Aryza menatap punggung Bapak yang sedang sibuk dengan ponselnya, andai saja waktu itu Aryza berhasil membelikan Bapak ponsel, pasti Bapak tidak akan sibuk mencari tempat sepi supaya suara ponsel nya terdengar jelas.
"Bapak mau ada proyek ke luar kota, Za. Bapak gak bisa nolak lagi, takut dipecat."
"Gimana, ya?" Aryza bingung. Sebenarnya ia tak rela jika Bapak harus bekerja jauh, padahal Bapak baru sembuh tapi sudah harus pergi jauh. "Asalkan balik lagi ke sini."
"Iya atuh, emang mau kemana?" ucap Bapak heran.
"Siapa tau mau cari anak baru."
Bapak menepuk pundak Aryza. "Gak ada yang bisa gantikan kamu, sekalipun istana kerajaan atau uang miliaran."
Aryza merasa lega. "Sebelum Bapak pergi, kita mancing yuk?" Ajak Aryza yang langsung disetujui Bapak.
(*)Suasana sungai yang sangat tentram, baru menatap sekali rasanya semua beban hilang. Bapak tak banyak membawa barang bawaan, hanya pancingan beserta umpan yang baru saja di beli. Berbeda dengan Aryza, ia membawa tas hitam berisi pakaian beserta minuman kesukaannya. Entah mengapa ia membawa banyak bawaan, apa ia kira akan wisata alam.
"Kamu kenapa bawa banyak pakaian, mau nginep?"
Aryza sedikit tertawa. "Enggak, Pak. Biar berat aja bawaannya, terlalu enteng kalau pancingan aja."
Keduanya kini mempersiapkan pancingan, duduk di bawah tanah yang sudah pasti kotor, tapi itulah bahagianya. Umpan sudah siap, mereka kini melempar kail dan menunggu ikan menghampiri.
"Jafar bilang kamu ilang uang, itu bener?" tanya Bapak tiba-tiba. Aryza lagi-lagi terhenyak, mengapa Jafar selalu banyak bicara tentang kesedihannya. Padahal sudah diperingatkan untuk bungkam. "Za?"
Aryza menundukkan kepalanya, rasanya ingin menangis, tetapi tak bisa. "Maaf, Pak. Aryza juga gak nyangka bakalan kejadian gini."
"Kenapa kamu selalu sembunyiin banyak cerita sama Bapak? Kan siapa tau bisa Bapak kasih solusi, atau ya minimal cerita aja." Bapak menatap Aryza yang masih menunduk. "Bapak hadir di sini kan buat kamu, buat dengerin semua keluh kesah dan keinginan kamu. Kalau kamu diem, buat apa ada Bapak?"
"Aryza cuman pengen liat wajah bahagianya Bapak, makannya yang sedih mending buang jauh-jauh." Aryza melemparkan batu ke arah sungai, membayangkan semua masalah dan kesedihannya ikut terlempar jauh.
"Ya udah, kedepannya kamu bisa cerita semua sama Bapak." Bapak mulai fokus lagi dengan pancingannya.
Bapak sering memancing, tapi ia jarang mendapatkan ikan. Sekalipun dapat, Bapak akan mengembalikan ikan tersebut ke tempatnya. Bagi Bapak, lebih baik membeli langsung ke pasar daripada menangkap sendiri, rasanya tak tega memakan ikan hasil tangkapan sendiri.
(*)
Malam ini, Bapak memasak ikan hasil belinya tadi. Bapak sangat telaten membersihkan sisik ikan, memberikan bumbu hingga memasaknya. Aromanya sangat enak, rasanya perut terus berbicara untuk segera melahapnya.
"Enakk! Kecapnya gak over, rasa pedesnya kerasa. ikannya juga lembut, satu juta buat masakan ini! " ucap Aryza memberikan ulasan terkait makanan Bapak malam ini.
Bapak tersenyum bangga. "Syukurlah! Oh iya, soal uang yang hilang, nanti Bapak ganti waktu gajian."
"Ngapain diganti? Kan bukan salah Bapak. Gak apa, Aryza udah ikhlas juga, jadiin pelajaran aja biar gak tergesa-gesa kalau mau apapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [ LEE HAECHAN ]
FanficAkibat Rindu yang tak ada batas, membuat seseorang tenggelam dalam lautannya. Ingin melepas, semesta seakan melarang. Ingin melupakan, ingatan tak dapat menghapusnya. Itulah yang dirasakan oleh Aryza, lelaki tangguh dengan rintangan sebagai teman hi...