Hi gais balik lagi bareng aku
Sebelum mulai jangan lupa vote
Komen juga yang banyak ya, biar aku semangat
Follow juga boleh banget jangan lupa juga buat follow lleaam
Lets go
"Dunia ini baik-baik aja selama ada mama."— Eca.
"Kalau seandainya ada predikat manusia pemberi luka terdalam, gue rasa predikat itu cocok disematkan buat orang tua gue."— Gilang.
•••
Gema, lelaki itu tidak bisa diam di depan ruang IGD dirinya terus berjalan sambil sesekali mengintip ke dalam ruangan, tidak hanya Gema yang takut akan keadaan Gilang, ketiga sahabatnya yang lain juga sama, begitu pula Eca dan pak Asep.
"Duduk aja Gem, lo bikin kita tambah pusing." Bagas menyeletuk karena sedikit kesal dengan Gema yang terus mondar mandir tidak mau diam.
"Gue takut si Gilang kenapa-napa, dia gini juga karena kita kan? Coba aja kita nggak usaha buat paksain dia ikut, bener apa kata pak Asep," ujar Gema sesekali mengacak rambutnya frustasi.
"Nggak ada yang perlu disesali, semua udah terjadi," kata Tama menanggapi.
"Bener, lebih baik lo diem deh sini duduk." Dipta menarik tangan Gema untuk duduk di sampingnya.
Eca hanya menunduk, rasa tidak enak menjalar dalam hatinya, jantungnya berdegup kencang ia takut terjadi apa-apa dengan Gilang, karena ia bisa melihat Gilang begitu kesakitan tadi. Eca sesekali menggigit bibir bawahnya yang memainkan ujung rok nya untuk mengurangi rasa takut dan gugup.
"Saya titip Gilang sama kalian, ada yang saya harus urus di sekolah, nanti saya ke sini lagi jika urusan saya sudah selesai." Mereka mengangguk mengiyakan ucapan pak Asep.
"Saya pergi dulu," pamit pak Asep.
Eca mendongak, "minimal telpon orang tua Gilang."
Gema langsung menoleh ke samping di mana gadis itu duduk, "ck nggak bisa Ca."
"Why?" Tanya Eca.
"Lo nggak tau masalahnya jadi susah, intinya selama ada kita, orang tua Gilang skip aja," jawab Dipta kali ini.
"Tapi kan Gi—"
“Keluarga pasien?” ucapan Eca terhenti oleh dokter yang kini sudah keluar ruangan.
“Kami temannya dok, kami masih belum bisa mengubungi keluarga pasien. Jadi, dokter bisa percayakan kita semua,” jelas Bagas.
Dokter tersebut mengangguk, “tidak ada cedera serius pada kakinya namun untuk penyembuhan diusahakan pasien harus dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari agar bisa istirahat penuh.”
“Saat ini pasien masih dalam efek obat bius, mungkin dua atau tiga jam lagi akan siuman, jika dalam waktu yang telah saya sebutkan belum ada tanda-tanda pasien bangun bisa menghubungi saya.”
"Barangkali ingin melihat pasien dipersilakan tetapi harus tetap tertib karena pasien masih ada di ruang IGD, nanti setelah siuman kemungkinan akan segera kami pindahkan ke ruang rawat, kalau begitu saya permisi."
“Makasih dok.”
Bagas menatap Eca yang masih mengamati pintu IGD, “Ca lo duluan aja, kita nanti, nggak enak juga kalau ramai-ramai.
Eca menggeleng, “kalian duluan aja nggak papa, gue bisa nanti.”
Mereka dengan kompak menggeleng, “gue persilakan lo duluan aja, nggak papa Ca,” ucap Dipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lose Perfect (On Going)
Teen Fiction©️2022 'Lose Perfect' aksarannisa and lleaam [BANTU SUPPORT AUTHOR DENGAN FOLLOW AKUN WATTPADNYA Ya :)] Baca selagi on going yuk collaboration aksarannisa ft lleaam PERHATIAN!! Karya ini sudah menjadi kepemilikan, jangan asal mengambil tanpa at...