Bagian - 39

257 54 5
                                    

" Sasuke, kau yakin? "

Sasuke hanya mengangguk untuk entah yang keberapa kalinya guna menjawab pertanyaan dari sang manager. Wajah lelaki itu tampak malas pertanda ia benar-benar bosan, Sasuke bahkan beberapa kali menguap karena pertanyaan itu.

" Aku bertanya padamu, apa kau yakin? "

Sasuke menghela napasnya, mata lelaki itu kini memicing, " Sekali lagi kau menanyakan itu, aku benar-benar akan memecatmu. "

Sasuke keluar dari mobil yang sudah sejak setengah jam lalu berhenti. Ia menatap sang manager yang tampak masih nyaman di balik kemudi. " Kau tidak ikut? "

Juugo menggeleng.

" Baiklah, mulai besok kau tidak----"

" Aku ikut, aku ikut! " Juugo cepat-cepat keluar dari mobil dan mengekor di belakang Sasuke yang sudah lebih dulu melangkahkan kakinya menuju rumah seseorang.

" Tapi, apa kau yakin? "

Sasuke menatap Juugo dengan tatapan aneh, " Kita akan tahu setelah menanyakannya. Ah, sial! Lagi-lagi dia tidak mengunci pintunya! " Sasuke berdecak ketika ia memegang gagang pintu dan pintu rumah tersebut terbuka begitu saja. " Kenapa dia ceroboh sekali! "

Sasuke masuk ke dalam rumah mewah yang sudah sangat ia hapal seluk beluknya. Lelaki itu melirik ke sana kemari untuk mencari seseorang. Mencari orang yang ia yakini adalah dalang dari semua permasalahan pagi ini.

" Sasuke-kun, "

Sasuke segera menoleh ketika suara seseorang menyapa indra pendengarannya, ia segera mundur dan mengangkat tangannya, " Jangan memelukku! " serunya.

Orang itu hanya bisa memanyunkan bibirnya, tak terlalu menyukai sikap Sasuke. yang menurutnya menyebalkan. " Kenapa? "

" Tidak. Aku tidak ingin di peluk kaasan. "

Mikoto menjatuhkan tubuh berbalut daster bermotif batik pemberian Juugo di sofa. Menatap Sasuke dengan wajah sebalnya.

" Jadi, kenapa kau kemari? " tanya Mikoto langsung pada intinya.

Sasuke tahu jika ibunya tengah marah sekarang, terdengar dari nada bicaranya yang ketus. Tapi ia tak peduli, urusannya jauh lebih penting untuk sekarang ini.

" Aku yakin kaasan sudah mengetahui maksud kedatanganku kemari. "

" Yo ndak tau, kok tanya kaasan,"  ujar Mikoto tak mengerti.

Juugo menutup mulutnya agar tidak tertawa, sedangkan Sasuke memutar bola matanya malas. Ibunya yang cantik jelita itu benar-benar aneh.

" Ayolah, kaasan. Aku tahu kalo kaasan mengetahui maksud kedatanganku. " Sasuke masih keukeuh dengan perkataannya.

" Memangnya kaasan cenayang bisa mengetahui apa maksud kedatanganmu, " sahut Mikoto dengan nada sedikit meninggi. Ia gemas dengan dengan putra bungsunya itu, sungguh.

Juugo diam-diam menghela napasnya. Menurutnya, kedua orang dengan warna rambut gelap itu sama-sama aneh. Ingin rasanya ia pergi dari situasi aneh tersebut. Daripada ia ikutan menjadi aneh karena mendengar pembicaraan aneh keduanya.

" Ano, maaf. Apakah aku.... "

" Apa!? "

Belum juga Juugo menyelesaikan kata-katanya, pasangan ibu dan anak tersebut sudah memotong ucapannya dengan nada tinggi. Dan Juugo hanya bisa mengusap dadanya untuk memastikan bahwa jantungnya masih baik-baik saja.

"Abaikan saja aku, aku hanya perlu ke toilet, " Juugo segera pergi dari situasi aneh tersebut dengan kecepatan cahaya. Kemana saja, asal tidak bersama dengan orang-orang aneh itu. Ke luar angkasa pun tak apa, ke Pluto juga boleh. Ia tidak ingin ketularan aneh dengan berada di sana.

MUSIC ADDICT (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang