. Biarkan aku mengurus masalah ini."

"Sebelumnya aku tidak tau kalau pria yang bersama adikku di perpustakaan itu adalah dirimu. Maafkan kesalahanku tuan"

"Tidak perlu formal aku ini akan menjadi adik iparmu. Panggil saja namaku"

"Aku ingin menanyakan sesuatu pada mu Aresh"

"Tanyakan saja"

"Apa kau benar-benar ingin menikahi Erva? Jangan mempermainkan hatinya dia wanita yang berhati lembut tidak seperti yang kau dengar. Jika kau melukai adikku, aku tak segan-segan berduel dengan mu meskipun kau Aresh sang dewa perang sekaligus."

"Kau tidak perlu khawatir Gion, aku sangat mencintai Erva. Waktu yang kuhabiskan bersamanya telah membuatku tergila-gila padanya."

"Baiklah aku harap itu tidak hanya omong kosong belaka."

SHE NOT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang