Prolog

140 15 10
                                    

"Nyatanya yang paling mengerti kita, yang selalu ada dalam hal apapun adalah diri sendiri, sejauh dan sedekat apapun kamu memiliki peran pengganti, nyatanya diri sendiri tetap menjadi tokoh utama yang abadi"

•Lose Perfect•

>_< Follow me @aksarannisa and my partner lleaam

Nemu cerita ini di mana? Jangan lupa komen ya!!

Netranya terpaku menatap kertas yang ada di genggamannya, ah seharusnya dia merasa lebih baik bukan? Mengapa sekarang rasanya seperti tertimpa beban yang tak mampu ia ungkapkan? Seperti mimpi buruk yang harus ia terima mentah-mentah, bukankah Tuha...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Netranya terpaku menatap kertas yang ada di genggamannya, ah seharusnya dia merasa lebih baik bukan? Mengapa sekarang rasanya seperti tertimpa beban yang tak mampu ia ungkapkan? Seperti mimpi buruk yang harus ia terima mentah-mentah, bukankah Tuhan begitu adil? Sebegitu miriskah nasibnya.

"Ck, harusnya dari awal gue enggak tau ini semua,"katanya menyeka air mata dengan meremas kertas tersebut dengan nafas tersengal.

Kata demi kata tertuang rapi dalam pikirannya, membius logikanya sehingga membuatnya sadar bahwa apakah ia pantas hidup di dunia? Kejam sekali bukan? Tolong dia bahkan masih menginjak bangku akhir persekolahan, tetapi mengapa masalah begitu pelik menghadang.

"Janji besok kamu harus masih ada, inget ya masih ada kamera kamu yang harus kamu isi dengan foto-foto indah, masih ada senja yang nunggu kamu setiap sore, dan masih ada gitar yang setiap harinya nunggu kamu petik, dan masih ada mie ayamnya pak Jamal di kantin Srikandi." lelaki itu hanya tersenyum miris sesekali menangis, lontaran kata demi kata masih sesekali membius logikanya, ya! Nampaknya Tuhan memintanya untuk tetap bertahan.

Beranjak dari tempat yang baginya mengerikan itu ia dihadapkan oleh motor kesayangannya, ya dia juga harus bertahan demi mengurus motor kesayangannya itu.

"Gue bisa, ditinggal papah aja gue mampu masa gini aja gue enggak mampu,"ujarnya dengan senyum merekah, sejenak melupakan sesuatu yang terjadi.

•••

"Lo potong rambut? Why? Banyak kutunya ya lo?"tanya lelaki itu terkekeh.

Lelaki itu kembali menatap gadis di sampingnya dengan seksama, si empu hanya memandang lepas senja yang kali ini menemaninya di rooftoop sekolah.

"Are you okey?"tanya lelaki itu kepada gadis yang kini sudah duduk di sampingnya.

Gadis itu menatap lelaki di sampingnya dengan mata yang berkaca-kaca, namun ia sekarang malah tersenyum dengan menampilkan pose dua jari.

"Aku mau difoto! Aku kan cantik,"ujarnya tertawa namun matanya masih berkaca-kaca.

"Kenapa? Bilang sekarang!"

Senyumannya memudar, ia menghela nafasnya berat,"mama.... Mama ..... Mama sekarang enggak di rumah, mama dirawat sama mereka yang jahat, mereka selalu narik-narik mama karena mama berontak, kasur mama di kasih tali biar mama enggak kemana-mana hiks mama."

Lelaki itu hanya bergeming,"maksudnya?"

"Mama masuk rumah sakit jiwa, tapi mama aku enggak gila!"katanya tegas dengan sorot mata yang tajam mengarah ke arah lelaki itu hingga ia menarik gadis tersebut ke dalam pelukannya.

"Ssttt, udah udah mama pasti sembuh percaya sama gue."

"Ya mama pasti sembuh."





Setelah singgah, mari beri kami upah kwkwkw canda upah, cukup tekan bintang dan beri komen positif agar kami dapat melanjutkan kisah ini

Terima kasih, nantikan kami di part selanjutnya ya-!

Maaf jika ada typo :)

Ayo komen setiap paragraf kakak!!!

Lose Perfect (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang