Naruto tersadar setelah kurang lebih tiga hari tidak sadarkan diri, saat bangun dirinya sudah tidak aneh lagi dengan tempatnya berada sekarang. Penjara, ia sudah biasa dimasukkan ke dalam sini jadi ia tidak mengkhawatirkan apapun.
Orang yang berjaga melihat Naruto yang sudah sadar dengan segera memanggil Minato, Naruto tidak ambil pusing, ia duduk bersila dan mulai bersemedi untuk memulihkan tubuhnya.
Tidak lama Minato sampai disana dan berdiri tepat berhadapan dengan Naruto yang tengah bersila dan hanya terpisah oleh sel penjara, Minato menatap Naruto dalam diam tidak angkat bicara membuat Naruto menghela nafasnya, "Apa yang kau inginkan?"
Mata Naruto terbuka sebelah menatap Minato, "Berbicara dengan orang tua harus sopan." Ucapnya membuat Naruto terkekeh geli, "Benarkah? Sejak kapan aku mempunyai orang tua?"
Wajah Minato mengeras mendengar ucapan Naruto, ia menghembuskan nafas pelan mencoba untuk tidak terbawa emosi. "Sekarang kenapa lagi kau bisa lepas kendali hingga melukai Menma? Aku dan Kushina sudah bilang padamu untuk tidak mendekatinya."
Ucapan Minato terdengar sangat menggelikan ditelinganya membuat Naruto tertawa dengan keras hingga ia memegangi perutnya, setelah tawanya agak reda ia mengendikkan bahunya.
"Mana kutahu, tanya saja pada anakmu itu. Kenapa aku yang disalahkan?" Ekspresinya berubah dalam sekejap menjadi datar dan nada suara yang dingin, "Aku tidak pernah mendekati anakmu barang sedikit, dia tiba-tiba muncul saat aku sedang beristirahat dengan Uchiha brengsek itu."
Minato terdiam mendengar penjelasan dari Naruto membuat Naruto menatapnya dengan malas, "Ada apa? Masih ada yang ingin kau tanyakan? Jika tidak lebih baik kau bebaskan aku dari tempat kumuh ini."
"Tidak bisa, kau akan dikurung disini selama satu minggu penuh dan ini baru hari ketiga, tunggu empat hari lagi"
Naruto mengumpat dalam hatinya, tapi ia tidak mempedulikan hal itu dan otaknya dengan cepat membuat rencana apa saja yang akan ia lakukan setelah bebas dari tempat kumuh ini.
Tidak lama Minato menghilang meninggalkan kilatan kuning, Naruto hanya memandangnya dengan datar dan kembali menutup matanya untuk menemui Kurama. "Oi Rubah jelek! Apa kau merindukanku!?"
Kurama menggeram kecil, kesal dengan tingkah Naruto. Ia tidak menjawab membuat Naruto memanyunkan bibirnya dan duduk di kaki depan Kurama yang terlipat.
"Ah~ hangat sekali!" Ucapnya dengan senang membuat Kurama berkedut pelan, "Dilarang seenaknya kepadaku."
"Kenapa tidak boleh!? Aku cuma ingin tiduran."
Ia memalingkan wajahnya dengan bibir cemberut dan tangan yang menyilang di depan dada, Kurama mengetuk pelan kepala Naruto tidak tahu harus berkata dan berbuat apa pada bocah yang suka seenaknya ini.
Tidak lama Naruto tersenyum lebar dan tengkurap memeluk erat kaki Kurama dan menatapnya, "Kurama, menurutmu bagaimana rencanaku?"
Kurama membuka sebelah matanya menatap Naruto, lalu menutupnya kembali. "Aku tidak peduli, jika ingin lakukan saja." Senyum Naruto makin mengembang, ia mengeratkan pelukannya di kaki Kurama. "Arigatou Kurama!"
Mendengar ucapan terimakasih Naruto, Kurama mendecih pelan. "Jangan berterimakasih, itu menjijikkan." Ucapannya membuat alis Naruto berkedut pelan.
Hari itu Naruto habiskan untuk terus mengganggu Kurama yang berusaha untuk tidur namun tidak jadi karena terus terganggu, berakhir dirinya di teriaki namun ia malah tertawa dengan senang.
Beberapa hari berlalu dengan cepat, Naruto keluar dari penjara dan dengan santai ia berjalan-jalan di jalanan Konoha, menghiraukan tatapan orang-orang yang memandang dirinya dengan tatapan hina dan tajam.
Di salah satu gang, ada orang yang tengah memperhatikan Naruto dengan pandangan yang sulit diartikan. Dia adalah Sasuke, ya, entah kenapa perasaannya menjadi tidak karuan.
Seharusnya setelah dia mengucapkan apa yang sebenarnya ia rasakan, dirinya akan menjadi lega dan tidak harus berurusan lagi dengan Naruto. Namun saat dirinya sedang menunggu Menma sadarkan diri, ia terus memikirkan Naruto lagi dan lagi.
Ia menatap Naruto dan menghela nafasnya pelan. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa perasaanku jadi seperti ini?
Ia termenung disana dengan kepala tertunduk, dirinya masih memikirkan tentang Naruto dan perasaannya pada Menma.
Di tempat yang lain juga, tepatnya di atas atap salah satu rumah warga ada seorang pria bertopeng sedang memperhatikan Naruto yang berjalan dengan santai, sharingannya menyala dengan garang lalu dirinya menghilang dalam pusaran. Akhirnya tugasku akan selesai.
Sedangkan Naruto benar-benar acuh dan tidak mempedulikan sekitarnya hingga dirinya tidak sadar ada dua orang tengah memperhatikan dirinya dalam waktu yang bersamaan.
Sesampainya di rumah, ia langsung nyelonong masuk ke dalam kamar menghiraukan Kushina yang tengah membersihkan halaman rumahnya, lagian untuk apa dia bilang kalo dirinya sudah bebas dari tempat kumuh itu? Saking seringnya, mana mungkin orang itu akan peduli dirinya sudah bebas atau belum.
Sebelum masuk kamar, Naruto membawa dua buah onigiri yang ada di atas meja makan menghiraukan apa yang akan terjadi nanti karena dirinya mencuri makanan, ya, mereka selalu menyebut dirinya mencuri makanan jika tidak meminta izin terlebih dahulu seperti dirinya bukan bagian dari keluarga itu saja.
Atau mungkin memang bukan? Hahaha! Menyedihkan.
Setelahnya Naruto mengunci pintu kamar dan merebahkan dirinya di atas kasur dengan masih memakan onigirinya, ia menatap langit-langit kamarnya dan mempertimbangkan kembali keputusan juga rencana yang sudah ia susun bersama Kurama dan Hiruzen di alam bawah sadarnya.
'Jika kau masih ragu, tunggu beberapa waktu lagi hingga dirimu memutuskannya dengan matang, Naruto-kun' — Hiruzen
'Kakek tua ini benar Naruto, jika kau masih ragu tunda saja dulu' — Kurama
'Benar, kami akan tetap mendukung apapun keputusanmu nantinya' — Hiruzen
Naruto menggelengkan kepalanya tidak setuju, ia memakan kembali onigirinya. "Tidak Jiji, Kurama, keputusanku sudah bulat. Aku akan membalas dendam kepada mereka dan juga membalaskan dendam Klan Uchiha." Ucapnya dengan mantap dan penuh keyakinan, membuat Hiruzen dan Kurama jauh di dalam tubuhnya tersenyum.
Dirasa cukup pikirannya melanglang buana dan onigirinya habis, Naruto bangkit dan mulai mengeluarkan barang-barang berharga miliknya. Hanya sedikit, ia membawa apa yang dirasa penting saja. Setelah terkumpul semuanya ia memasukkannya ke dalam gulungan, lalu gulungan tersebut ia simpan di Fuin yang ia jadikan gelang di tangan kanannya.
Seperti rencananya, besok ia akan menemui orang-orang yang telah mengakui dirinya hidup di dunia ini sembari pamit dengan baik-baik.
Naruto © Masashi Kishimoto
KAMU SEDANG MEMBACA
Ignored - Sasunaru
FanfictionDibenci oleh penduduk desa, keluarga bahkan dikhianati oleh orang yang ia cintai dengan setulus hati sebagai langkah terakhir untuk tidak menenggelamkan dirinya dalam jurang kegelapan. Bersama dengan Kurama, Bijuu yang disegel dalam tubuhnya, ia mel...