Bab 19

41 1 0
                                    


Bab 19

Andi dan setan perempuan berkuku panjang

(Tahun 1992)

Andi adalah teman kakak perempuan saya, Istari, ketika Ia masih duduk di bangku SD.

Mereka berdua berteman cukup akrab.

Suatu hari, Istari memperhatikan bahwa Andi ini sedang melamun dan kelopak bawah matanya terlihat gelap.

Seperti orang yang tidak tidur selama berhari-hari.

Ia bertanya kepada Andi, kenapa kok melamun dan kelopak bawah matanya terlihat gelap?

Andi yang semula terlihat ragu-ragu, akhirnya menceritakan apa yang Ia alami kepada Istari :

Saya menginap di rumah nenek saya sejak beberapa hari yang lalu.

Ada kemungkinan bahwa saya akan tinggal di rumah nenek saya untuk seterusnya.

Papa mama saya memutuskan untuk bercerai, karena...saya tidak tahu karena apa.

Mama saya harus bekerja di kota Jakarta.

Papa saya juga bekerja di kota lainnya. Saya tidak tahu dimana Ia sekarang.

Rumah nenek saya ini sangat besar , sangat tua , dan menyeramkan.

Kakek saya meninggal di dalam rumah nenek saya, bertahun-tahun yang lalu.

Saya selalu ketakutan jika tidur sendirian di kamar tidur yang terletak di bagian ujung belakang rumah nenek saya ini.

Seringkali, saya mendengar suara perempuan yang tertawa terkekeh-kekeh di luar kamar tidur itu.

Dan, itu bukan suara nenek saya.

Namun, nenek saya tidak pernah percaya dengan cerita saya mengenai suara tertawa perempuan yang saya dengar itu.

Nenek saya mengganggap bahwa itu hanyalah merupakan satu alasan yang saya buat supaya nenek saya mengantar saya ke rumah lama saya atau meminta mama saya untuk menjemput saya dari rumah nenek saya ini.

Suatu malam, sekitar 2 hari yang lalu, saya terbangun dan mendengar tembok di belakang tempat tidur di kamar itu dicakar-cakar oleh sesuatu.

Saya menyalakan lampu kamar tidur itu dan melihat ada bekas cakaran-cakaran tajam di tembok yang berwarna kekuningan itu.

Bekas cakarannya dalam.

Saya benar-benar merasa ketakutan, namun saya tahu bahwa saya tidak mungkin diperbolehkan tidur di dalam kamar nenek saya.

Jadi, saya mencoba untuk kembali tidur, dengan lampu kamar tidur yang tetap menyala.

Saya tidak bisa tidur kembali.

Lampu kamar tidur itu terlalu terang.

Saya mematikan lampu kamar tidur itu dan mencoba untuk tidur kembali.

Ada suara perempuan yang tertawa terkekeh-kekeh.

Kali ini terdengar dari dalam kamar tidur ini.

Saya menutup telinganya saya menggunakan bantal dan memasukkan seluruh tubuh saya ke dalam selimut.

Akhirnya, saya tertidur kembali.

Keesokan paginya, saya terbangun karena lengan saya terasa perih sekali.

Saya melihat ada bekas cakaran-cakaran dalam di lengan saya.

(Andi menunjukkan bekas luka cakaran yang sudah mengering di bagian lengannya, kepada Istari. Kakak perempuan saya itu bergidik ngeri melihatnya)

Tiba-tiba, nenek saya masuk ke dalam kamar tidur yang saya tempati itu.

Ia terlihat sangat kaget melihat lengan saya yang penuh bekas cakaran.

Namun, nenek saya bukannya merasa kasihan dengan saya atau menanyakan apa yang terjadi kepada saya, Ia malah memarahi saya.

Ia mengganggap bahwa saya telah melukai lengan saya sendiri untuk mencari perhatiannya.

Saya memilih untuk tidak membantah nenek saya dan segera masuk ke kamar mandi.

Kemarin malam, ketika saya sedang tidur, saya tiba-tiba dibangunkan oleh suara sesuatu yang menarik-narik sprei ranjang dimana saya sedang tidur diatasnya.

Saya melihat di sisi kiri ranjang itu, ada sosok perempuan berwajah mengerikan, bermata kemerahan, dan berambut panjang acak-acakan ; sedang menarik-narik sprei ranjang itu.

Kuku jarinya sangat panjang dan tajam sekali.

Saya menjerit ketakutan dan segera berlari menuju ke pintu kamar tidur itu.

Pintu kamar itu tidak bisa dibuka.

Mungkin engsel pintunya macet.

Sosok perempuan yang berkuku panjang itu terbang mendekati saya dan mencakar dada saya.

(Andi menunjukkan bekas luka cakaran yang mengering di bagian dadanya, kepada Istari. Kakak perempuan saya itu terkesiap dan terlihat tegang wajahnya).

Saya menjerit kesakitan dan berusaha mendorong sosok perempuan berkuku panjang itu.

Terasa perih sekali bagian dadanya.

Darah segar mulai mengucur dari dalam kulit dadanya.

Sosok perempuan berkuku panjang itu menjerit tertawa dengan suara yang sangat melengking.

Saya segera berlari melewati sosok perempuan berkuku panjang itu dan masuk ke dalam kamar mandi yang terletak di ujung kamar tidur ini.

Sosok perempuan berkuku panjang itu tidak mengikuti saya ke dalam kamar mandi.

Ia hanya mengeluarkan suara tawa yang melengking dan menakutkan.

Saya bersembunyi di dalam kamar mandi sampai pagi hari.

Suara sosok perempuan berkuku panjang itu baru menghilang beberapa jam kemudian.

Namun, saya terlalu takut untuk berjalan keluar dari kamar mandi itu.

Saya menunggu sampai matahari sudah muncul, untuk keluar dari persembunyian saya di dalam kamar mandi itu.

Karena saya tidak tidur semalaman, maka bagian bawah kelopak mata saya menjadi gelap warnanya.

Saya berencana untuk melarikan diri dari rumah nenek saya sore ini.

Tidak tahu harus lari kemana.

Yang pasti, saya tidak mau dan tidak bisa tinggal di rumah nenek saya yang menyeramkan itu.

(Andi menghentikan ceritanya. Istari terdiam. Ia tidak bisa memberikan komentar apa-apa mengenai cerita Andi itu)

Setahu saya dan Istari, Andi ini akhirnya berpindah tempat tinggal di rumah pamannya (Adik dari ibunya) di daerah Surabaya Timur.

Sekitar tahun 1993 atau 1994, nenek Andi ditemukan meninggal di dalam kamar tidurnya, di rumahnya yang tua itu.

Rumornya, Ia meninggal dengan mata yang terbuka lebar, karena serangan jantung yang terjadi mendadak di malam hari.

Rumornya...

00:44 TENGAH MALAM PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang