Bagian 4

1.9K 208 78
                                        

Sasori menghela nafasnya, melihat sang adik yang tengah terduduk diatas sofa berwarna merah maroon kesayangan mereka berdua dengan kepala menunduk. Seakan ingin menunjukkan pada semua orang bahwa suasana hati gadis itu saat ini sedang tidak baik. Sebenarnya sudah beberapa minggu terakhir. Entah kapan tepatnya, Sasori tidak ingat!

Jika orang lain yang melihatnya mungkin saja mereka semua berfikir Sakura tengah patah hati, termasuk juga dirinya. Tapi sebenarnya itu jauh lebih konyol dari sekedar patah hati. Setidaknya itu yang Sasori dengar dari sang kekasih tercinta beberapa waktu lalu. Kapan? Entahlah, Sasori juga tidak mengingat hal tersebut.

Jadi kalian semua jangan banyak bertanya pada pemuda sang DJ tampan itu.

Pria yang kini bertelanjang dada dengan celana olahraga yang menggantung di pinggangnya itu berjalan mendekat, menepuk pelan punggung mungil sang adik sebelum ia ikut bergabung disisi gadis itu.

"Sudahlah, mungkin itu bukan rezekimu. " Sasori mencoba menenangkan.

Sakura masih terdiam dengan kepala menunduknya,"Aku sudah menantikan ini selama hampir setahun, Nii-san. Aku... Aku, kau tahu kan jika aku rajin menabung hanya karena ini."

Sasori mengangguk pelan, sedikit terenyuh melihat wajah adiknya yang terluka. Namun sedetik kemudian Sasori malah mendengus keras ketika memgetahui alasan sikap murung sang adik.

Ada-ada saja.

"Sudahlah jangan sedih begitu, siapa tahu tahun depan mereka akan mengadakan konser lagi, kan? Kau bisa menggunakan tabunganmu untuk hal yang lebih bermanfaat. "

" Nii- san."

Sasori kembali menghela nafasnya, "Tunggu sebentar, aku punya sesuatu untukmu."  Oke, sepertinya dia harus mengeluarkan jurus pamungkasnya agar awan mendung yang mengelilingi tubuh adiknya menghilang.

Sasori bangkit dan berjalan menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu disana juga untuk mengambil bajunya yang belum sempat ia kenakan. Setrlah mengenakan bajunya, Sasori kembali dengan kantung kertas mini berwarna hitam polos dan meletakkannya diatas meja, "Ini untukmu. Rencananya aku akan memberikan ini ketika ulang tahunmu, tapi melihat wajahmu yabg seperti itu aku jadi kasihan padamu."

Sakura diam-diam tersenyum, ia sangat penasaran dengan apa yang kakak tersayangnya berikan. Jika itu akan diberikan sebagai kado ulang tahunya, berarti iti sesuatu yang spesial. Apakah mahal?

Ayolah, Sakura. Hadiah itu tidak perlu selalu berharga mahal. Dasar matre!

"Boleh aku buka? "Tanyanya. Sedikit mendongak untuk melihat wajah Sasori yang menjulang tinggi didepannya. Kenapa dia malah berdiri?

" Jangan. "

Sakura melotot kearah Sasori," Kenapa jangan? "

" Kenapa kau bertanya? Itu sudah milikmu dan kau masih menanyakan kau boleh membukanya atau tidak? "

" Ya kan aku cuma bertanya nii-san. Kenapa sewot begitu. "

Sasori hanya memutar bola matanya," Ya kalau begitu jangan. "

" Nii- san!! "

" Ya sudah cepat buka. Ingat! Jangan berteriak ketika kau melihat isinya. "

Entah kenapa perasaan Sakura sedikit tidak enak, ia sedikit mengintip celah yang ada pada kantung itu, namun nihil, ia tak bisa melihat apapun. Sepertinya sang kakak sengaja membungkusnya kembali dengan sesuatu.

" Bukalah. Itu bukan hal yang harus kau takutkan. "

Benarkah? Kenapa wajah kakanya terlihat begitu mencurigakan. Mata Sakura yang jeli bisa menangkap raut wajah Sasori yang tengah menahan tawa.

MUSIC ADDICT (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang