7

24 3 0
                                    

Didalam kelas, Ijaaz memperkenalkan teman barunya pada para santriwan disana.

"Kawan - kawan, perkenalkan ini Ikhsan, kawan baru kita disini.. jadi mohon kerja samanya agar dia nyaman disini.." ucap Ijaaz.

"Semoga, betah.. San.." kata Umar yang juga teman sekamar Ikhsan, jadi sekamar mereka berempat dengan satu kawannya yaitu Abdul.

"Alah.. paling juga nangus minta pulang.." ejek Rozak dan dua temannya yang terkenal dengan kenakalan mereka.

"Antum yaa Zak jangan ngerendahin orang mulu.." nasihat Abdul.

"Berisik antum.." elak Rozak.

"Sudah.. jangan dipeduliin mereka, San.. emang begitu mereka.. suka buat masalah dipasantren.." kata Umar saat mereka sudah duduk dibangku masing masing. Ijaaz duduk bersama Ikhsan dan Umar duduk bersama Abdul.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.." ucap Seorang Ustadzah saat masuk kedalam kelas.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.. Ustadzah.." jawab para santri.

"Shobahul khoir.." sapa Ustadzah.
(Selamat pagi)

"Shobahunnur.." jawab para santri.
(Selamat pagi)
"Kaifa halukum?" Tanya Ustadzah.
(Bagaimana kabar kalian?)

"Bikhoirin Walhamdulillah.."
(Baik, Alhamdulillah)

"Alhamdulillah.. bagaimana liburan kalian?" Tanya Ustadzah.

"Alhamdulillah.. seneng banget Ustadzah.." jawab beberapa santriwati dan santriwan.

"Alhamdulillah.. ya sudah.. sebelumnya kita perkenalan dulu, dimulai dari Ustadzah yaa.."

"Na'am.. Ustadzah.."

"Nama saya Kamila Jihan Fakhirah.. kalian bisa panggil saya Kamila.." kata Kamila. Dan satu persatu pun mulai memperkenalkan diri mereka, daro santriwati hingga satriwan.

"Baik, In syaa Allah saya akan jadi wali kelas kalian.. dan jika ada sesuatu kebutuhan kalian bisa bicara pada saya, ya.." ucap Kamila.

"Baik, Ustadzah Kamila.." mendengar jawaban dari para santri, Kamila pun tersenyum dibalik cadarnya.

"Ustadzah, umur berapa?" Tanya Rozak yang langsung disoraki oleh para santri.

"Ssstt.. jangan berisik.. kasian temen - temen kalian di kelas sebelah lagi belajar." Kata Kamila memberhentikan sorakan itu karena takut mengganggu santri yang lain.

"Sudah.. untuk apa antum nanya umur saya?" Tanya Kamila.

"Siapa tau jodoh, Ustadzah.." jawab Rozak membuat Kamila menggeleng sedikit tidak suka.

"Jodoh bukan antum yang atur.. jadi jangan berisik dan semuanya siapkan buku aqidah akhlak halaman 7. " balas Kamila sedikit tegas.

"Baik, Ustadzah.." jawab para santri. Kamila pun mulai menjelaskan dengan sangat teliti dan membuat para santri lebih cepat paham, sebab Kamila menggunakan bahasa teknik menyampaikan mata pelajaran mengikuti zaman dan umur Kamila dengan para santri pun tak jauh hanya beda 1 tahun sampai 2 tahun saja.

"Apakah ada yang kurang paham dengan penjelasan Ustadzah?" Tanya Kamila.

"Ustadzah, silvi mau tanya, kalau sifat taqwa itu.. seperti kita berdo'a sama Allah, terus dengan mempercayakan segalanya kepada Allah.. gitu bukan, Ustadzah?" Tanya Silvi.

"Iya.. benar.. itu termasuk dalam taqwa.." dan Kamila kembali menjelaskan beberapa contoh dari taqwa.

Kriing... kriing...

Bel istirahat pun berbunyi dan Kamila pun mempersilahkan para santrinya untuk keluar.

"Assalamu'alaikum, Ustadzah.." ucap Ijaaz.

"Wa'laikumussalam.. ada apa?" Balas Kamila yang tahu itu adiknya.

"Ustadzah.. disini ada murid baru, namanya Ikhsan.. dan dia pindahan dari pesantren Al - Rasyid." Jelas Ijaaz.

"Dia ada disini?" Tanya Kamila.

"Ada.. lagi duduk." Jawab Ijaaz.

"Semoga betah yaa disini.. dan kalau ada apa - apa bilang aja ke Ustadz Farhan.." sambut Kamila.

"Jazakillah, Ustadzah.." ucap Ikhsan. Mendengar itu Kamila tersenyum dan pamit keluar kelas untuk menyiapkan materi untul kelas yang lain.

Sore ini dilapangan utama asrama, para santri sedang latihan tapak suci untuk mengikuti lomba tapak suci seprovinsi. Lapangan itu dekat dengan asrama santriwati dan itu menjadi kesempatan bagi santriwati meliwat santriwan yang sedang berlatih itu. Ada juga beberapa santriwati yang ikut ekskul tapak suci.

"Pasang kuda kuda yang benar, jangan mudah jatuh atau pun goyang!" Perintah Gus Farhan yang menjadi pelatih tapak suci. Gus Farhan memegang sabuk pendekar utama, dengan sabuk berwarna hitam dan ada empat gambar bunga melati. Untuk mendapatkan sabuk itu tidak mudah, Gus Farhan berlatih tapak suci sedari umur 5 tahun, dan berhasil mendapatkan sabuk itu diumur 21 tahun, bayangkan aja berapa lama, ditambah waktu terpotong karena menimba ilmu di kota Tarim.

Kamila terus melihat latihan itu berlangsung, betapa gagahnya Gus Farhan saat mengajarkan para santri disana. Tapi mata Kamila tertuju pada salah satu santriwan yang tak asing baginya, Kamila sedikit kaget dengan sabuk yang terikat dipinggang santriwan itu, sama dengan yang dipakai abangnya.

Wajah itu kayak gak asing.. tapi kok sabuk dia bisa sama kayak abang.. padahal dapat sabuk itu aja.. butuh waktu yang lama.. ya sudahlah.. mungkin dia udah lama ikut tapak suci, batin Kamila sambil sesekali melihat buku yang dia bawa, dia gemar membaca novel islamic, walaupun kalau lagi pengen aja bacanya.

Dari kejauhan Ijaaz yang juga ikut tapak suci dengan sabuk kader madya, melihat Sang kakak perempuan tersayangnya tengah duduk sendirian, langsung dia hampiri.

"Kak, ngapain?" Tanya Ijaaz.

"Lagi nyuci, Jaaz.. ya udah tau lagi duduk, nanya pula kau.." jawab Kamila rada kesal dengan logat medan seperti Umi Najma yang asli orang medan makanya tak aneh jika anaknya terkadang memakai logat medan ketika lagi berbincang bersama.

"Basa basi, doang.. pun marah.." balas Ijaaz sambil mengambil botol air yang Kamila taruh disebelahnya.

"Kenapa pula kau minum.. itu air mentah.." kata Kamila sontak membuat Ijaaz langsung menyemburkan air itu ketanah.

"Kenapa kau tak bilang.. kak.. untung belum ku telannya.." dumel Ijaaz.

"Salah kau tak tanya, main langsung minum." Balas Kamila sambil lanjut membaca novelnya.

"Kak kenapa antum gak ikut?" Tanya Ijaaz yang masih berdiri dihadapan Kamila.

"Males." Jawab Kamila singkat.

"Astaghfirullah.. dasar perempuan.." pasrah Ijaaz ketika mendengar jawab Kamila yang begitu singkat, padat dan sangat jelas. Para santri melihat Kamila iri karena bisa dekat dengan Ijaaz. Mentang anak Abi Nahid Kamila bisa enak - enak dekat dengan santriwan. Mereka semua seperti itu karena mereka gak tau kalau Ijaaz adalah anak Abi Nahid, yang tahu Ijaaz anak Abi Nahid hanya para Ustadz dan Ustadzah saja, untuk seluruh santri tidak tahu sama sekali.

PENYEMPURNA IMANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang