°tiga°

7.6K 1.1K 165
                                    

Sehabis tatap-tatapan dan peluk-pelukan ala sinetron di ruang tengah waktu itu, hubungan mereka mulai membaik.


Itu yang awalnya dipikirkan Yeonjun.




Kenyataannya, sama sekali nggak membaik.




Beomgyu jadi lebih sering kasarin dia.. lewat omongan, di cuekin, dan parahnya lagi, Yeonjun didiemin seolah dia nggak ada di rumah itu.

Yeonjun sempat berpikir buat nyerah, tapi itu nggak boleh. Nyerah nggak ada di dalam kamus pemilik nama lengkah Choi Yeonjun itu.

Pagi ini juga Yeonjun masih setia buatin sarapan untuk Beomgyu.

Yeonjun pingin naik, tapi berdasarkan pengalaman dia sebelumnya, kalau naik bakal di lemparin kata-kata menohok hati dari mulut manis Beomgyu, kalau nggak naik, Beomgyu nggak bakal turun sampai hampir jam masuk.

Yeonjun juga harus Kuliah, dia emang masuknya lebih siang, tapi yang jadi masalah Beomgyu kalo telat hampir tiap hari, Yeonjun yang harus maju buat bicara ke Kepala Sekolah dan Orang tua Beomgyu.

Tapi, hari ini agak berbeda, Beomgyu turun dengan sendirinya. Makan seperti biasa dan ninggalin bekas makannya seperti biasa.

Yeonjun sedikit lega. Dengan semangat dia beresin ruang makan dan nyusul Beomgyu yang sudah lebih dulu pergi ke depan.

"Buku-buku nggak ada yang ketinggalan?" Tanya Yeonjun pelan, bagaimanapun ia tidak boleh kalah dengan cobaan.

"Hm," jawab Beomgyu singkat.

"Kotak bekal sama minum udah di masukin?" Tanya Yeonjun lagi.

"Hm," jawaban Beomgyu masih sama, lalu ia bangkit pergi menuju mobilnya.

"Gyu, ini tas sekolahmu ketinggalan!" Panggil Yeonjun yang masih ngikat tali sepatunya.

"Aku tau! Nggak usah sok akrab panggil-panggil namaku Gyu!" Beomgyu mengambil tas sekolahnya dengan kasar.

Yeonjun menghela nafasnya. Memang sulit untuk meluluhkan hati anak-anak yang sudah dari dulu di manjakan oleh kedua orangtuanya.

Selesai mengikat tali sepatunya, Yeonjun membukakan pintu untuk Beomgyu terlebih dahulu, kemudian ia masuk. Seperti biasa, tidak ada percakapan di antara mereka.

"Beomgyu!" Panggil laki-laki bertubuh tinggi.

"Halo kak!" Sapa Beomgyu balik.

"Liat Ningkai nggak?" Tanyanya.

"Sama Jeongin ke toilet kak. Kak Soobin sendiri liat Taehyun nggak?" Beomgyu melihat-lihat sekitarnya.

"Taehyun? Tadi ketemu di depan sana, tuh dia tuh! Lagi ngobrol sama Jisung." Soobin menunjuk Taehyun yang sedang berbicara dengan anak laki-laki yang bernama Jisung.

"Ohiya, okok.. makasih kak!" Beomgyu berlari meninggalkan Soobin.

"Hyun!" Teriak Beomgyu. Taehyun dan Jisung menoleh ke arahnya.

"Kenapa Gyu?" Tanya Taehyun.

"Liat kotak bekal ku nggak?" Tanya Beomgyu sambil ngos-ngosan.

"Kotak bekal? Emang kamu bawa?" Taehyun menaikkan sebelah alisnya.

"Eh?" Beomgyu mengangkat kedua alisnya, terkejut.

"Kamu cuman bawa ransel, udah itu doang nggak ada yang lain." Taehyun mengerutkan keningnya, mengingat-ingat.

"Kenapa emangnya Gyu?" Tanya Jisung.

Beomgyu menepuk jidatnya. "Aku lupa bawa bekal doong!" Ujarnya sambil memasang ekspresi ingin menangis.

"Ehh jangan nangis! Ohiya! Coba telpon kak Yeonjun, siapa tau dia tau ada dimana." Usul Taehyun dan berhasil membuat wajah Beomgyu berubah masam.

"Ihh kenapa harus telpon dia?!" Rengek Beomgyu.

"Mau makan nggak? Kenapa nggak beli di kantin aja?" Taehyun mengerutkan keningnya.

"Nggak suka! Kata Mama makanan kantin nggak sehat, soalnya kita makan dari masakan orang yang nggak kita kenal!" Ujar Beomgyu. Taehyun sempat berpikir ada benarnya juga, tapi ia tepis pikiran itu.

"Yaudah telpon aja makanya!" Ujar Taehyun.

Beomgyu berdecak kesal, kemudian mengeluarkan ponselnya. Tapi, tidak ada karena ia tinggal di kelas. Akhirnya, Jisung meminjamkan ponselnya.

Beomgyu terdiam sejenak.

"Nomornya berapa Hyun?" Tanya Beomgyu.

Taehyun mengacak rambutnya frustasi.

"Yaa aku nggak tau Beomgyu! Kan baru kenal beberapa hari yang lalu!" Akhirnya Taehyun mengeluarkan kekesalannya. Beomgyu cuman nyengir.

Tiba-tiba datang sebuah panggilan,

"Untuk murid bernama Choi Beomgyu, harap segera ke Ruang TU sekarang. Sekali lagi--"

"Tumben Gyu.. kamu abis ngapain emang?" Taehyun menatap bingung Beomgyu. Beomgyu mengangkat kedua bahunya, kemudian ia pergi.

Beomgyu tiba di depan Ruang TU. Ia bertemu seorang guru dan bertanya ada apa, kemudian ia disuruh pergi ke gerbang depan karena ada yang mencarinya.

Beomgyu semakin bingung karena ia tidak banyak mengenal orang, selain keluarganya sendiri.

"Beomgyu! Disini!" Beomgyu kenal siapa pemilik suara itu.

Yeonjun, dengan senyumannya seperti biasa, melambaikan tangannya ke arah Beomgyu. Beomgyu menghampirinya dengan wajah kesal.

"Ngapain--" Yeonjun menyerahkan sebuah tas kecil berbentuk persegi panjang berwarna biru-kuning tepat di depan wajah Beomgyu.

"Nih, bekal kamu. Tadi ditanya katanya udah bawa.. tadi ketinggalan di sebelah tas sekolah kamu. Aku baru bisa bawainnya sekarang." Ujar Yeonjun, Beomgyu mengambil tas bekal itu.

"Kamu nggak ada kerjaan ya?" Ujar Beomgyu.

"Habis dari kampus, jam istirahatnya hampir habis tadi, aku lulusan sini, jadi hafal istirahatnya jam berapa. Aku izin bentar buat ngantar bekal kamu." Ujar Yeonjun sambil tersenyum.

Hati Beomgyu sedikit tersentuh, ia hampir menangis.

"Yaudah, kalo emang begitu buat apa di antar langsung?! Kan bisa aja nitip atau dikirimkan!" Beomgyu membalikkan badannya.

"Aku maunya nganterin, jadi nggak papa lah.. mobilnya juga mobil kamu. Waduh! Aku balik dulu ya, kelasnya udah mulai 5 menit yang lalu!" Yeonjun segera pergi keluar sekolah.

Beomgyu meliriknya dari balik bahunya.

"Kok dia baik gitu sih..." Beomgyu mendengus pelan, kemudian kembali masuk untuk memakan bekal yang di antarkan oleh Yeonjun.

Karena teman-temannya yang lain sudah makan, Beomgyu makan sendiri di depan kelasnya.

Isinya cuman bekal sandwich simpel 4 tumpuk. Beomgyu awalnya ragu buat makan karna selama ini dia cuman makan makanan buatan Ibunya atau memang dari orang lain, tapi Beomgyu harus melihat prosesnya pembuatannya.

Beomgyu menggigit kecil sandwich itu, mengunyahnya pelan untuk merasakan rasanya.

Tiba-tiba, air matanya jatuh...



Kenapa Yeonjun masih ingin bersikap baik padanya meski ia sudah memperlakukan Yeonjun dengan kasar dan tidak baik seperti itu.

Mengingat perbuatannya sendiri, Beomgyu semakin ingin menangis. Dimakannya cepat semua sandwich itu dan ia menghabiskan minumannya langsung.

Beomgyu mengelap air matanya dan mencuci wajahnya di wastafel terdekat. Ia kembali masuk ke kelas dan bertepatan dengan bel masuk berbunyi.








"Mungkin aku yang harusnya usaha?" Tanya Beomgyu pada dirinya sendiri.






























(:

kakak asuh × yeongyu [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang