Calon

35 11 3
                                    

Bab 23 Calon

"Tangisan itu, selalu membuat hatiku sakit melihatnya."

"Sebenarnya ada apa dengan hatiku ini?" tanya Adam di dalam hati.

Satu detik dua detik tiga detik hampir satu menit Adam terdiam di tempat. Selanjutnya ia langsung melesat ke arah Alisha kala tangis Alisha terlihat semakin pilu.

"Alisha," panggil Adam yang membuat Alisha menghentikan tangisannya sejenak dan menghapus air matanya dengan cepat.

"A-adam," ucap Alisha dengan suara bergetar.

"Mengapa kamu menangis?" tanya Adam kemudian.

"A-aku...." ucap Alisha sembari terisak.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Jangan menangis lagi ya?" ucap Adam mencoba menenangkan Alisha.

Adam pun berinisiatif membacakan bacaan Al-Quran untuk Alisha. Seketika itu Alisha perlahan mulai berhenti menangis.

"Terima kasih," ucap Alisha sembari menunduk.

"Sama-sama, Sha. Ngomong-ngomong kamu kemari kenapa? Apakah ingin berobat?"

Alisha menggeleng pelan. "Aku hanya ingin bertemu denganmu." jawab Alisha.

Adam merasa bersalah, ia tak menyangka meski ia mengabaikan Alisha akhir akhir ini tapi Alisha tetap mencarinya dan tidak marah padanya.

"Maafkan aku, Sha. Gara-gara aku kamu harus seperti ini," batin Adam.

"Apa kamu sedang sibuk?" tanya Alisha kepada Adam.

"Tidak, aku sudah selesai dan akan pulang. Memangnya kenapa?"

"Jika kamu tidak keberatan bisakah kita mencari tempat yang nyaman untuk sekedar ngobrol?"

Adam mengangguk setuju. "Boleh, tapi aku tidak bisa lama-lama."

"Tak apa, aku hanya ingin bertanya beberapa hal saja kok."

"Baiklah, ayo kita mengobrol di kantin rumah sakit saja," ajak Adam yang langsung disetujui oleh Alisha.

Usai mengobrol dengan Alisha. Adam pun segera pulang karena ia merasa kurang enak badan.

"Sha, aku pamit duluan ya?" pamit Adam.

"Ah iya tak apa Dam, silakan."

"Assalamu'alaikum," ucap Adam memberi salam.

"Walaikum salam," sahut Alisha sembari melambaikan tangan.

Sesampainya di rumah Adam di panggil oleh pamannya. Sang paman membicarakan soal jodoh.

"Assalamu'alaikum," ucap Adam ketika masuk ke dalam rumah.

"Walaikum salam," sahut sang paman.

"Adam, tumben jam segini sudah pulang?" tanya Ilham heran.

"Iya paman, Adam pulang cepat. Kurang enak badan," jawab Adam.

"Nah, sini dulu! Sebentar saja, paman mau berbicara," ucap Ilham kepada Adam.

Adam melangkahkan kaki mendekat ke arah sang paman. Ia duduk di sisi sofa yang kosong di samping pamannya.

"Adam, kamu kan sudah bekerja. Apa kamu tidak ingin ada yang mengurus kamu?" tanya Ilham begitu saja.

Adam menganggukkan kepalanya pelan. "Ingin, Paman," jawab Adam singkat.

As-salamu'alaikum Adamku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang