Lima

4K 336 20
                                    

"Kenapa? Bukankah kita sudah sepakat, mulai sekarang kamu akan tidur disini" Asgar mencekal tangan Ran yang hendak kembali ke luar kamarnya.

"Apa kamu tidak suka dengan interior kamar ini. Nanti kita bisa menggantinya" Ran menggeleng.

"Bukan. Hanya saja saya meresa tidak pantas berada di kamar ini" parau Ran, sebisa mungkin dia menahan agar air matanya tidak jatuh.

"Yang kamu kenapa sih, perasaan tadi kamu ga kaya gini" Asgar tahu Ran ingin menangis. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi pada istrinya itu. Saat masuk kerumah semua baik-baik saja tapi kenapa sekarang Ran berubah.

"Mungkin sampai kapan pun aku tidak pantas untuk om" pertahan Ran runtuh, tetesan air matanya mulai membasahi pipinya.

"Siapa yang bilang begitu,hem" Asgar membawa Ran dalam pelukannya. "Bilang ada apa, bukankah kita sudah  janji untuk saling terbuka?"

"Apa kamu berantem dengan Anna?" Asgar menguraikan pelukan pada tubuh mungil Ran. Di tatapnya wajah Ran yang penuh airmata.

"Saya hanya merasa kita ini memang berbeda om. Kita itu bagai langit dan bumi" ujar Ran dia tidak mungkin bilang jujur kalau dia sedang cemburu pada foto Dania.

"Saya memilihmu itu artinya saya menerima kamu apa adanya" Ran enggan menatap Asgar. Matanya lurus memperhatikan potret Dania.

"Kamu...." Asgar mengikuti arah pandang Ran. Asgar mengerti sekarang kenapa Ran tidak mau tidur di kamar ini. Kemudian dia membawa Ran mendekati foto Dania yang terpajang di dinding kamarnya.

"Apa karna ini" Asgar menunjuk foto Dania.
Ran makin merasa bersalah, walau bagaimana pun Dania wanita yang Asgar cintai tidak seharusnya dia cemburu tidak jelas seperti ini.

"Maaf saya lupa memindahkannya" Perlahan-lahan Asgar menurunkan foto mendiang istrinya.

"Kenapa di turunkan, om?" sergah Ran, dia merasa tidak enak hati.

"Karena saya ingin tidur dengan istri saya yang bisa saya peluk. Bukan dengan foto di dinding" ujar Asgar santai dia berhasil menurunkan bingkai foto itu.

"Kamu cemburu foto ibu Ansara masih terpajang di sini" ucap Asgar membuat Ran malu.

"Saya memang ingin memindahkan nya ke tempat lain. Sejak kita memutuskan untuk menikah saya ingin merubah kamar ini. Karena waktunya yang mepet jadi saya belum ada waktu, dan saya juga harus tanya kamu mau mendekor kamar kita seperti apa" Lalu Asgar membawa duduk Ran di ranjang king size nya.

"Rumah ini saya bangun saat usia Ansara enam tahun. Kamu tahu kan kami dulu tinggal di Korea, jadi rumah ini baru saya buat setelah kepergian ibunya Ansara.  Dia tidak pernah menginjakkan kakinya di sini. Jadi kamulah wanita pertama yang saya bawa ke rumah ini. Kamulah ratu yang sudah lama di rindukan rumah ini." Asgar menangkup wajah Ran. Ternyata begini menikah dengan anak kecil, sedikit-sedikit cemburu, marah tidak jelas sebelum membicarakan apa yang terjadi. Mungkin setelah ini Asgar harus lebih peka terhadap istrinya.

"Kalau ada sesuatu yang mengganjal di hati kamu, bicarakan sama saya langsung oke. Jangan seperti tadi, sungguh saya tidak mengerti apa yang ada di pikiran kamu. Dan satu lagi kamu harus percaya sama saya, jangan mendengarkan kata-kata orang lain yang tidak suka dengan hubungan kita" Ran mengangguk. Ternyata Asgar bisa menjadi suami dan ayah untuknya, sudah lama dia tidak merasakan kehangatan kasih sayang seorang ayah. Asgar benar-benar dewasa dalam mengambil sikap.

"Saya sudah katakan bahwa saya tidak akan pernah melupakan ibunya Ansara, dia akan selalu ada di hati saya. Tapi saya tahu kami  sudah berbeda dan saya harus meneruskan hidup saya."

"Saya sudah terbiasa hidup tanpanya selama ini, jadi kamu jangan khawatir saya sudah move on, kenapa saya tidak menikah lagi selama ini, karena saya belum menemukan wanita yang pas untuk menjadi pendamping hidup saya. Dan mungkin jika saya menikah dari dulu, kita tidak akan menikah. Jadi saya yakin ini sudah kehendak-Nya. Saya harus menunggu kamu"

"Terimakasih om sudah mau memilih saya menjadi istri om" Ran benar-benar malu dan tidak enak hati atas kejadian ini. Sungguh dia seperti anak kecil yang mudah merajuk.

"Kenapa manggil om lagi" Asgar menjawil hidung Ran. "Seharusnya saya yang mengucapkan terimakasih, karena kamu mau menikah dengan saya" lalu mencium bibir istrinya.

"Om..." lirih Ran saat Asgar mulai menggodanya.

"Siapa om kamu" Asgar langsung membaringkan Ran di tempat tidurnya yang menjadi saksi kesendiriannya selama ini jika malam tiba.

"Maaf.." cicit Ran. Asgar tidak membiarkan Ran berbicara lagi.

"Yang pintunya udah di kunci belum. Takut ada yang masuk " ujar Ran, terpaksa Asgar turun dan mengunci pintu kamarnya.

"Sudah, tidak akan ada yang akan ganggu kita, termasuk para reader's"

Bersambung

Udah ya mereka ga mau kita ganggu. Haaaa

5 Juli 2021
THB

Istriku Pacar Anakku (Aldama Family Seri 8)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang