Aryza tak pernah tahu akan bertemu dengan Citra, ia tak pernah tahu jika Citra akan menjadi miliknya. Berawal dari perkenalan singkat, cinta tumbuh begitu saja.
"Nama kamu siapa?" tanya Aryza yang social butterfly nya mulai aktif. Saat itu masih masa perkenalan sekolah, murid-murid belum mendapatkan jurusannya dan masih terpencar ke beberapa kelas.
Ia tersenyum. "Citra Arunadita."
"Namanya cantik." Aryza tersenyum. "Kaya orangnya," bisiknya yang membuat perempuan bernama Citra tersipu malu.
"Makasih, nama kamu siapa?"
"Aryza Chandrawan, salam kenal semoga kita berteman baik."
Awal pertemuan yang membuat Aryza jatuh cinta untuk kali pertama, ia merasa Citra adalah idamannya. Selain Cantik, Citra juga ramah dan sangat sopan. Terlebih ketika melihat senyumannya, hati merasa semangat untuk hidup.
Saat pembagian jurusan sudah selesai, Aryza memutuskan untuk bertemu Citra lagi di lapangan sekolah. Aryza selalu mencari tempat ramai, supaya guru tidak terlalu memperhatikan obrolan mereka.
"Kamu masuk jurusan apa?" tanya Citra yang kini ikut duduk di sebelah Aryza.
"Aku pemasaran, kamu?"
"Aku OTKP, kita beda jurusan ternyata. Kupikir bakalan satu kelas," keluh Citra dengan nada lemah. Sungguh, wajah Citra sangat gemas ketika seperti ini, membuat hati Aryza bahagia tak karuan.
"Gak apa-apa, yang penting hati kita deket," ucap Aryza reflek. "eh.. maaf-maaf."
Lagi-lagi, Citra tersenyum. Aryza hanya bisa menahan rasa salah tingkahnya. Seseorang, tolong selamatkan Aryza.
(***)
Setelah pulang sekolah, Aryza memutuskan untuk bertemu dengan Citra. Ini adalah percobaan ke-lima kali setelah ajakannya selalu di tolak, akhirnya Citra mau bertemu Aryza.
"
Maaf kalau kesannya terburu-buru." Aryza menggigit bibir bawahnya, menahan diri untuk tidak grogi. "Aku. Suka. Kamu."
"Suka aku? Alasannya?"
"Alasan aku suka kamu, ya, karena kamu Citra. Banyak alasan yang menjadikan aku pengen milikin kamu, salah satunya hati." Aryza grogi, ini adalah pertama kalinya ia mengungkapkan sebuah cinta. Tidak peduli jika Citra paham dengan kalimatnya atau tidak, yang terpenting sudah memberanikan diri.
"Aku mau." Citra tersenyum manis.
"Serius? Kamu serius?" tanya Aryza memastikan, Citra mengangguk. "Hari ini kita pacaran?"
"Iya."
Aryza menutup mulutnya, tak menyangka cinta pada pandangan pertamanya berjalan dengan lancar. Aryza menatap Citra, yang ditatap hanya bisa tersipu malu.
(***)
Seminggu setelah berpacaran, rasanya seperti teman. Tak ada yang dilakukan, bertemu saja hanya di sekolah, kalau pun di luar sekolah itu kebetulan. Tapi, Aryza tetap bahagia karena bisa memiliki Citra.
"Za! habis dari mana?" tanya Citra, mereka bertemu di persimpangan.
"Abis ngojeg."
"Kamu ngojeg?"
Aryza mengangguk. "Pengalihan aja, selagi aku gak sekolah kan biar gak diem dirumah terus."
"Kalau gitu mas ojeg bisa anter aku pulang kan?"
Aryza mengacungkan jempol lalu memberikan helm. "Siap."
Sejak awal, Citra memang jarang menyempatkan waktunya untuk Aryza. Tetapi sebaliknya, Aryza selalu menyempatkan waktunya untuk Citra. Bahkan, ia rela menolak penumpang jika Citra tiba tiba memanggilnya.
Bagi Aryza, Citra adalah perempuan paling berharga. Cinta pertamanya itu tidak boleh pergi begitu saja, karena kata pepatah "Cinta pertama tidak pernah gagal."
Namun, Citra tak pernah memberikan timbal balik yang baik. Benar kata temannya, Aryza seperti bodyguard. Tetapi kalau sudah Cinta mau bagaimana lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [ LEE HAECHAN ]
Fiksi PenggemarAkibat Rindu yang tak ada batas, membuat seseorang tenggelam dalam lautannya. Ingin melepas, semesta seakan melarang. Ingin melupakan, ingatan tak dapat menghapusnya. Itulah yang dirasakan oleh Aryza, lelaki tangguh dengan rintangan sebagai teman hi...