Calon Mertua

82 28 3
                                    

Bab 7 Calon Mertua

Di dalam mobil Alisha tak kuasa menahan tangis, tangisnya pecah begitu mengingat kembali masa lalunya.

"Non Alisha butuh sesuatu?" tanya sang sopir khawatir.

Alisha menggeleng lemah. "Tidak Pak, maaf saya hanya sedih mengingat kakak saya."

Sang sopir pun mengangguk mengerti, sedikit banyak dia sudah mendengar tentang keluarga Alisha dari Atta pembantu yang bekerja sudah hampir seperempat abad kepada Maria.

Drrrrt Drrrrt Drrrt

Ponsel Alisha berdering panjang tanda sebuah panggilan masuk. Alisha mengambil ponselnya melihat siapa yang menelponnya. Sebuah nomor telepon baru menelponnya berulang kali.

"Siapa?" batin Alisha.

Alisha menghela nafas dalam mencoba menenangkan dirinya sebelum akhirnya menggeser tombol gulir warna hijau pada layar ponselnya.

"Halo," sapa Alisha.

"Assalamualaikum, Alisha bisa ke ruang rapat sebentar? Ada sesuatu yang penting yang perlu didiskusikan mumpung ketua panitia dan anggota lainnya masih di kampus." ucap seseorang dari seberang sana.

"Ini wajib ya kak?" tanya Alisha mencoba bernegosiasi.

"Untuk panitia inti wajib Sha," jawabnya.

Alisha menghembuskan nafas kasar. "Baik kak, saya akan segera ke sana."

Alisha memasukkan ponselnya kembali, dengan berat hati ia meminta sang sopir untuk kembali ke kampus.

"Pak, tolong putar balik ke kampus ya," pinta Alisha santun.

"Non Alisha masih ada kelas lagi?" tanya sang sopir heran.

"Tidak," jawabnya singkat. "Ma-maksudnya  Alisha tidak ada kelas Pak, ada kepentingan lain," jelas Alisha kemudian.

"Oh begitu, baik Non."

Hanya sepersekian menit saja mobil yang Alisha tumpangi kini sudah berada di depan kampus lagi. Alisha mengambil sesuatu dari tasnya. Ia membuka benda tersebut lalu memeriksa penampilan wajahnya.

"Huhhh...." Alisha menghembuskan nafas kasar sebelum ia memutuskan untuk turun dari mobil.

"Pak, tungguin Alisha ya. Alisha hanya sebentar kok," ucap Alisha kepada sang sopir.

"Baik, Non."

Alisha melangkahkan kaki cepat menuju dalam kampus, ia menambah kecepatan langkahnya menjadi setengah berlari menuju ruangan pertemuan.

"Semoga saja enggak telat," gumam Alisha.

"Hosssh hossssh," suara nafas Alisha terdengar jelas. Ia lantas mengetuk pintu ruangan yang sedikit terbuka itu. Ia bisa melihat dengan jelas jika semua panitia sudah berkumpul di sana.

Tok tok tok

"Masuk," seru sang wakil ketua.

"Maaf saya terlambat kak," ucap Alisha tak enak hati.

"Tak apa, segeralah duduk Sha," ucap wakil ketua.

"Bagi yang baru datang langsung menyimak saja ya," ucap wakil ketua.

"Baiklah sembari menunggu ketua panitia datang, saya akan melanjutkan kembali rapat kita."

Alisha duduk tenang menyimak presentasi di layar proyektor. Ia menyimak slide demi slide yang terpampang di depannya. Hatinya kembali bergejolak ketika melihat slide yang menampilkan gambar anak kecil menangis dan anak-anak kecil lainnya memegangi perut seperti menahan sakit. Bayangan Alisha kembali muncul dan percakapannya dengan Fira tadi kembali terngiang. Kali ini ia benar-benar sudah tidak tahan.

As-salamu'alaikum Adamku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang