16

14 2 0
                                    

Tidak terasa dua bulan lagi santri kelas dua belas akan lulus, membuat Kamila bangga dan ada rasa sedih karena akan melepas santri - santri.

"Kenapa, antum?" Tanya Shafira.

"Hmm.. la, cuma lagi ngebayangin gimana yaa rasanya melepas santri - santri yang udah dididik? Karena ini kan kali pertamanya ana jadi guru dan wali kelas dua belas." Jawab Kamila.

*(La: tidak)

"Yaaa... pasti ada rasa sedih, Kamila.. tapi kan ada masanya mereka akan pergi dan mensyi'arkan apa yang mereka dapat selama dipesantren." Kata Shafira.

"Tapi, Kamila.. ada beberapa santri yang bakal mengabdi disini, jadi yaa masih bisa lah..."  lanjut Shafira membuat Kamila tersenyum.

"Assalamu'alaikum, Ustadzah.." ucap Rozak dan Ikhsan yang ada disebelahnya.

"Wa'alaikumussalam.." jawab Kamila dan Shafira bersamaan, lalu langsung berdiri.

"Iya, kenapa, Rozak?" Tanya Shafira.

"Ustadzah.. ini saya hukuman terakhir saya.." jawab Rozak sambil memberikan enam puluh lembar kertas polio pada Shafira.

"Ini udah sem-" ucapan Shafira terpotong karena Rozak langsung pergi.

"Emang dasar tuh anak yaa!! Bikin kesel aja sore - sore.. ROZAK!!" Shafira pun pergi mengerjar Rozak untuk memastikan apakah hukumannya sudah diakerjakan semua atau belum.

"Sha-" ucapan Kamila terhenti saat Shafira sudah terlanjur berlari mengejar Rozak.

"Ustadzah, afwan.. ini tugas Ikhsan sudah selesai.." kata Ikhsan membuat Kamila langsung menoleh dan mengambil lembaran kertas yang Ikhsan sodorkan padanya.

"Sebentar, ana periksa dulu." Kata Kamila sambil mengitung jumlah lembaran kertas itu.

"Baik, ini sudah semua.. lain kali jangan diulangi lagi kesalahan yang sama.. ya udah antum boleh kembali ke asrama.." kata Kamila.

"Na'am, Ustadzah.. Ikhsan pamit, assalamu'alaikum.." pamit Ikhsan.

"Wa'alaikumussalam.." jawab Kamila dan Ikhsan pun pergi untuk kembali ke asrama.

Semoga dia menerimanya, batin seseorang dari kejauhan.

****

Malam pun tiba, di kamar, Kamila baru selesai Shalat isya dan membaca kitab suci Al-Qur'an. Walaupun dia seorang Hafidzah Al-Qur'an, dia selalu membaca dengan melihat Al-Qur'an sebab dia senang dan merasakan ketenangan jika dia membaca dan memegang Al-Qur'an, dia juga tak mau Al-Qur'an itu berdebu karena jarang di baca.

Kamila pun melepas mukena dan melipatnya lalu meletakkannya di bangku. Kamila menaruh Al-Qur'an diatas meja dan perhatian Kamila teralih dengan sebuah amplop putih di mejanya. Kamila mengambil amplop itu, tapi dia tidak membuka dan membacanya, karena di amplop itu terdapat tulisan "Surat ini jangan dibuka sampai suatu saat Allah mengizinkan saya untuk langsung meminta kamu untuk membukanya"

"Ya Allah, tunjukkan hamba jalan untuk bertemu seorang hambaMu yang memberi surat ini kepada hamba.." pinta Kamila.

Kenapa hamba merasa ada sesuatu saat menerima amplop ini, Ya Allah.. apakah ini jawaban dari salah satu do'a yang selama ini hamba panjatkan kepada Mu, atau ini hanya ujian dari Mu.. Ya Allah hamba hanya bisa berharap dan menyerahkan segalanya pada Mu Engkau Tuhan Yang Maha Mengetahui, Engkau tahu mana yang terbaik untuk hambaMu dan mana yang tidak, batin Kamila dan dia pun menaruh kembali amplop itu didekat Al-Qur'an nya.

***

Jam tiga pagi, masjid Al-Malik ramai dengan para santri yang melaksanakan shalat tahajjud bersama - sama. Ijaaz, Ikhsan, Abdul dan Umar pun selesai melaksanakan shalat tahajjud, mereka dan para santri lain membuka Al-Qur'an membacanya sambil menunggu waktu shubuh tiba.

"Jam sudah menunjukkan pukul empat lewat empat puluh sembilan, siapa yang mau mengumandangkan adzan?" Tanya Ustadz Syarif di mimbar.

"Ikhsan, Ustadz!" Teriak Umar membuat Ikhsan yang sedang membaca Al-Qur'an menoleh kearahnya dan menaikkan satu alisnya bingung.

"Udah, ana tau suara antum merdu.. maju aja.." kata Umar.

"Ayo, Ikhsan.. maju sudah masuk waktu shubuh." Ajak Ustadz Syarif. Ikhsan pun menitipkan Al-Qur'an nya pada Umar, lalu dia maju kedepan dan bersiap mengumandangkan adzan.

"Subhaanallah walhamdulillah wala ilahaillah wallahuakbar, wala haulawala kuuwata illabillahiladhim, allahummasholli wasallim 'ala sayyidina muhammadillahu ya kariim." Ikhsan membaca do'a sebelum adzan Umar, Abdul dan Ijaaz menunggu untuk pertama kalinya mendengar suara Ikhsan mengumandangkan adzan.

"Allāhu akbar, Allāhu akbar Allāhu akbar Allāhu akbar," lantunan adzan itu membuat siapa pun yang dengarnya merasa tenang. Ijaaz, Umar dan Abdul bangga mempunyai teman yang ilmu agamanya sangat baik dan mempunyai suara yang menyejukkan hati bagi siapa pun yang mendengarnya.

Adzan pun selesai, Ikhsan mundur untuk melaksanakan dua raka'at sholat qabliyah shubuh. Setelah itu iqomah dan shalat shubuh pun berlangsung, sampai jam setengah enam dan dilanjutkan dengan kajian shubuh oleh Abi Nahid.

"Assalamu'alaikum.." ucap Abi Nahid dan Gus Farhan bersamaan saat tiba dirumah.

"Wa'alaikumussalam.." jawab Kamila dan Zahra, lalu menyalimi tangan kedua pria itu.

"Umi dimana, nak?" Tanya Abi pada Kamila.

"Tadi umi ke kebun sama Bi Nasri mau panen bayam." Jawab Kamila.

"Ya sudah, Abi mau nyusul Umi.. kalian sarapan duluan aja.. gak usah tunggu Abi, karna Abi mau pacaran sama Umi dulu yaa.." kata Abi Nahid sambil tersenyum.

"Pacaran gak tuh..." ejek Gus Farhan membuat yang lain tertawa.

"Ya udah, Abi pergi dulu.. assalamu'alikum.."

"Wa'alaikumussalam.." jawab Gus Farhan, Kamila dan Zahra bersamaan.

"Puasin pacarannya, Abi.." goda Gus Farhan yang mendaparkan jempol dari Abi Nahid.

"Kamu mau makan nasi atau minum kopi dulu?" Tanya Zahra pada Gus Farhan.

"Kopi sama roti aja, sayang.." jawab Gus Farhan dan Zahra pun pergi kedapur menyiapkan apa yang diminta oleh Gus Farhan.

"Dek, duduk diteras aja, mau gak?" Tanya Gus Farhan yang diangguki Kamila.

Suasana pagi hari sangat sejuk, indah udara yang masih asri membuat ketenangan ditubuh. Tak lama Zahra datang membawa nampan yang berisi kopi, susu dan teh juga beberapa roti.

"Ini kopinya, ini susu coklat sama roti." Kata Zahra sambil menaruh satu - satu ke meja dan meletakkan nampan dibawah meja.

"Ya Allah, teh.. jadi ngere-"

"Minum aja.. jangan bilang "ngerpotin" dan lain - lain, kapan kamu repotin teteh, malah teteh yang ngerepotin kamu terus. Jadi.. diminum sama dimakan rotinya.. ok?" Jelas Zahra.

"Ok, teh.." balas Kamila.

"Sayang, tadi shubuh siapa yang adzan?" Tanya Zahra.

"Oh.. Ikhsan, kenapa?" Tanya Gus Farhan balik.

"Gak.. cuma kagum aja.. baru denger anak santri sini yang suaranya bagus banget dan bikin tenang.." jawab Zahra.

"Oh.. jadi suara aku gak bagus dan gak bikin kamu tenang?" Cemburu Gus Farhan.

"Ih.. gak gitu juga, sayang.. kan jarang - jarang ada anak santri yang bagus dan sempurna lafadz in adzan." Jawab Zahra.

"Iya.. aku juga suka suaranya malah ngefans sama orangnya juga.." kata Gus Farhan membuat Zahra dan Kamila tersenyum lucu, karna baru kali ini seorang Gus Farhan mengidolakan santrinya.

PENYEMPURNA IMANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang