➸ chapter 19

253 30 0
                                    


author's pov

Sunghoon terduduk di bangku arena ice skating. Ia baru saja balik dari traktiran Jay. Ini menjadi salah satu rutinitasnya ketika merasa gelisah, menuangkan emosinya dalam setiap gerakan.

"Lo mikirin dia ya?" tanya Jay, memperhatikan raut wajah temannya. Sunghoon tetap diam dan menundukkan kepalanya.

Jay terkekeh, "Lo sering banget ya, hoon. Dari dulu gua kenal lo, lo selalu mendem semua sendiri. Ga pernah lo ceritain apa yang bikin lo sedih, marah gitu, ga pernah."

"Cerita ga pernah bikin bebannya berkurang." ucap Sunghoon, melonggarkan sepatunya untuk bisa memakainya.

"Yap, ga ngurangin beban tapi, asal lo tau, cerita itu bisa bikin kemungkinan ada beban itu berkurang. Ceritain keseharian itu bikin lo ngerasa lebih lega karna ada yang denger sisi cerita lo di hari itu." jelas Jay, mengelus punggung temannya.

"Lo lebih berpengalaman dibanding gua jadi gua yakin, gua yakin banget kalo lo bisa lebih dewasa. Jujur ya, gua ikut sakit banget hatinya waktu denger lo jutek ke Soonie. Kayak dia itu baik banget, dia ga ngelakuin apa-apa selain perhatian sama lo." lanjut Jay.

Sebenarnya, Sunghoon sangat setuju dengan itu. Jika seseorang menanyakan alasan dirinya dingin dengan Soonie, ia tidak akan pernah bisa menjawabnya. Karna ya memang, yang dilakukan Soonie hanya mencintainya lebih dalam dibanding siapapun.

Pria itu memakai sepatu skate nya, dengan pelan meluncur masuk ke dalam arena skating. Es putih menemani setiap gerakan pria itu. Sunghoon terus menyusuri arena es, sesekali ia berputar.

"Maaf maaf maaf mulu. Lo ga pernah berubah hoon. Liat kan sekarang gua kayak gini, ini semua karna gua maafin lo. Jadi dibanding gua makin pusing, mending lo pulang deh."

Ia teringat dengan omongan Soonie, pria itu berputar dan terjatuh. Sunghoon hanya diam, melihat pantulan wajahnya di blade sepatunya. Air mata mengalir di pipi pria itu.

Sunghoon kembali berdiri dengan matanya yang berair. Ia terus menerus mencoba berputar dan mendarat dengan sempurna, hanya untuk terus menerus terjatuh.

"Sadar bego!" bisik Sunghoon ke dirinya sendiri. Jay tertawa melihat kelakuan temannya. Sunghoon terus menerus mencoba memfokuskan dirinya ke setiap gerakan.

Ia berputar lagi, "Gua udah nyerah hoon, gausa lo coba buat perbaikin semua ini. Sekarang lo pergi, gua gamau liat lo deket gua lagi." Pria itu kembali teringat dengan omongan Soonie. Hatinya terasa seperti ada yang membantingnya dengan keras.

Lagi, ia terjatuh. Dia tidak ingin kehilangan perempuan yang menyemangatinya di pagi hari, perempuan yang memberi cookies coklat, perempuan yang selalu mengutamakannya, perempuan yang menangani kakinya yang terkilir.

perempuan yang sempurna untuk dirinya.

Sunghoon kembali berputar. Sayangnya, ia harus terjatuh lagi. Kepala belakangnya terbentur ke es keras itu, membuatnya berteriak kencang dan menggema di arena skating yang besar itu. Jay segera berlari ke arah temannya.

"HOON!" teriaknya, menepuk-nepuk pipi Sunghoon untuk menyadarkan temannya yang terbaring lemas.

Perlahan, Sunghoon memposisikan tubuhnya untuk duduk dan saat itu juga, darah mengalir dari kepalanya. "YAH PARK SUNGHOON!" teriak Jay, menarik Sunghoon berdiri setelah menyadari darah di kepala Sunghoon.

Sunghoon merasa tubuhnya begitu lemas dan Jay tidak bisa menarik tubuh pria itu. Jay dengan sigap, menelfon ambulans untuk mengangkut Sunghoon.

"Halo? iya saya Park Jongseong. Ada kondisi darurat, teman saya terjatuh ketika figure skating dan kepalanya berdarah. Ya, di Seoul Skating. Baik, terimakasih banyak, tolong cepat ya!" jelas Jay kepada penerima telfon dari Rumah Sakit Seoul.

mine ; sunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang