1

65 3 0
                                    

Sebuah pesantren di bogor tengah ramai - ramai nya dengan para santriwati yang sedang bersih halaman pondok bersama - sama.

Sebuah mobil datang membuat para santriwati memberhentikan aktivitas mereka, lalu membungkuk untuk menghormati seseorang yang berada di dalam mobil itu.

Mobil pun berhenti dan turunlah pria yang sudah berumur kepala lima dengan menggunakan gamis putih, sorban di lehernya dan peci. Beliau adalah pemilik pesantren itu yang biasa di panggil Abi Nahid, atau NAHID MUSTHOFA AL - MALIK. Beliau turun bersama Sang istri yang biasa dipanggil Umi Najma, atau NAJMA ADIBA ORLIN AL - MALIK.

Para santriwati tetap dalam posisi membungkuk sampai guru mereka melewati mereka. Abi Nahid memberi senyuman khas nya yang membuat orang yang melihatnya tenang kepada para santrinya. Rumah Abi Nahid berada di tengah - tengah pesantren sebagai pemisah antara asrama laki  - laki dan perempuan.

Setelah Abi Nahid lewat, para santriwati mulai melanjutkan aktivitas mereka kembali.

Pasantren Al - Malik memang terkenal dengan adab para santrinya yang sangat baik dan pesantren ini banyak melahirkan para penghafal Al -Qur'an, oleh karena itu, banyak orang tua menitipkan anak nya untuk menuntut ilmu di pasantrem Al - Malik.

"Assalamu'alaikum.." ucap Abi Nahid saat sampai di depan pintu rumahnya.

"Wa'alaikumussalam.." jawab seorang lelaki dari dalam rumah itu, lalu membukakan pintu. Lelaki itu langsung mencium tangan orang tua nya.

"Kakak kamu belum pulang, nak?" Tanya Umi.

"Belum Umi.. mungkin sebentar lagi." Jawab lelaki tampan yang bernama KAREEM NUR IJAAZ AL - MALIK, anak ke tiga dari Abi Nahid dan Umi Najma. Ijaaz terkenal dengan sebagai penghafal 83 hadist shahih, dan sekarang Ijaaz sedang belajar untuk menghafal ayat suci Al - Qur'an. Kenapa lebih dulu menghafal hadist - hadist dari pada Al - Qur'an? Karena Ijaaz ingin mendalami hadist dahulu sebelum Al - Qur'an, dan dia ingin mengetahui adab - adab ketika dia nanti akan menghafal Al - Qur'an melalui hadist - hadist para ulama terdahulu. Abi Nahid mendukung kemauan anak bungsunya itu, dengan syarat, bila anak bungsunya menjadi penghafal hadist dan Al - Qur'an tetap harus menundukkan kepala, dan tak boleh sombong dengan apa yang dia miliki.

Abi Nahid memang tegas mendidik anak - anaknya, karena beliau tak mau anaknya termakan dengan kenikmatan dan kejamnya dunia. Oleh karena itu Abi Nahid tanamkan ilmu agama pada anak - anaknya sedari kecil.

"Abi, Umi.. Ijaaz izin mau ke asrama lagi.." izin Ijaaz pada kedua orang tuanya. Ijaaz memang anak pemilik pesantren, tapi dia tak mau ada perbedaan saat menuntut ilmu di pesantren milik Abinya. Dan Abinya pun tak mau ada perbedaan saat para Ustadz dan Ustadzah saat mendidik anaknya dengan para santri lain.

"Belajar yang rajin yaa, nak." Ucap Umi Najma. Ijaaz pun mencium tangan kedua orang tuanya dan pergi menuju asrama laki - laki.

"Umi.. besok para pemilik pesantren yang bekerja sama dengan pesantren kita akan datang untuk silahturahim dan sekaligus ingin rapat untuk membuat program baru dalam kerja sama antar pesantren." Jelas Abi pada Sang istri yang tengah duduk di bangku teras bersama sambil menikmati udara sore hari.

"Iya.. suami ku.. besok Umi akan siapkan hidangan untuk para tamu." Goda Umi Nahid sambil mengusap pipi kanan Sang suami, membuat Abi Nahid tersenyum dan menatap ondah mata Sang istri.

"Assalamu'alaikum.. romantisnya.. pasangan ini.. sampai gak sadar anaknya datang.." goda seorang lelaki yang sudah sedari tadi berdiri tak jauh dari mereka.

"Wa'alaikumussalam.. Adyan.. anak Umi.." jawab Umi sambil tersenyum malu. FARHAN RAFIF SYABANI AL - MALIK, adalah anak pertama Abi dan Umi. Biasanya dalam pesantren, anak lelaki kiyai atau pemilik pesantren, akan dipanggil dengan tambahan kata "Gus" didepan nama panggilannya, sedangkan putri kiyai atau pemilik pesantren ditambah kata "Ning" di depan nama panggilannya. Tapi, anak - anak Abi Nahid menolak dan tak begitu nyaman dengan panggilan itu saat menjadi pengajar bagi santri - santri. Makanya anak - anak Abi Nahid di panggil ustadz/ustadzah saat mengajar dan dipanggil "Gus" atau "Ning" saat diluar jam mengajar. Kan Ijaaz masih sekolah, terus di panggil ustadz Ijaaz? Gak, beliau dipanggil Ijaaz saat sekolah dan Gus Ijaaz saat di luar jam sekolah.
Gus Adyan dan Istri mencium tangan kedua orang tua mereka. Tapi, Gus Adyan bejongkok dihadapan Umi Najma.

"Umi, Farhan kan sudah menikah.. apa Adyan masih boleh manja - manja sama Umi?" Tanya Farhan menggoda Sang ibu membuat Umi Najma tersenyum geli.

"Boleh.. banget, selama istri kamu gak cemburu kamu lebih manja ke Umi.." jawab Umi sambil mengusap wajah tampan anaknya. Gus Farhan sudah menikah dengan wanita pilihan nya yang juga adik kelasnya saat Gus Farhan menjalani pendidikan sekolah dasar.

Mendengar lontaran kalimat dari mertuanya, istri Gus Farhan tersenyum karena merasa lucu, masa dia cemburu sama mertuanya sendiri, tidak masuk akal. Istri Gus Farhan bernama ALESHA ZAHRA AL - MALIK, mereka sudah menikah selama 2 tahun dan belum dikaruniai momongan, tapi mereka tetap sabar berusaha dan berserah diri pada Sang pencipta.

"Adik kamu kemana?" Tanya Abi Nahid.

"Tadi, izin ke Farhan mau nginap di asrama dulu.." jawab Farhan menatap Sang ayah.

"Ayo kita masuk Zahra, Abi sama Farhan langsung ke masjid aja.. dua puluh menit lagi adzan maghrib." Ucap Umi Najma sambil mengajak Zahra masuk, sebelum masuk Umi mencium tangan Sang suami dan Zahra mencium tangan Gus Farhan.

Keesokan harinya lebih tepatnya hari sabtu pagi ini, Umi tengah sibuk membuat persiapan untuk kedatangan tamu - tamu terhormat. Umi di bantu oleh Zahra  dan anak perempuannya KAMILA JIHAN FAKHIRAH AL - MALIK, atau biasa dipanggil Ustadzah Kamila / Ning Kamila. Tapi, anak perempuan Umi Najma ini kadang suka menolak saat dipanggil "Ning" dia selalu minta dipanggil Kakak atau Teteh oleh para santri saat tidak bersama Umi dan Abi atau diluar jam belajar. Setelah dirasa Kamila sudah selesai membantu Umi Najma, Kamila pun izin untuk pergi.

"Umiku sayang.. Kamila izin mau ngecek tugas santri - santri dulu.. In syaa Allah.. gak lama Umi.." izin Ning Kamila pada Sang Ibu, biasanya dia izin pada Abi Nahid, tapi Abi Nahid tengah sibuk di masjid jadi dia izin pada Sang ibu.

"Iya.. jangan lama - lama.. cantiknya Umi.." kata Umi Najma dan Ning Kamila pun mencium tangan Umi Najma dan Teh Zahra.

"Hati - hati, dek.." kata Zahra.

"Iya, Teh.. Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumussalam.." jawab Umi Najma dan Zahra bersamaan.

PENYEMPURNA IMANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang