Sang kapten cedera

26 5 0
                                    

Hi!!! Ketemu lagi kita gais...

Sebelum mulai yuk follow aku dan lleaam dulu xixixi

Siapa yang udah nunggu

Vote dulu aja barang kali lupa

Komen dulu juga boleh, spam komen juga boleh, komen di setiap part juga boleh banget...

Komen kalian bikin aku semangat buat update

Lets go!!!

"Selamat hari ayah, buat si brengsek yang ninggalin gue tanpa sepatah kata, semoga lo baik-baik aja, mati juga enggak papa."—Arkatama Gilang Shankara.

•••

Wajah lelaki itu kian berseri, pasalnya saat istirahat tadi, ia sudah mendapatkan kalungnya kembali, untungnya tidak ada yang rusak sama sekali, bahkan saat ini ia menatapnya berseri, kalung ini baginya sangat bernilai tanpa tapi, kalung pemberian oma saat dirinya terpuruk seorang diri, penyemangatnya sudah hilang ditelan bumi, tersisa kalung yang berliontin kunci berisi kenangan indah yang mengingatkannya pada oma entah sampai kapan nanti.

Sesekali dirinya menghela nafas berat, beban hidupnya seakan berlalu lalang tanpa syarat, hingga dirinya terkadang terjerat, cepat atau lambat mungkin dia akan sekarat? Menikmati hidup yang seakan begitu cepat tanpa genggaman erat, sungguh membuatnya penat, hubungannya dengan orang tuanya pun bersekat kuat.

"Lang!" panggil Tama yang kini memakai kaos biru muda.

Gilang menoleh, "Hmm."

"Udah ditunggu pak Asep di lapangan, lo masih mau di sini?" ujar Tama.

"Oh oke gue mau ke toilet bentar, lo tolong izinin pak Asep," jawabnya sambil menepuk bahu Tama.

"Jangan lama-lama," pekik Tama dihadiahi jempol oleh Gilang yang kini sudah beranjak menuju toilet.

Eca, gadis itu masih duduk di depan ruang seni, seperti biasa setiap hari ia akan menenangkan diri di sini, ruangan seni penuh memori sejak ia menginjakkan kaki di Baswara ini, tak ada yang berubah hanya saja sekarang ia lebih sering menyendiri, jarang bersosialisasi, ia nampaknya sudah tidak percaya diri lagi.

"Eca," panggil Gilang yang memandang Eca seperti orang hilang.

"Loh? Enggak latihan lo?" tanya Eca kaget seketika.

"Latihan kok, gue baru ke toilet, lo sendiri enggak latihan?" Gilang bertanya kembali pada Eca sambil sesekali menoleh ke kanan ke kiri yang sepi.

"Sendirian?" sambung Gilang.

"Udah biasa kok, cuma nenangin diri, emang biasa sendiri, jadwal ekstra Seni kan hari kamis," jawab Eca dengan senyum ceria.

"Kalau lo gabut, ke lapangan aja lihat cowok ganteng kaya gue latihan Ca, kasian lo sendirian kaya gembel, yang ada nanti lo diculik mba kunti, ngeri," ucap Gilang terkekeh membuat Eca menatapnya aneh.

"Aigo, Jinja!! Lo ganteng?! Sorry Jaemin number one, eh enggak Jaehyun, lo ya Lang kayaknya cuma se upilnya," ejek Eca sambil tertawa.

"Sialan emang, gue ganteng kata mama gue!" timpal Gilang bangga.

"Pasti mama lo sayang banget sama lo, daebak daebak," ujar Eca.

Gilang terdiam sesaat, kemudian baru ia menjawab dan mencoba mengalihkan pertanyaan, "apa seblak? Emang ada bahasa korea seblak? Seblak tuh di kantin."

Lose Perfect (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang