Kemarahan Papa

96 33 26
                                    

Bab 4 Kemarahan Papa

"Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu  kesusahan di hari kiamat. Barang siapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

"Kamu!" ucap keduanya bersamaan.

Adam mengalihkan pandangannya, mencoba melihat ke arah lain. Pun dengan Alisha yang memilih menunduk melihat botol minum sporty berwarna navy di tangannya. Adam yang tanpa sengaja melirik ke arah Alisha pun lantas meminta Alisha untuk minum agar dia lebih tenang.

"Minumlah! Aku membawanya dari rumah jadi insyaallah aman untuk diminum," tutur Adam meyakinkan Alisha.

Alisha menganggukkan kepala sebagai jawaban. Ia lantas membuka tutup botol dan menegak air dari dalam botol hingga tandas hanya dalam hitungan detik.

"Apakah kamu sudah merasa lebih tenang sekarang?" tanya Adam kemudian.

Alisha kembali menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Jadi Kamu...." ucap keduanya serempak yang membuat mereka sama-sama menoleh dan berpandangan.

"Kamu duluan!" ucap keduanya reflek yang tanpa sengaja bersamaan lagi. Hal ini membuat keduanya dalam situasi canggunggung.

"Umm, kamu duluan saja," ucap Alisha sembari menunduk.

Adam  menggosok tengkuknya yang sama sekali tidak gatal lalu mengalihkan pandangan dan mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Jadi bolehkah aku tau kenapa kamu menangis histeris di jalan tadi?" tanya Adam hati-hati.

"Umm, a-a-aku ... aku trauma melihat kecelakaan...." Alisha menjawab dengan nada lemah dan mata berkaca-kaca.

Melihat hal tersebut Adam semakin iba dengan Alisha. "Begitu rupanya, lain kali jangan berhenti di jalanan seperti tadi, itu sangat berbahaya. Untung saja jalanan sedang sepi jika tidak kamu bisa jadi tontonan orang dan bahayanya bisa tertabrak kendaraan yang sedang melintas di jalan." Adam menasehati Alisha dengan lembut.

Alisha mengangguk mengerti. "Baiklah sebaiknya kamu  hubungi saja keluargamu untuk menjemputmu di sini agar aman," saran Adam yang langsung Alisha setujui.

Alisha merogohkan tangannya ke dalam tas mencari benda pipih yang tadi ia simpan di sana. Ia lantas membuka kunci layar benda tersebut dan mendial seseorang yang ia beri nama "Mom" di ponsel.

"Halo, Sayang," sapa sang ibu dari seberang sana.

"Ma, bisakah mama menjemput Alisha di kampus?" tanya Alisha dengan suara yang masih bergetar.

"Sa-sayang kamu kenapa? Kamu tidak apa-apa kan? Ahhh, iya mama akan jemput kamu. Tunggu mama datang ya nak," ucap Maria khawatir.

"Alisha baik-baik saja, mama jangan khawatir. Alisha tunggu mama di taman dekat kampus ya," ucap Alisha menenangkan hati sang ibu.

"Iya sayang sepuluh menit lagi mama on the way," ucap Maria sembari mematikan telepon. Alisha pun memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Bagaimana? Kamu sudah akan dijemput?" tanya Adam memastikan.

Alisha menganggukkan kepala. "Sepuluh menit lagi."

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu ya. Aku harus bekerja." Adam beranjak dari bangku taman hendak pergi.

As-salamu'alaikum Adamku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang