Orang-orang terlihat sedang berkumpul di beberapa tempat, mereka saling memberi isyarat untuk diam dan melebarkan gendang telinga agar dapat mendengar kabar apa yang akan disebarluaskan oleh pemegang mic di kantor rw.
"Pembagian kuota gratis, silahkan bagi yang membutuhkan segera mendekatkan diri ke kantor rw," ucap pemegang mic yang membuat orang beramai-ramai datang, terutama anak sekolahan.
Namun, berbeda dengan Aryza. Ia sibuk menatap dirinya di pantulan cermin, merapikan rambut beserta pakaian yang dikenakannya. Tak lupa, ia juga memberikan semprotan parfum ke pergelangan tangan beserta leher. Aroma Aquatic dari parfum memberikan nuansa segar dan elegan, membuat Aryza siap memulai hari dengan penuh semangat.
"Walaupun udah kusem, tapi gue sayang sama lo, ket!" celoteh Aryza pada jaket kulit hitam kesayangannya. "Eh, hari ini gue cukup ganteng juga ternyata."
Begitulah Aryza, menatap cermin sambil memuji dirinya sendiri, ini adalah hal wajib yang harus dilakukan sebelum melakukan aktivitas lain. Alasannya, supaya lebih percaya diri.
Aryza keluar kamar, di sana ada seseorang sedang terduduk. Kerutan di wajahnya kian nampak sesaat ia memberikan senyuman. "Udah selesai ngobrol sama cerminnya?"
Aryza cengengesan. "Bukan ngobrol. Ini tuh lagi afirmasi positif biar semangat, Pak."
"Ya udah, pokoknya nanti jangan ngebut atau nikung, apalagi berhenti seenaknya. Utamakan keselamatan dan jangan kemaleman, ya?" pinta Bapak sambil memperingatkan.
"Siap!" ucap Aryza hormat lalu mencium tangan Bapak.
Aryza mengeluarkan motor yang terparkir di tengah rumah dengan perlahan, jangan sampai lecet lagi. Selain banyak goresan, motor ini juga sangat manja hingga harus dipanaskan dulu. Maklum, sudah tua.
Sibuk menunggu motor panas sambil mencabuti rerumputan, Ia sampai tak sadar ada yang memanggil dirinya sedari tadi. Mungkin, efek keseringan memakai headset, telinga jadi sedikit tak mendengar.
"Aryza!" Pria tua itu menyapa tapi tak ada jawaban. Sampai akhirnya, ia sedikit meninggikan nada bicaranya. "ZA!"
Aryza yang terhanyut dalam lamunannya bangun seketika. "Eh! Kang Udin! Ngagetin aja."
Beliau kang Udin, Lelaki tua dengan rambutnya yang mulai memutih ─sama seperti Bapak─ Tapi jangan salah, visualnya masih menjadi nomer satu, buat Istrinya.
Kang Udin adalah temannya Bapak, maka tidak heran jika beliau akrab dengan Aryza. Kang Udin juga sangat baik, menganggap Aryza seperti anaknya sendiri. Bahkan, anak tunggalnya 'pun tak kalah baik, selalu ramah pada Aryza.
"Ngomong-ngomong, Itu motornya kenapa lagi atuh?" tanya Kang Udin yang sudah tahu betul kalau motor tua itu manja sekali.
"Biasa kang, udah butut. Mana mogok, ban juga kayanya kurang angin," keluh Aryza dengan wajah lemah.
"Coba nanti siang bawa ke bengkel, biar Mang Mamat yang benerin," ucap Kang Udin, menyarankan motornya di bawa ke bengkel miliknya.
"Siap! Tapi agak siangan aja kayanya, Kang."
Kang Udin mengangguk. "Nyari penumpang dulu? Semangat! semoga dapet banyak," ucapnya lalu pergi melanjutkan perjalanan.
Iya, mencari penumpang. Aryza bekerja sebagai tukang ojeg, karena bukan ojeg online, biasanya ia menunggu seseorang memanggilnya secara tatap muka. Tapi, terkadang ia berkeliling juga. Selagi sekolah libur dan ada waktu luang, Aryza menyempatkan untuk mencari uang dengan motor kesayangannya tersebut.
Diumur Bapak yang semakin menua, Aryza tak mau banyak menyusahkan, Ia tidak mau membuat Bapak kelelahan karena harus menafkahi dirinya. Meskipun sebenarnya Bapak juga bekerja dan penghasilannya lumayan, tetapi keterlaluan jika ia menikmati uang Bapak yang dihasilkan dengan kerja keras, sedangkan dirinya enak rebahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [ LEE HAECHAN ]
FanficAkibat Rindu yang tak ada batas, membuat seseorang tenggelam dalam lautannya. Ingin melepas, semesta seakan melarang. Ingin melupakan, ingatan tak dapat menghapusnya. Itulah yang dirasakan oleh Aryza, lelaki tangguh dengan rintangan sebagai teman hi...