Bab 1

1.6K 13 1
                                    


Bab 1

Jatmiko & Hotel Tua di Surabaya

(Sekitar Tahun 1980an akhir)

Jatmiko (Yang merupakan salah satu tokoh di kisah Rumah 9 Hujan) adalah salah satu saudara sepupu ayah saya yang bertempat tinggal di kota Pasuruan.

Ia berperawakan besar, berwajah sangar, bercambang, kulitnya coklat, dan memiliki suara yang besar jika berbicara.

Waktu itu, Ia masih berusia sekitar akhir 40an tahun.

Jatmiko ini bukan merupakan tipe lelaki yang penakut.

Banyak orang yang takut melihat wajahnya yang sangar.

Setan pun mungkin takut melihat wajahnya.

Tapi tidak pada cerita yang ini.

Suatu hari, Jatmiko berkunjung ke kota saya, Surabaya.

Biasanya Ia menginap di rumah saya (Rumah 9 Hujan) atau hanya berkunjung saja ke rumah saya, dan setelah itu kembali ke kota Pasuruan.

Hari itu, Ia karena suatu sebab yang tidak jelas, memilih untuk menginap di salah satu hotel mewah yang umurnya sudah sangat tua, di daerah pusat kota Surabaya.

Jatmiko ini bukanlah seorang pria yang kaya.

Ia sangat suka berjudi dan membeli undian.

Mungkin kali ini Ia menang undian atau menang dalam perjudian,sehingga Ia bisa membayar ongkos menginap di hotel mewah yang tua itu.

Singkat cerita, siang itu, Jatmiko ini baru saja menyantap makanan tradisional Surabaya yang pedasnya luar biasa dan membuat perutnya sakit.

Ia akhirnya harus mendekam di dalam kamar hotelnya dan pergi buang air besar di kamar mandi beberapa kali.

Diare berat.

Ketika ketiga kalinya Ia ke kamar mandi, Ia membawa Koran dan membacanya di dalam kamar mandi sambil buang air besar.

Jatmiko merasa ada "sesuatu" yang mengamatinya di dalam kamar mandi ini.

Ia dasarnya bukan orang yang penakut, jadi Ia tidak menggubris perasaan itu.

Tiba-tiba, botol shampoo di atas rak wastafel di kamar mandi itu terjatuh ke lantai.

Jatmiko merasa kaget.

Ia tidak berpikir yang aneh-aneh.

Jatmiko memungut botol shampoo itu dan meletakkannya kembali di atas rak wastafel.

Baru saja Ia kembali duduk di atas WC, botol shampoo itu terjatuh lagi ke lantai.

Ia mulai merasa ada yang tidak beres di dalam kamar mandi ini.

Jatmiko memungut botol shampoo itu dari lantai dan meletakkannya di atas rak kembali.

Ia kembali duduk di atas WC.

Ketika Ia membaca Koran kembali, dari sudut matanya, Ia bisa melihat bahwa botol shampoo itu...sedang terbang dan berhenti di udara.

Ia segera melipat korannya dan melihat ke arah botol shampoo itu berada.

Dan,benar.

Botol shampoo itu sedang terbang di udara.

Jatmiko terpaku dan tidak bisa bergerak melihat kejadian yang aneh itu.

Tiba-tiba, botol shampoo itu terjatuh di lantai kamar mandi dengan suara yang sangat keras.

Isi botol shampoo itu tercecer di lantai kamar mandi.

Bau di dalam kamar mandi ini bercampur anatara bau kotoran manusia, bau wangi shampoo, dan bau...kemenyan.

Wajah Jatmiko yang semula berwarna coklat, menjadi berwarna cream.

Pucat dan ketakutan.

Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka lebar dan menutup kembali dengan suara yang keras.

Jatmiko langsung berteriak ketakutan.

Jatmiko cepat-cepat berdiri dari WC dan segera membersihkan pantatnya, sambil meneriakkan kata-kata umpatan khas Surabaya, untuk membantu menenangkan hatinya.

"Janc*k!!! As*!!! Mbokne Anc*k!!! Jiamp*t!!!!*

Jatmiko segera memakai celananya dan berlari keluar dari kamar mandi itu.

Ia mengambil dompet dan kacamatanya dari meja kamar dan berlari meninggalkan kamar hotel.

Tidak jelas, Ia lalu pergi kemana.

Yang pasti, diare nya tiba-tiba sembuh.

Sore harinya, Jatmiko kembali ke kamar hotelnya.

Resepsionis hotel tidak memperbolehkan Ia untuk menginap di kamar hotel yang lainnya.

Tidak ada pilihan lain.

Ia harus menginap di kamar hotel yang sama.

Jatmiko sebenarnya masih takut , namun Ia juga tidak mau rugi, karena sudah terlanjur membayar ongkos menginap di hotel mewah yang sudah sangat tua umurnya ini.

Ia perlahan-lahan memasuki kamar hotelnya dan menyalakan seluruh lampu di dalam kamar ini.

Jatmiko segera menuju ke dalam kamar mandi dan mulai membersihkan badannya, sambil mengkomat-kamitkan "mantra" agamanya.

Tidak terjadi sesuatu yang menyeramkan lagi selama sore hari itu.

Malam itu,sekitar jam 10 malam,Jatmiko terbangun dengan tiba-tiba.

Keringat dingin membasahi keningnya.

Suhu ruangan di dalam kamar hotel ini menjadi sangat dingin.

Ia menyadari sesuatu.

Lampu-lampu di kamar hotel ini padam semua.

Pendingin ruangan juga padam.

Dan, ada sosok perempuan di ujung kiri ranjang kamar hotel ini, sedang mengamati Jatmiko.

Sosok perempuan itu rambutnya panjang, matanya besar sekali dan berwarna hitam, bibirnya tersenyum lebar, giginya berwarna kuning, dan kepalanya miring ke kiri.

Baunya seperti bau kemenyan.

Tidak ada suara yang keluar dari bibir sosok perempuan yang menyeramkan itu.

Jatmiko menjerit ketakutan dan segera berlari mengambil dompetnya di meja kamar.

Ia menoleh ke belakang.

Sosok perempuan itu masih di sana, memandangi wajah Jatmiko dengan senyuman yang sama dan mata yang tidak berkedip.

Jatmiko segera membuka pintu kamar hotel itu dan berlari menuju ke lobby hotel.

Ia memanggil taksi di bagian depan hotel dan meminta sopir taksi untuk mengantarkannya ke alamat rumah saya di daerah Surabaya utara.

Keesokan paginya, Jatmiko kembali ke kamar hotel itu dan mengambil barang-barangnya disana.

Kamar hotel itu terlihat acak-acakan dan kotor.

Seperti ada "orang" lain yang menempatinya.

Ia segera mengemas barang-barangnya dan meninggalkan hotel mewah yang sudah tua umurnya itu.

Jatmiko berjanji dalam hatinya,bahwa Ia tidak akan pernah menginap di hotel itu lagi.

Menang judi. Menang undian. Dapat gratisan menginap di hotel itu. Mending mati saja daripada mengulang pengalaman menyeramkan itu lagi.

00:44 TENGAH MALAM PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang