Keesokan harinya, Konoha gempar dengan berita Naruto yang meninggalkan desa dan menjadi ninja pelarian. Saat ini, rookie yang baru lulus dari akademi berkumpul di satu tempat, dari tim 7, 8, 10 dan 11.
Yang terdiri dari Sasuke, Sakura, Kiba, Hinata, Shino, Shikamaru, Ino, Chouji, Menma, Haku dan Sai. Mereka semua berkumpul dan terdiam kala mendengar bahwa Naruto semalam pergi dari desa, bahkan ia bersama dengan anggota Akatsuki.
"Mendokusei, dia pergi pasti ada alasannya Menma. Apa itu?" Semua orang kecuali Sasuke menatap ke arah Menma yang menundukkan kepalanya, "Penduduk desa, keluarganya dan diriku, itu alasannya."
Perhatian mereka teralihkan kepada Sasuke, "Apa maksudmu Sasuke-kun? Bukankah kau dan Naruto adalah sepasang kekasih?" Tanya Sakura yang diangguki oleh yang lainnya, ia mengalihkan pandangannya enggan menatap teman-temannya. "Aku—aku mengatakan hal menyakitkan padanya."
"Apa yang kau katakan?" Kali ini Kiba yang angkat bicara, mau bagaimanapun Naruto itu temannya sejak akademi bersama Shikamaru dan Chouji.
Sasuke menghela nafasnya sebentar, lalu menundukkan kepalanya. "Aku bilang kalau aku menjadi kekasihnya hanya untuk mendekati Menma, aku penyebab dia pergi dari desa."
Tiba-tiba pipinya terasa sakit dan badannya terhuyung, ia menatap orang yang meninjunya dengan keras. Orang itu adalah Neji, orang yang dibukakan matanya oleh Naruto saat setelah dirinya hampir membunuh Hinata di ujian Chunin yang kini tengah ditunda.
"Kau bilang apa!? Kau penyebab dia pergi!? Sialan sekali kau Uchiha!" Neji menatapnya dengan tajam dan tangan mengepal erat, "Baru saja aku berniat untuk berteman dengannya, tapi dia malah meninggalkan desa ini."
"Dan itu karena dirimu!?" Lanjutnya dengan tidak percaya, tangannya ditahan oleh Lee dan Tenten. "Neji, tenanglah dulu."
"Jika kau memang menyukai Menma, kau harusnya langsung menyatakannya kepada Menma bukan melewati Naruto dan mempermainkan perasaannya!"
Sasuke makin menundukkan kepalanya, Menma yang melihat teman-temannya menyudutkan Sasuke ia angkat bicara. "Jangan menyalahkan Sasuke, ini juga kesalahannya sendiri!"
"Apa maksudmu kesalahannya!? Ini kesalahan orang tuamu itu Menma! Naruto tidak bersalah!" Teriak Sasuke mengagetkan semua orang disana, "Sebentar, maksudnya ini bagaimana sialan!? Aku makin pusing mendengarnya!" Sela Kiba.
"Naruto, dia—dia saat umur tiga tahun, dirinya diabaikan oleh keluarganya sendiri, disiksa oleh penduduk desa. Saat umurnya tujuh tahun, dia lepas kendali dan membuat Menma terluka."
"Beberapa hari setelahnya dia disiksa dan dilecehkan oleh penduduk desa." Rasa syok merasuk ke dalam tubuh semua orang disana kecuali Menma yang sudah mengetahuinya dan tengah menundukkan kepalanya, Sakura menutup mulutnya dengan kedua tangan dan air mata yang berlinang. "Yang benar saja!"
"Ya benar, saat itu Shisui-san dan Itachi Nii-san melihatnya dan menyelamatkan Naruto. Lalu dia dibawa ke kompleks Uchiha dan kami menerima dia dengan baik, tapi setahun kemudian—"
"Pembantaian Klan mu." Ucap Shikamaru yang daritadi hanya terdiam, Sasuke menganggukkan kepalanya. "Bukan hanya itu."
Ia menghela nafasnya sebentar, meredakan sesak yang ia rasakan. "Shisui-san dan Naruto sudah seperti saudara kandung, saat ia tau bahwa Shisui-san bunuh diri dia histeris hingga demam tinggi dan hampir hilang kendali. Lalu beberapa hari kemudian Klan ku dibantai oleh Nii-san ku sendiri."
"Dan terakhir, seminggu yang lalu aku mengatakan hal yang tidak seharusnya padanya. Aku melupakan janjiku pada Naruto."
Semua orang menatap Sasuke, "Janji apa yang kau maksud Sasuke-kun?" Kini Ino angkat bicara. "Sebelum aku dan Naruto menjalin hubungan, dia tidak ingin aku berkhianat dan jika aku mengkhianatinya tidak ada lagi alasan untuk dirinya bertahan disini."
"Semuanya percuma, jika kau ingin membawa kembali Naruto ke desa ini." Sakura maju dengan tangan yang terkepal erat, ia meninju dada Sasuke. "Naruto selalu mengajarkan kita untuk tidak menyerah Sasuke-kun."
"Benar, aku dan Zabuza-san masih hidup sampai sekarang juga karena Naruto, selain Zabuza-san dia juga menjadi pondasi dalam hidupku." Ucap Haku membuat semua orang menatapnya, "Ya, aku bisa membuka mataku juga karena dirinya." Sekarang Neji yang berbicara.
"Na—naruto-kun, dia juga menyemangatiku untuk tidak mudah menyerah, ja—jadi kita tidak boleh menyerah."
Semua orang disana saling tersenyum satu sama lain, menjadikan Naruto sebagai pondasi dan motivasi juga mereka bertekad untuk membawa kembali Naruto.
Melihat semua orang bersemangat, ada satu orang yang hanya diam tanpa melakukan dan berkata apa-apa. Aku akan melaporkan hal ini kepada Danzo-sama.
Di kantor Hokage, Minato kedatangan Danzo yang telah melihat nama Naruto tertera di buku Bingo dengan rank A. "Apa maksudnya ini Minato!? Jika saja kau menyerahkannya padaku untuk dilatih sebagai senjata, kita tidak akan kehilangan dirinya."
Minato memijat dahinya yang terasa pening, "Percuma Danzo-sama." Ia menghela nafasnya menatap keluar jendela, "Meski kau melatihnya, ia membencimu dan kemungkinan besar dia meninggalkan desa akan lebih cepat."
"Sialan, aku tidak mau tahu Minato, kau harus mendapatkannya lagi. Jika tidak, ambil Bijuu dalam tubuhnya saja karena itu adalah milik Konoha."
Setelah itu Danzo berlalu keluar dari kantor Hokage meninggalkan Minato yang menghela nafasnya pasrah, tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak percaya dengan informasi yang ia terima, bahwa Naruto pergi bersama salah satu anggota Akatsuki.
"Apa dia sebodoh itu?" Gumamnya.
๑๑๑
Kembali ke para rookie yang sedang berkumpul, mereka masih membicarakan tentang Naruto hingga tidak lama para senseinya datang. "Yo, sepertinya kalian sedang membahas hal serius?" Sapa Kakashi
Semua rookie disana menatap ke arah Kakashi, "Kakashi-sensei? Ada apa kemari?" Tanya Sakura, Kakashi menggaruk tengkuknya dan tersenyum. "Aku akan melatih kalian berdua, Sasuke, Sakura."
"Eh tiba-tiba? Bukankah kami sudah mengajukan libur hari ini?"
Para sensei disana saling menatap lalu mengendikkan bahunya bersamaan, "Yasudah kalau begitu, kalian sedang apa ramai-ramai disini?"
Mereka saling berpandangan, memutuskan untuk memberi tahu senseinya atau tidak. "Sedang mengobrol saja, Asuma." ucap Shikamaru dengan malas yang diangguki oleh semuanya, "Hanya menghabiskan waktu bersama."
"Begitu, baiklah. Kami akan pergi dulu, jaa." Para sensei pun pergi meninggalkan mereka semua, setelah agak jauh mereka bernafas lega.
"Selamat~ untung saja mereka tidak mendengar apa-apa."
"Yah kita harus lebih hati-hati lagi nantinya, tadi baru sampai mana?" Mereka melanjutkan kembali percakapan yang sempat terhenti karena kedatangan Sensei mereka.
Makin ga jelas aja ni cerita ㅠㅠㅠ
Naruto © Masashi Kishimoto
KAMU SEDANG MEMBACA
Ignored - Sasunaru
FanfictionDibenci oleh penduduk desa, keluarga bahkan dikhianati oleh orang yang ia cintai dengan setulus hati sebagai langkah terakhir untuk tidak menenggelamkan dirinya dalam jurang kegelapan. Bersama dengan Kurama, Bijuu yang disegel dalam tubuhnya, ia mel...