Erva POV
'Apa aku akan mati'
Tidak aku harus berani. Setidaknya aku pernah belajar bela diri pada Gion. Semoga saja aku bisa menyelamatkan diri"Siapa kau?"
"Rasa ingin tau mu bisa membuatmu dalam bahaya"
Pria itu menodongkan pedangnya tepat didepan leherku. Aku melirik ke sekitar tidak ada seorangpun dapat membantu ku. Tidak ada cara lain aku harus melawannya jika bisa.
Kulirik sekitar setidaknya aku memiliki senjata. Tanganku menggenggam pasir, setidaknya ini akan mengaburkan pandangan nya."Temuilah ajalmu gadis sialan"
Pedang itu akan menebas leherku. Kesempatan untukku, aku melempar pasir ke wajah nya.
"Arghhh MATAKU"
Aku menendang kakinya, daripada bertarung dengannya lebih baik aku kabur. Dilihat dari caranya memegang pedang, pria ini jauh lebih pandai menggunakan pedang daripada diriku. Aku lari sekuat tenaga. Pria tadi mengejar ku lagi. Tanpa ku sadari ada sebuah sihir mengarah padaku.
"Arghhh"
Badan ku terasa sakit. Dia lawan yang sangat kuat. Tubuh ku masih tergeletak di tanah, aku tidak bisa bergerak. Apa mungkin karna sihirnya. Tidak ini sangat berbahaya, aku harus segera pergi dari sini.
"Kau sudah tak bisa pergi"
"Siapa dirimu bajingan?"
Plak
Pria itu menampar ku
Plak
Menampar ku lagi. Dan menarik kasar rambutku. Perih, apalagi tarikan rambutnya membuat kepala ku pusing.
"Lebih baik mulutmu ini tetap diam"
Aku sungguh tak bisa bergerak. Sihirnya mengenai jantungku. Aku melihat ke wajah pria itu. Ada bekas luka sayat di dahinya dan sebagian wajahnya tertutup kain.
"Apa maumu?"
"Aku ingin nyawamu, tapi langsung membunuhmu rasanya kurang puas. Katakan selamat datang pada siksaan berat"
Pria tadi menggeret ku, dengan menggunakan teleportasi aku sudah berada di sebuah ruangan gelap. Pria itu membawa sebuah cambuk. Tubuhku gemetar, apa aku akan mati seperti ini. Siapapun tolong aku.
Ctar
Ctar
Ctar
Cambuk itu menyambuk punggungku. Aku tidak bisa bersuara. Sihir itu perlahan membuat seluruh tubuhku lumpuh. Sangat menyakitkan, kali ini aku berharap Aresh bisa menolongku.
Ctar
Ctar
Ctar
Setelah berkali-kali pria itu menyambukku. Aku kehilangan kesadaran.
'Apa ini akhir hidupku'
Aku terbangun di sebuah padang bunga, apa ini surga. Aku mengedipkan mata berkali-kali. Menoleh kekanan kiri hanya padang bunga sejauh mata memandang. Apa mungkin aku sudah tiada.
"Kau belum mati Giselle"
Aku terkejut gadis ini tiba-tiba muncul. Rambutnya pendek terlihat sangat anggun.
"Kau siapa?"
"Aku penuntun jiwa. Aku yang telah membawa mu ke dunia ini"
"Jadi ini semua karena dirimu. Kumohon kembalikan aku ke tempat asalku"
"Tidak bisa Giselle"
"Kenapa tidak bisa? Jika aku bisa datang kemari berarti aku bisa kembali"
"Karena kau sudah tiada"
Tunggu-tunggu apa maksudnya tadi. Aku masih sehat-sehat saja sebelum berpindah ke dunia ini. Apa gadis ini gila.
"Apa kau bergurau. Aku baik-baik saja saat berpindah ke dunia ini"
"Kau telah tiada saat di pesawat. Pesawat yang kau tumpangi mengalami kecelakaan. Aku yang sedang menjalankan tugas harus mengabulkan permintaan terakhir mu. Dan kau meminta agar bisa bertemu dengan pamanmu itu, aku mengabulkannya. Dengan membuat ilusi. Tapi diwaktu yang bersamaan Dewa memberiku tugas agar mengabulkan permintaan Erva. Dia meminta agar aku mengembalikan hidupnya. Tapi itu diluar kuasa penuntun jiwa, Erva mengganti permohonannya agar tubuhnya diisi jiwa lain. Dan seperti yang kau tau aku mengisi tubuh Erva dengan jiwamu"
"Ini sungguh tidak masuk akal"
Aku syok. Jadi aku sudah tiada. Air mata tak bisa ku bendung, bagaimana dengan Paman. Apa dia sedih mendengar kematian ku.
"Di semesta ini ada beberapa yang tidak bisa dijelaskan oleh akal. Dan jalanilah hidupmu sebagai Erva."
"Bukannya aku juga sudah tiada lagi"
"Tidak, kau selamat. Seseorang menyelamatkan mu. Dan satu hal lagi Erva meminta bertemu denganmu, ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Kalau begitu sampai jumpa, jalanilah hidup barumu. Dan jangan memikirkan tentang alur cerita dalam novel itu"
Baru saja aku akan menanyakan tentang novel itu gadis itu sudah menghilang entah kemana.
Tiba-tiba saja seseorang menepuk pundakku."Apa kau Giselle?"
Aku berbalik. Dia mirip dengan ku, tunggu... Apa mungkin dia Erva asli.
"Jadi kau!"
"Iya aku Erva, salam kenal untukmu"
" Waaahh ternyata kau jauh lebih cantik"
"Haha benarkah? Terimakasih. Sudah lama aku tidak dipuji dengan tulus seperti ini"
"Benarkah? Kau sungguh baik Erva. Kau rela meminjam kan tubuhmu padaku. Aku berjanji akan menjaga tubuhmu. Tapi sayangnya bibirmu sudah ternodai oleh pria mesum itu. Maafkan aku"
"Hahahaha kau tenang saja, aku tau kau tidak berniat seperti itu. Tapi kedepannya gunakanlah tubuhku sesuka mu karena aku sudah tak bisa kembali lagi. Aku sudah tenang disini. Tapi bisakah aku meminta satu permohonan padamu?"
"Tentu saja Erva, aku akan membantumu"
"Aku mohon bantulah kerajaan Derwain. Sebelum aku tiada, aku sempat mendengar pembicaraan petinggi kerajaan Derwain sedang melakukan kudeta. Aku tidak tau pasti siapa petinggi itu, tapi yang kutau dia memliki mansion di kerajaan Derwain. Aku sempat mengintip rupa petinggi itu namun sayangnya aku ketahuan. Dan akhirnya aku dibunuh oleh mereka. Bantulah mereka agar tidak ada pertumpahan darah Giselle"
Aku terharu. Orang yang dikisahkan seorang penjahat, ternyata memiliki hati yang sangat mulia. Bahkan di saat kematiannya pun dia hanya memikirkan orang lain dan tidak membalaskan dendam kematiannya.
"Baiklah aku akan berusaha mencari tau siapa dia"
"Terimakasih Giselle kau sungguh baik, beruntung sekali jiwamu yang ada ditubuh ku"
"Jangan seperti ini. Aku yang seharusnya beruntung dapat kesempatan seperti ini Erva"
"Baik pergilah banyak orang yang khawatir padamu. Sampai jumpa Giselle"
Aku tertarik kedalam ruang hampa yang gelap. Perlahan-lahan aku melihat cahaya terang mulai bersinar hingga membuat mataku tertutup. Cahaya itu sudah reda aku membuka mataku, hal yang pertama kali kulihat adalah kasur. Apa?! Tunggu ! Kok kasur. Oh aku lupa punggung ku habis dicambuk oleh pria asing itu. Dan sekarang aku tengah ditidurkan menelungkup. Hah rasanya sesak sekali.
Padahal aku tidak mengenakan pakaian. Apa belum kering luka cambuknya. Berapa lama aku pingsan?"Mine kau sudah sadar?"
Hei apa-apaan ini aku tidak mengenakan baju. Baru saja aku ingin berteriak tenggorokan ku tercekat. Aku tidak bisa bersuara. Apa mungkin efek sihirnya. Aku mengode padanya untuk menjauh sambil menutupi punggungku agar tidak terekspose.
"Tidak perlu malu Mine aku sudah melihatnya."
What the f**k
Oi author kembali. Jangan lupa tinggalin jejak ya🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE NOT ME
FantasiGiselle awalnya hanya ingin berlibur ke rumah pamannya namun sesuatu terjadi padanya saat akan meraih novel yang menarik perhatiannya itu. Bingung, Sedih, Marah, bahkan hampir gila ternyata ia menjadi anak seorang Duke dalam novel yang pernah ia bac...