author's povKeesokan harinya, member Enhypen dan Ibu Kim sedang berbaris diluar kamar Soonie. Jake dan Heeseung membawakan party popper. Jay membawa kue coklat kesukaan Soonie. Ni-ki dan Jungwon membawa bingkisan kado yang mereka beli bersama. Sedangkan Sunoo menemani mamanya, Ibu Kim.
Sunghoon? Ia tidak datang lagi hari ini.
"Lo pokoknya masuk duluan tapi sembunyiin itunya." perintah Jay kepada Jake dan Heeseung, keduanya mengangguk kepala dan memberi finger heart ke Jay. Tetap saja bukan berarti mereka bisa dipercaya.
Jay menghela nafas, "Terserah lo dah. Yang lainnya nunggu aba-aba dari gua ya." Ni-ki, Jungwon, Ibu Kim dan Sunoo mengangguk.
Jay pun mendorong Jake dan Heeseung untuk masuk. Di dalam ruangan, mereka membangunkan Soonie. "Woy disuruh Jay bangun!" teriak Jake, membangunkan Soonie dan membuat perempuan itu sontak terbangun.
Heeseung pun memukul punggung Jake, "Pelan pelan bodo." Jake hanya tertawa dan ia mengalihkan matanya kembali ke Soonie, ia juga menyadari gelang di tangan Soonie.
Jake memegang tangan Soonie dan mengangkatnya perlahan, "Wahhh, mahal pasti ginian ya?" tanya Jake dan ia menaruh party popper di meja disebelahnya.
"Hah? ngapain bawa gituan?" tanya Soonie menunjuk ke party popper yang baru saja ditaruh. "Jay suruh." ucap Jake dengan polos, mengabaikan party popper itu.
Heeseung pun memukul kepala Jake, "KAN MO NGAGETIN JAMAL. NAPA MALAH LO TARUH GITU?" Jake pun membuka ekspresi seperti orang yang baru bisa ngerjain aljabar, "OH IYA. ULANG ULANG, BALIK CEPET."
Jake menarik Heeseung menjauh dari kasur Soonie, "Pagi Soonie!" dan ia meletuskan party poppernya, membuat Jay berlari ke dalam dan melemparkan badannya ke Jake. Kedua pria itu bergulat di lantai.
"HELEP HELEP OMO OMO OMOOO!!" teriak Jake, ketika ia digebuki oleh Jay dengan bantal kursi. "KAN JADI GAGAL BEGO!" teriak Jay, menarik nafas dengan emosi penuh.
Sunoo pun mengelus punggung Jay dan menepuk kepala Jay, "Bocil, tolong ya fokus disini dulu." Soonie menertawakan kelakuan teman-temannya dan mengikat rambutnya.
Jungwon pun menyadari gelang di tangan Soonie, "Eoh? kapan beli gelang?" tanya Jungwon dan memegang tangan Soonie. Perempuan itu menggelengkan kepalanya, "Mama kasik kemarin kan? barengan sama cookies sama buket bunga tulip tuh."
Semua menaruh perhatian di Ibu Kim, dan Ibu Kim hanya menggelengkan kepalanya, "Bukan mama." ujar wanita yang sudah berumur 41 itu. Soonie mengernyitkan dahinya, lalu siapa?
"Yaudah gausa dipikirin. Udah sarapan blum?" tanya Jake, dan Soonie menggelengkan kepalanya, "Beliin." rengek perempuan itu. Jake hanya mengangguk dan menaruh bingkisan makanan di atas meja Soonie, "Tadi gua beli di sebrang, mumpung diskon."
"Hah diskon? lo pikir baju apa." ujar Ni-ki, memakan kue coklat yang dibawa Jay. "Beneran cong, diskon gitu karna udah mau tutup." jawab Jake, menyuapkan sesendok nasi goreng buatannya.
Pintu kamar Soonie terbuka, dokter dan seorang perawat masuk ke dalam. Dokter itu tersenyum lembut, "Lagi sarapan ya? makan yang banyak ya."
Ni-ki mengangguk kencang, "Siap dok, nanti untuk endorse hubungin kita aja ya." Jungwon mendorong Ni-ki, menyuruhnya untuk tidak bercanda terus. Dokter itu tertawa dan mengangguk, sambil menepuk pundak Ni-ki.
"Soonie, kamu boleh pulang ya hari ini. Minggu depan kamu check-up lagi. Kita lepas ya infusnya." jelas dokter, mengundang sorakan dari Enhypen dan Ibu Kim.
Perawat pun melepas selang infus di tangan Soonie, perlahan supaya tidak terjadi kesalahan. Dokter berbincang dengan Ibu Kim mengenai penanganan Soonie selanjutnya. Bersyukurnya, kepala Soonie tidak terkena gegar otak maupun benturan yang terlalu keras hingga berpengaruh pada otak. Untuk tulang-tulangnya juga tidak ditemukan retak, hanya memar di tubuh saja.
Dengan itu selesai, perawat dan dokter pamit keluar. Jake pun menyuapi Soonie lagi, memastikan temannya cukup gizi.
Tiba-tiba, pintu kamar Soonie terbuka dan ketika Soonie menoleh ke arah pintu itu, ia tersedak sehingga Jake ikut panik.
Sunghoon.
Pria itu terlihat beda. Rambutnya yang berantakan, matanya yang merah dan bibirnya yang pucat. Soonie tidak bisa merasakan apapun selain kasihan kepada pria itu. Sunghoon mendekat ke arah Soonie, membuat Soonie menarik nafas tajam.
"Uhm, ada yang mau nemenin gua beli belanjaan buat kita bakar-bakar minggu depan? ayok lah semua ikut!" ajak Sunoo, mencoba meninggalkan Soonie dan Sunghoon berdua.
"Gausa." tegas Soonie, membuat semua berhenti di tempatnya. "Hah?" Sunoo menoleh ke arah adiknya, Sunghoon hanya melihat ke arah Soonie dengan rasa bersalah.
"Ngapain lo kesini?" tanya Soonie, menatap ke arah Sunghoon. Tidak, dia tidak akan jatuh dalam perangkap Sunghoon lagi. Pria itu memenangkan hatinya tapi sekarang, Soonie mencoba menjauhkan hatinya daripada Sunghoon.
Sunghoon menghela nafas, "Gua minta maaf."
"Maaf maaf maaf mulu. Lo ga pernah berubah hoon. Liat kan sekarang gua kayak gini, ini semua karna gua maafin lo. Jadi dibanding gua makin pusing, mending lo pulang deh." ujar Soonie, membuat Sunghoon hanya terdiam.
"Gua udah coba buat perba-"
"Gua udah nyerah hoon, gausa lo coba buat perbaikin semua ini. Sekarang lo pergi, gua gamau liat lo deket gua lagi." tegas Soonie dan memalingkan wajahnya dari Sunghoon. Semua benar-benar sunyi, kaget dengan perempuan yang dikenal lembut itu menjadi garang.
Jay mendekati Sunghoon, "Bro, gua traktir samgyeopsal yok." Sunghoon tetap berdiam diri namun, Jay terus menariknya hingga akhirnya Sunghoon menyerah dan keluar dari kamar.
"Soonie-ah, terlalu kasar kayak gitu." tegur Ibu Kim, mendengar ucapan anaknya tadi. "Mama gatau ceritanya jadi, mama gausa ikut campur." kata Soonie, Sunoo pun menepuk tangan adiknya, memberi peringatan untuk menjaga omongan.
"Tante, tadi mama nyuruh aku buat beli tanaman. Cuman aku ga ngerti belinya dimana sama apa aja yang harus dibeli. Tante bisa kan temenin?" tanya Heeseung, mencoba membawa Ibu Kim keluar kamar.
Semua yang mendengarnya langsung cengar-cengir, lucunya melihat member tertua mereka begitu lemah lembut ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua.
Ibu Kim mengangguk dan mendekat ke Soonie, mencium kening putrinya, "Mama gatau masalahnya apa tapi, mama tau ga semua masalah harus ditangani dengan emosi. Kita ga pernah tau cerita dibalik kelakuan seseorang kan."
Soonie mengangguk, "Tenangin hatinya dulu. Setelah itu kamu bicara sama Hoonie." ujar Ibu Kim dan keluar dari kamar Soonie bersama Heeseung.
"Seriusan tadi Sunghoon kayak orang abis jadi kuli 7 hari 7 malem anjir." ujar Ni-ki yang tengah memakan cookies coklat kemarin malam. "NIKIII ITU PUNYA GUA!" teriak Soonie. Ni-ki segera mengambil 3 cookies lagi dan menaruh balik kotak makan itu.
"Tapi iya gua setuju, dia sakit?" tanya Jungwon, mengingat ulang kondisi temannya. "Engga, palingan dia latihan." ucap Jake sambil memakan makanan yang ia bawa tadi.
"Latihan apaan?" tanya Jay, membuat Jake tersadar akan omongannya. "Uh gaada. Eh jadi kapan kita keluar? gua bosen di rumah sakit. Jugaan Soonie udah boleh pulang." rengek Jake, merapihkan sisa makanannya.
Soonie merasa curiga dengan omongan Jake namun hatinya terus menerus menolak mengingat pria itu.
terkadang cinta bisa berubah menjadi benci
KAMU SEDANG MEMBACA
mine ; sunghoon
Fanfic➸ "terkadang berjuang menjadi hal yang merugikan." ↳ plot : seorang siswi di Seoul Highschool, Kim Soonie, jatuh cinta dengan kakak kelasnya, Park Sunghoon. Sunghoon yang dikenal dengan sifat dingin dan cueknya, membuat perjuangan Soonie semakin m...