10

19 1 0
                                    

Hari ini adalah malam dimana pergantian jabatan OSIS akan berlangsung, para kandidat calon OSIS pun mengikuti camping untuk berlatih kepemimpinan, dan ada beberapa Ustadz dan Ustadzah yang menjadi pengawas karena disana ada santriwan dan santriwati.

"Saya.. sebagai ketua OSIS memberitahu kepada kalian semua bahwa menjadi anggota OSIS itu tidak mudah, karena pasti banyak yang tidak suka pada kalian karena kalian akan menegakkan peraturan di sekolah dan kalian berdiri dibawah naungan pengurus pesantren, jadi tugas kalian bukan main - main." Jelas Ijaaz yang menjabat sebagai ketua OSIS MA Al - Malik.

"Iya kak.." jawab para kandidat. Dalam camping ini diambil beberapa pengurus kelas dan disana ada Umar dan Abdul yang bertuga di kelas IPA 3 sebagai wakil ketua kelas dan sekertaris dan ada Ikhsan yang menjadi ketua kelas. Awalnya Ijaaz yang ditawarkan, tapi Ijaaz menolak karena dia ingin istirahat dari tugas - tugas seperti itu.

"Karena ini sudah malam, kalian istirahat dan masuk kedalam tentang masing - masing yang sudah tertera naman kalian disana." Perintah Ijaaz yang langsung dituruti oleh para kandidat OSIS baru.

"San.. kenapa antum gak tidur? Udah jam 11 malam ini.." tanya Ijaaz, karena Abdul dan Umar sudah tidur didekat api unggun.

"Ana gak bisa tidur.." jawab Ikhsan.

"Afwan yaa emang tempatnya kurang nyaman." Balas Ijaaz tak enak hati pada teman barunya.

"Bukan.. bukan itu, kalau jam segini ana tidur, nanti takut shalat tahajjud terlewat." Jelas Ikhsan membuat Ijaaz bangga akan teman barunya itu. Gus Farhan pun mendekati dua lelaki yang sedang duduk di dekat api unggun.

"Ekhemm.." deham Gus Farhan lalu duduk disebelah Ikhsan.

"Betah gak antum disini?" Tanya Gus Farhan.

"Alhamdulillah betah, Gus.." jawab Ikhsan.

"Udah jam satu, kenapa belum tidur?" Tanya Gus Farhan.

"Lagi nunggu waktu tahajjud, Gus." Jawab Ijaaz dan Gus Farhan pun mengangguk.

"Assalamu'laikum.." ucap seorang perempuan.

"Kamila.. ngapain kamu kesini.. udah malem ini.." bukannya menjawab salam, Gus Farhan malah menceramahi adiknya itu.

"Gus.. dengar dulu.. Abi amanahin Gus pulang.. karna Teh Zahra sendirian.. biar Kamila yang disini.." jelas Kamila.

"Gak boleh! Kamu pulang.. gak baik perempuan keluar malem - malem." Tegas Gus Farhan.

"Ijaaz yang jaga, Gus.." kata Ijaaz.

"Kau jaga dia? Apa pula kau.. kencing aja suka minta diantar.. sekarang kau mau jaga dia.. gak percaya aku, kau bisa." Kata Gus Farhan dengan logat medan.

"Tak percayanya kau, Bang.. ingat tak kau, aku pernah enam kali dapat mendali emas tapak suci! Apa lagi yang kau ragukan." Balas Ijaaz tak terima Gus Farhan abangnya sendiri merendahkan dia dihadapan dua Ustdaz dan Ikhsan.

"Enam mendali saja kau banggakan.." gumam Gus Farhan.

"Udah.. udah.. kek anak kecil kelen.. dah lah.. Kamila ke asrama aja!" Kesal Kamila dan pergi meninggalkan Abang dan Adiknya itu yang sedang cekcok.

"Awas, kau..! Ku tempeleng.." ancam Gus Farhan yang kemudian pergi pulang mengahmpiri isyrinya dirumah.

"Ih.. jengkelnya awak sama abang sendiri.. punya abang paok kali lah.." gumam Ijaaz kesal. Memang Ijaaz dan Gus Farhan suka selisih paham, tapi itulah cara mereka untuk menjalin keakraban.

"Sabar.. jangan diladenin.. namanya juga udah tua.. banyak beban.." ucap Ikhsan menenangkan Ijaaz yang sedang jengkel pada Gus Farhan.

***

Disiang harinya para kandidat OSIS dan para pengurus kelas yang terpilih sedang bermain lomba tes kekompakkan mereka.

"Yang bener aturnya.. jangan sampai jatuh!" Ujar Ijaaz.

"Ayo pasti bisa!" Semangat Ainun, wakil ketua OSIS.

"Ning Kamila!" Teriak Ainun memanggil Kamila yang lewat sambil memegang buku. Ijaaz dan para temannya pun langsung melihat siapa yang Ainun panggil.

"Assalamu'alaikum.." ucap Kamila.

"Hosh.. hosh.. wa'alaikumussalam.." jawab Ainun sambil ngos - ngosan karena menghampiri Kamila sambil berlari.

"Kenapa, Ainun?" Tanya Kamila.

"Ning.. ikut ana, yuk.. liat santri - santri yang lagi lomba.." ajak Ainun.

"Gak, deh.." tolak Kamila.

"Ayolah, Ning.." bujuk Ainun memohon.

"Tapi-"

"Ayo!" Ainun memotong ucapan Kamila dan menarik tangan Kamila ketepi lapangan untuk melihat aktivitas perlombaan itu. Santri - santri sedang menyemangati temannya yang sedang berlomba.

"Ning, liat deh.. itu Ikhsan.. lagi lomba bakiak sama Ijaaz, Abdul juga Umar si tengil." Kata Ainun.

"Kamila pun melihat kearah yang tunjuk oleh Ainun. Dia melihat lelaki itu dan entah kenapa dia tersenyum dibalik cadarnya. Saat lelaki itu menatapnya balik, Kamila langsung memalingkan wajahnya.

"Saya mau kerumah dulu, takut Abi cari saya.." pamit Kamila pada Ainun dan mengucapkan salam lalu pergi.

Disana Ijaaz berusaha mencapai garis finish.

"Allahu akbar!" Teriak para santri saat melihat Ijaaz dan team nya menjadi juara pertama dalam perlombaan bakiak.

"Alhamdulillah.." ucap Ikhsan, Abdul dan Umar bersamaan. Mereka pergi ketepi lapangan.

"Ayolah.. istirahat.." ajak Umar.

"Siapa yang suruh istirahat?" Teriak Gus Farhan menghentikan langkah empat lelaki tampan itu menuju pohon rindang.

"Ada apa, Gus?" Tanya Ikhsan.

"Kalian bertiga main istirahat aja, Ijaaz liat itu.. adik - adik calon OSIS masih kocar kacir.. tolong tertibin mereka untuk segera mandi.." jawab Gus Farhan. Keempat lelaki itu pun melihat para santri - santri tak tertib itu dengan tatapan capek, udah habis lomba, tambah lagi disutuh tertibin adik - adik kelas buat bersih bersih.

"Ana, Tadz?" Tanya Ijaaz.

"Yang namanya Ijaaz disini siapa lagi.. kan cuma antum." Jelas Gus Farhan.

Ih.. jengkel nya aku sama abang.. gak liat apa orang capek masih pun dia suruh.. untung Abang, kalau tak udah ku tempeleng dia, batin Ijaaz kesal.

"Ya udah.. kami pamit, assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumussalam.." jawab Gus Farhan tersenyum saat melihat dia berhasil mengerjai Sang adik.

Setelah semua selesai bersih - bersih, semua bersiap untuk sarapan pagi bersama - sama.

"Ayo.. anak - anak.. duduk yang rapih.. sekarang waktunya sarapan." Perintah Ustadz Syarif.

"Ning Kamila, kenapa Ning yang membagikan makanan? Shafira sama yang lain kemana?" Tanya Ustadz Syarif kaget karena melihat anak Abi Nahid sendirian mengangkat box nasi dan lauk.

"Saya suruh mereka buat siapin sayuran sama air.." jawab Kamila.

"Saya bantu, Ning.." tawar Ustadz Syarif.

"Gak usah, Tadz.. saya bisa sendiri, kalau boleh saya mau minta tolong, buat siapkan meja, untuk menaruh makanan." Kata Kamila yang langsung diangguki oleh Ustadz Syarif.

"Sini! Saya bantu.." kata seorang lelaki dan langsung mengambil empat kantong plastik dari tangan Kamila.

"Saya bisa sendiri.." tolak Kamila.

"Udah, sini." Balas lelaki itu dan Kamila hanya bisa pasrah memberi empat kantong plastik itu pada lelaki itu.

"Taruh dimana, ini?" Tanya lelaki itu.

"Diatas meja itu aja.." jawab Kamila sambil menunjuk meja yang baru saja selesai Ustadz Syarif tata.

"Syukron.." ucap Kamila pada lelaki itu sambil menunduk. Setelah menganggul lelaki itu pun pergi dan menghampiri teman - temannya.

Acara makan bersama pun berjalan dengan khidmat dan tenang.

PENYEMPURNA IMANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang