° empat belas °

3.2K 430 120
                                    

Hari kepulangan ayah dan ibu Beomgyu.

"Kaaaak! Air hangatnya udah siap, belum?!" Teriak Beomgyu dari arah kamarnya.

"Sebentar bak mandinya masih dibersihin!" Balas Yeonjun.

"Gajadi aku mandi di kamar atas aja!" Balas Beomgyu.

"Kurang ajar kamu yaaa!" Ujar Yeonjun kesal.

Bukannya mendapatkan permintaan maaf, Yeonjun malah mendapatkan tawa ejekan dari Beomgyu. Yeonjun hanya bisa menggelengkan kepalanya, kemudian melanjutkan kegiatan membersihkan bak mandinya.

Mereka rencana akan menjemput orang tua mereka di bandara sore hari ini. Entah mengapa, semenjak semalam Yeonjun selalu merasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam dirinya. Ia sudah berusaha untuk mengabaikan hal itu, akan tetapi tetap saja sulit untuk menghilangkannya.

"Mungkin karena lapar kali ya? Semalam gua juga ga sempet makan, trus sarapan tadi engga selera juga," ujarnya meyakinkan dirinya sendiri.

Selesai membersihkan bak mandi beserta seisi kamar mandinya, Yeonjun segera mandi dan membuatkan makan untuk dirinya dan Beomgyu sebelum berangkat ke bandara. Beomgyu sudah berpakaian rapi, sedangkan Yeonjun masih belum merapikan dirinya. Rambutnya masih basah dan acak-acakan.

"Kakak baru selesai mandi?" tanya Beomgyu sambil menarik kursi makan dan duduk di atasnya.

"Iya," jawab Yeonjun singkat.

Beomgyu menaikkan sebelah alisnya. 'Tumben jawabnya singkat,' batin Beomgyu.

Selama tinggal bersama Yeonjun, Beomgyu menjadi mengerti beberapa hal mengenai diri Yeonjun. Jika Yeonjun merasa senang, maka ia akan tertawa sambil menggerakkan tubuhnya seolah menari, jika Yeonjun merasa kesal, maka ia akan menatap diam ke arah lawan bicaranya, kemudian, jika Yeonjun merasa gelisah, maka ia.. akan menjadi lebih diam dan serius dari biasanya.

Tanpa banyak bicara, keduanya menghabiskan makanan mereka dan siap-siap menuju bandara.

Sebenarnya, mereka berdua masih punya banyak waktu untuk bersantai di rumah. Hanya saja, Beomgyu beralasan ingin melihat-lihat kota terlebih dahulu bersama Yeonjun sebelum kedua orang tuanya pulang dan ia.. tidak bisa bertemu Yeonjun lagi karena Yeonjun selama ini ada bersamanya dikarenakan pekerjaan yang diberikan oleh orang tuanya untuk menjaga Beomgyu.

Mata Beomgyu berbinar melihat pemandangan kota tempat tinggalnya. Beomgyu jarang sekali meninggalkan rumah, jika harus pergi keluar hanya untuk sekolah atau pergi ke rumah teman-temannya. Entah mengapa, setiap ingin pergi keluar dirinya selalu takut. Beomgyu tidak tahu apa yang menyebabkan dirinya merasa seperti itu, akan tetapi ketakutan itu selalu ada dalam dirinya seolah-olah melarangnya untuk pergi keluar dan tinggal diam di rumah saja.

Saat Beomgyu hanyut dalam pikirannya, Yeonjun merasa ponselnya bergetar di saku jaketnya dan menghentikan mobilnya sejenak di pinggir jalan yang sepi.

"Kenapa berhenti?" tanya Beomgyu yang sadar bahwa mobil yang dikendarainya sedang berhenti.

"Ada pesan," jawab Yeonjun tanpa menoleh ke arah Beomgyu.

Beomgyu diam memperhatikan wajah serius Yeonjun.

"Katanya mama sama papa.. mu–ekhem, mereka udah di jalan nuju bandara," ujar Yeonjun, kemudian menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku jaketnya.

"Oh ya? Dari tempat mama sama papa berapa lama ke bandara?" tanya Beomgyu.

"Hm.. mungkin sekitar satu sampai dua jam. Kalau nggak macet setengah jam," jawab Yeonjun sambil melihat sekitar untuk melanjutkan perjalanan mereka.

kakak asuh × yeongyu [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang