"Ustadz Adyan.. eh maksud ana Habib Adyan.." goda Gus Farhan. Gus Adyan hanya tersenyum dan menggeleng kepalanya pelan.
"Adyan.. aja Han.." balas Gus Adyan.
"Kan antum lebih lama nimba ilmu di Tarim.. jadi In syaa Allah ilmu antum lebih tinggi dari ana.." kata Gus Farhan.
"Han.. antum yang lebih dulu dapet gelar hafidz dari pada ana.." balas Gus Adyan.
"Han.. umur antum kan udah dua puluh empat, emang gak mikir buat nikah?" Tanya Gus Farhan tanpa ragu.
"Dikira antum, nikah gampang.. tinggal ijab qobul habis itu udah, nikah butuh persiapan lahir batin, terutama kecocokan antara dua pasang makhluk Allah dan diliat juga akhlaknya juga ketaatannya sama Allah." Jawab Gus Adyan panjang lebar.
"Ana biasa aja.." sombong Gus Farhan.
"Bahlul.. antum! kan udah nikah.. sama temen sendiri yang udah tahu masing - masing.. " jengkel Gus Adyan.
"Kalau membunuh gak haram, udah ana cekek, antum." Gumam Gus Adyan yang terdengar Gus Farhan, Gus Farhan tertawa mendengar sahabatnya kesal.
"Rencananya antum mau ngapain, sekarang?" Tanya Gus Farhan sambil berjalan - jalan di asrama putra.
"Rencananya ana pengen mengabdi dulu diluar pesantren Baba, ana mau cari hal dan ilmu baru.." jawab Gus Adyan. Gus Farhan mendengarnya sangat bangga, jarang - jarang malah hampir punah anak laki - laki yang teguh mencari ilmu agama.
"Antum mau liat apa lagi? Kalau ana tawari mau liat asrama putri, antum pasti nolak mulu." Tanya Gus Farhan.
"Ya sudah, kita liat asrama putri." Jawab Gus Adyan.
Mereka berjalan melewati gapura perbatasan asrama putra dan berjalan menuju asrama putri yang juga di batasi dengan gapura, tetapi mereka melewati rumah Abi Nahid sebagai pembatas utama dua daerah itu.
Begitu memasuki asrama putri, Gus Adyan menundukkan kepalanya begitu juga Gus Farhan, mereka tidak mau memandang yang bukan mahram mereka, karena itu bisa menjadi zina mata dan juga dosa bagi mereka.
"Han, ada berapa Ustadz dan Ustadzah disini?" Tanya Gus Adyan.
"Ada 30 Ustadz dan 19 Ustadzah untuk Madrasah Tsanawiyah. Kalau di Madrasah Aliyah ada lima puluh Ustadz dan empat puluh tiga Ustadzah." Jawab Gus Farhan.
"Murid disini berapa?" Tanya Gus Adyan.
"Tujuh ratus santriwan dan lima ratus santriwati di Madrasah Tsanawiyah, tapi kalau di Madrasah Aliyah ada seribu dua rastus santriwan dan seribu santriwati." Jawab Gus Farhan.
"Ma syaa Allah.. banyak juga.." balas Gus Adyan. Mereka terus berjalan hingga berhenti di taman asrama putri yang indah, disana ada saung - saung yang biasa digunakan pada santri saat dijenguk orang tuanya, dan ditengah - tengah taman itu ada air mancur yang semakin membuat taman itu indah.
Mereka berdua pun berbincang - bincang saat mereka menimba ilmu di Tarim.
***
"Baik, ana pamit dulu, Hid.. soalnya pesantren gak ada yang pantau." ucap Pak Kholil.
"Ana juga mau pamit, istri saya dirumah.." kata Pak Aly.
"Ya udah, saya antar.." tawar Abi Nahid dan Ijaaz serta Zahra pun ikut mengantar tamu mereka sampai ke parkiran.
"Adyan.." panggil Pak Aly, saat melihat Gus Adyan.
Melihat Pak Aly ingin pulang, Gus Adyan pun manghampirinya. Setelah itu mereka pamit pulang. Para santri yang melihat langsung membungkuk tanda hormat mereka pada tamu - tamu tadi.
Gus Farhan, Ijaaz, Abi Nahid dan juga Zahra kembali ke aktivitas seperti biasa.
***
"Shafira, antum salah, gak kayak gitu.. nanti malah mati." Nasihat seorang gadis cantik.
"Kamila cantik.. anaknya Abi Nahid.. ini udah bener, sesuai sama yang dibuku." Balas Shafira.
"Tapi gak harus dipotong sampai putus.." kata Kamila.
"Iya.. iya.." balas Shafira.
Kreekh
Batang daun pun patah karena Shafira yang tak hati - hati.
"Yah.." ucap Kamila. Shafira hanya cengengesan karena tak mendengar Kamila.
"Afwan, Kamila.. ana gak sengaja, jadi rusak bunga antum.. afwan ya.." mohon Shafira. Kamila hanya melihat bunga kesayangannya patah menjadi dua, tapi Kamila tersenyum dan mengangguk yang berarti dia memaafkan sahabatnya itu.
"Bunga masih bisa dibeli, kalau sahabat susah dicari.." jawab Kamila seraya merapihkan bunga kesayangannya untuk dia bawa ke pekarangan rumah Abinya.
"Uuu.. Kamila.. so sweet.." ucap Shafira sambil memeluk Kamila, Kamila tersenyum geli melihat kelakuan sahabatnya yang seperti anak balita.
Shafira membantu Kamila mengangkat bunga matahari itu ke pekarangan rumah Abi Nahid. Mereka pun sampai dan menaruh bunga itu di halaman rumah Abi Nahid. Di dalam hatinya, Kamila berharap tanamannya itu masih bisa diselamatkan.
"Astaghfirullah.. ana lupa hari ini ana jadi guru piket.. pasti santri - santri nyariin saya buat setor hafalan." Kaget Shafira.
"Ya udah sana.. kasian mereka.." kata Kamila.
"Ya sudah aku pamit.. assalamu'alaikum.." pamit Shafira.
"Wa'alaikumussalam.." jawab Kamila.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENYEMPURNA IMANKU
RandomSeorang gadis cantik bernama Kamila, dengan akhlak yang sangat baik telah mengikat seorang ustadz muda ganteng, paham agama dan Hafidz Qur'an sampai menaruh hati pada Kamila saat melihat akhlaknya. Bila memang kamu adalah penyempurna imanku akan ku...