Ternyata Kamu

66 26 6
                                    


Bab 8 Ternyata Kamu

Adam melangkahkan kaki mendekat, ia sengaja berdeham agar sang bibi menyadari kehadirannya.

"Ehemm," deham Adam sengaja.

"A-adam," ucap Mila terkejut.

"Kenapa Bibi sampai memarahi Ibu?" tanya Adam kepada Mila.

"Apa Ibu melakukan kesalahan?" tanya Adam lagi.

"Tanya saja sama Ibumu," jawab Mila dengan culas.

"Saya bertanya sama Bibi bukan sama Ibu jadi tolong jelaskan kepada saya apa alasan Bibi memarahi Ibu saya, atau...." ucap Adam menggantung.

"Saya apa? Kamu ingin mengancamku? Cihh, berani sekali kamu denganku yang bahkan rumah pun kalian  masih menumpang dengan keluargaku," cibir Mila.

Adam benar-benar kesal, tangannya mengepal kuat. Rasanya ia ingin sekali memaki orang yang sudah bertidak tidak baik dengan ibunya saat ini namun sang ibu melarangnya dan meminta ia untuk mengalah.

"Sudah-sudah, tidak enak kalau ada yang sampai mendengar nanti. Maafkan Adam yang berkata kurang sopan mbak," ucap Siti melerai Adam dan Mila.

"Adam, ayo ke dalam dulu nak." Siti menggandeng Adam masuk ke dalam.

Siti menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar Adam. Ia membalikkan tubuhnya, mengusap lembut kedua pipi putranya itu.

"Segeralah mandi nak, sebentar lagi magrib."

"Iya bu," jawab Adam masuk ke dalam kamarnya.

Seperti biasa, setelah mandi Adam langsung menuju ke meja makan untuk berbuka puasa bersama. Semua memulai makan setelah sang paman selesai memimpin doa. Semua makan dengan lahap, kecuali Siti yang menatap dengan sendu makanan di atas piringnya.

Adam melirik ke arah ibu, ia memerhatikan wajah sendu sang ibu. Ia melihat ayam kecap di piring sang ibu. Ia kini paham mengapa sang ibu terlihat sedih. Ia sudah bisa menebak jika sang ibu pasti sedang merindukan ayahnya. Ya ... Ayam kecap buatan ibu adalah makanan favorit bagi sang ayah. Tak heran jika ibu mengingat sang ayah ketika melihat ayam kecap di depannya.

Adam meletakkan sendoknya, ia mengusap lembut lengan ibunya. "Bu, kenapa nasinya tidak dimakan?" tanya Adam lembut.

Siti yang melamun pun gelapan. "Ahh, ma-maaf nak, Ibu melamun."

Adam tersenyum lalu menganggukkan keplanya. "Adam mengerti kok bu."

"Maafkan Ibu, Ibu hanya rindu dengan ayahmu nak."

"Hemm, tak apa bu."

***

Keesokan harinya Siti menyuruh Adam segera sarapan dan berangkat ke kampus.

Tok tok tok

"Dam," panggail Siti.

"Iya Bu, sebentar," sahut Adam dari dalam kamar.

"Segera sarapan, ibu sudah menyiapkan sarapanmu di meja," ucap Siti sebelum pergi.

"Iya Bu."

Siti kembali ke dapur untuk  mencuci piring dan beberes dapur. Tak lama setelahnya Adam keluar dengan pakaian yang sudah rapi.

"Pagi Bu," sapa Adam.

"Pagi Nak," jawab sang ibu sembari tersenyum.

"Cepat makan sarapanmu dan lekas berangkat. Nanti kamu terlambat."

"Iya bu," ucap Adam sembari mulai menyendok makanan di piringnya.

Usai makan Adam menghampiri sang ibu untuk berpamitan. "Bu, Adam berangkat dulu ya."

As-salamu'alaikum Adamku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang